Industri Perbankan telah melakukan uji skenario kekuatan modal (stress test) menghadapi pelemahan nilai tukar rupiah.
Ketua Umum Asosiasi Pengelolaan Manajemen Risiko Bank (Banker Association for Risk Management/BARa) Ahmad Siddik Badruddin mengatakan permodalan industri perbankan masih mampu bertahan bila pelemahan rupiah menyentuh Rp16.500 per dolar AS.
“Kami juga sudah bicara kepada OJK. Mereka juga cukup optimistis dengan kekuatan perbankan saat ini, jauh lebih solid dari situasi 2008 dan 1998,†kata dia di Jakarta, Rabu (16/9) .
Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri tersebut juga mengakui bahwa keseluruhan perbankan telah melakukan stress test dengan pendekatan yang beragam, berdasarkan profil portofolio setiap bank.
“Mulai dari baseline scenario, moderate scenario (lebih buruk ke depan), dan worst scenario (paling buruk), tapi worst scenario ini kemungkinannya sangat kecil. Intinya kami mengantisipasi kalau NPL naik,†kata dia.
Siddik mengatakan berdasar uji kekuatan modal tersebut, perbankan mampu menjaga rasio kredit macet (non-performing loan/NPL) di kisaran 3,5%-4%. Selain itu, dia menekankan bahwa kondisi permodalan bank juga tak akan terganggu bila portofolio perbankan mengandalkan local currency. Asalkan, perbankan mampu menekan kredit valas.
“Ada beberapa scenario untuk mengantisipasi worst case, saya cukup optimistis bank di Indonesia bisa survive,†kata dia.
Siddik mengungkapkan pihaknya akan meningkatkan kompetensi dan pengelolaan resiko kredit dan likuiditas perbankan dalam kondisi ketidakpastian nilai tukar rupiah.
“Kami sebagai perkumpulan risk manager tentu akan terus melakukan analisis berdasar berbagai skenario dan dampaknya terhadap NPL bank tersebut,†kata dia.
Terlebih, dia mengungkapkan fluktuasi rupiah yang terjadi saat ini belum seberat 97/98. Menurutnya, secara umum perbankan telah menerapkan sistem manajemen resiko yang sangat kuat. Sehingga, cukup siap bila harus menghadapi goncangan.(Q-1)