Headline

Karhutla berulang terjadi di area konsesi yang sama.

Fokus

Angka penduduk miskin Maret 2025 adalah yang terendah sepanjang sejarah.

The Fed Goncang Ekonomi, Tiongkok Lebih Berpengaruh

Irene Harty
20/9/2015 00:00
 The Fed Goncang Ekonomi, Tiongkok Lebih Berpengaruh
(AFP)
Ekonomi dunia termasuk Indonesia sedang berusaha bangkit dari keterpurukan. Banyak permasalahan dan perbaikan yang perlu dilakukan oleh pemerintah untuk masyarakatnya.

Setelah penantian panjang, suku bunga acuan The Fed yang ditunggu-tunggu tetap belum berubah. Bagi Indonesia hal itu memiliki pengaruh tapi tidak sebesar pengaruh dari pola ekonomi Tiongkok yang berubah dari produktif menjadi konsumtif.

"Fed saya kira enggak terlalu banyak punya pengaruh, yang harus banyak dilihat lagi itu justru pengaruh China, China belum tahu seperti apa," ungkap Pengamat Ekonomi dari Universitas Atmajaya, A Prasetyantoko, dalam dialog Teras Kita di Kampus MM UGM Tebet, Jakarta, Sabtu (19/9). Dia memperkirakan pertumbuhan Tiongkok akan melemah ke kisaran 5% ketimbang sampai 7%.

Dalam kondisi demikian, Tiongkok yang memiliki hubungan dagang insentif dengan Indonesia tentu akan banyak mempengaruhi. Hal utama yang perlu diwaspadai adalah permintaan dari Tiongkok yang menurun dan otomatis melemahkan pertumbuhan ekspor dalam negeri.

"Pengusaha perlu konsolidasi kegiatannya supaya enggak terlalu mengandalkan lagi komoditas yang selama ini diekspor ke China dan beralih ke produk manufaktur yang bahan bakunya dari dalam negeri," jelas Pras. Pengusaha Indonesia dan dunia perlu siap menghadapi fase baru bahwa pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah ketimbang sebelumnya.

Pemerintah sendiri lewat paket kebijakan I September berjangka menengah masih harus mempercepat realisasi. Pras melihat saat ini solusi jangka pendek masih dipegang oleh Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan sedangkan sistematika dan enforcement pemerintah masih kurang.

"Kita harus optimis dan realistis. Kalau berharap pada penyerapan anggaran memang target pemerintah 92%-96%, sampai Agustus ini 55%, jangan terlalu berharap karena anggaran hanya berpengaruh 9% ke pertumbuhan ekonomi," paparnya. Di sisi lain, Ketua APINDO, Anton J Supit, menyebut suku bunga acuan The Fed memang memberi pengaruh ke ekonomi Indonesia maka diperlukan koordinasi pengusaha dan pemerintah.

Sebagai perwakilan pengusaha, Anton mengatakan koordinasi internal pemerintah perlu diperbaiki. Regulasi yang disiapkan pemerintah mesti sinergi satu sama lain terutama untuk masalah daya saing dari upah buruh, kepastian hukum, free trade area, dan kepastian pembangunan infrastruktur.

"Jadi yang pertama butuh leadership, fokus, dan hindari konflik. Pemerintah kita senang bikin konflik," ungkapnya. Bersamaan dengannya, Sekretaris Jenderal Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (AMKRI), Abdul Sobur mengungkapkan suku bunga acuan The Fed tidak berpengaruh selama nilai tukar rupiah stabil.

Sobur mengatakan ekonomi yang sedang bergejolak memang memberi dampak signifikan bagi usaha mebel dan kerajinan. Dari 54 pelaku ekspor mebel dan kerajinan, nilai ekspor hanya mencapai US$2,8 miliar pada 2014 dan US$2 miliar tahun ini.

Nilai itu berbeda jauh dengan Vietnam yang sudah mampu ekspor mencapai US$5,4 miliar pada 2014 dan mencapai US$7,2 miliar saat ini. "Kita butuh benchmark, mau kemana arahnya, kalau kita mau tumbuh 12%-15% setahun langkah apa yang dilakukan," ucap Sobur.

Dia mengakui tantangan yang dihadapi mulai dari bunga bank yang tinggi hingga 14% padahal di Jepang 1,2% dan Singapura 4%. Lalu ada upah buruh yang tidak seimbang antardaerah yang perlu sentralisasi.

"Regulasi juga jangan menyusahkan, seperti SVLK mebel dan kerajinan dari kayu yang butuh biaya Rp40 juta untuk ekspor padahal cukup di hulu saja ditetapkan," lanjutnya. Permasalahan pun sampai ke segi keamanan dan pengawasan yang juga butuh kerja sama semua pihak berwenang.

Menteri Perdagangan, Thomas Lembong, percaya kondisi ekonomi yang sudah melambat sejak tiga tahun lalu hanya siklus. Baginya hal terpenting menyiapkan daya saing Indonesia lewat kesiapan industri, investasi, dan edukasi.

"Perasaan saya yang paling fundamental kepercayaan dan confidence pelaku industri investor, yang bisa menyehatkan investor kebijakan rasional, masuk akal, efisien," katanya. Seperti menanggapi jatuhnya harga komoditas, dalam pandangannya itu bisa dijadikan peluang untuk meningkatkan produksi produk bernilai tambah.

Tom meyakinkan pemerintah betul-betul bekerja keras menanggapi serius segala persoalan. Dia memohon kesabaran, pengertian, optimisme, dan kepercayaan masyarakat agar ekonomi bisa kembali pulih.(Q-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya