(Wakil Ketua Bidang Perdagangan dan Kerjasama Ekonomi Internasional Kadin Chris Kanter--ANTARA/Rosa Panggabean)
POSISI Kolombia sebagai salah satu negara di Amerika latin dengan pertumbuhan ekonomi kedua terbesar di region Amerika Latin dan dapat dimanfaatkan sebagai negara pintu masuk ke pasar Amerika Latin.
Menurut Wakil Ketua Bidang Perdagangan dan Kerjasama Ekonomi Internasional Kadin Chris Kanter dalam forum investment summit di Jakarta, Senin (14/9), Amerika Latin merupakan suatu pasar yang harus dimasuki oleh Indonesia kedepannya yang sudah dicanangkan pemerintah dan juga Kadin.
"Kalau kita ingin menjadi eksport base di mana kita meminta berbagai perusahaan multi nasioanal untuk berinvestasi di indonesia dengan menjadikan indonesia sebagai eksport base bagi produk mereka maka kita juga perlu suatu pasar. Kita sendiri saat ini sedang menyusun kesepakatan perdagangan bebas untuk pintu maasuk ke Amerika Latin," terang Chris.
Pada saat yang sama pihak Kolombia juga berminat untuk berinvestasi di Indonesia dan menjadikan Indonesia sebagai hub produksi bagi ASEAN. Menurutnya Kolombia sudah melihat hal itu yang mendirikan kantor perwakilannya di Indonesia untuk pasaran ASEAN di Jakarta sebagai isyarat menjadikan Indonesia sebagai pusat kegiatannya.
Hal serupa disampaikan juga oleh Ketua Kadin Indonesia di Amerika Latin,Jacobus Dwihartanto yang mengungkapkan bahwa sejauh ini neraca perdangan Indonesia denga Kolombia sangat besar yakni surplus US$200 juta, sedangkan Kolombia sendiri hanya US$30 juta.
“Indonesia selama ini mengekspor furnitur, ban, bahkan hingga suku cadang otomotif ke Kolombia dan itu tidak dikenakan bea apapun, termasuk untuk potensi sektor makanan. Sebagai negara anggota pakta pasifik mereka bisa menjadi jembatan ke Amerika tanpa terkena pajak," jelas Dwi.
Indonesia memiliki kekuatan dalam bidang furniture dimana permintaan dari Kolombia cukup besar, begitu juga dengan industri karet dalam hal ini industri ban yang merupakan salah satu industri kuat di Indonesia. Satu satunya kendala untuk berbisnis ke Kolombia adalah persoalan angkutan barang dalam beberapa tahun terakhir yang belum secara langsung, namun saat ini sudah ada angkutan rutin langsung dari China.
Terhambat peraturan
Duta Besar Kolombia untuk Indonesia Alfonso Garzón mengungkapkan masih adanya hambatan untuk berinvestasi di Indonesia, terutama dalam segi peraturan. Dirinya mencontohkan minat investasi perusahaan kopi asal Kolombia untuk di Indonesia yang batal akibat tingginya pajak masuk kopi ke Indonesia yang naik secara signifikan.
Dirinya menjelaskan bahwa awalnya tarif bea masuk kopi ke Indonesia hanya 5% namun akhirnya meningkat hingga 20% pada tahun ini. Hal tersebut membuat perusahaan asal Kolombia mengurungkan niat investasinya. Sebagai perbandingan dirinya mengungkapkan perusahaan kopi asal Kolombia yang berinvestasi di Malaysia memiliki nilai hingga US$50 juta.
Hal tersebut terjadi lantaran pada tahun ini Kementerian Keuangan menaikkan tarif bea masuk melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) 132 tahun 2015.
"Adanya bea masuk itu tak menguntungkan bagi negara kami. Semua orang tahu kopi Kolombia adalah salah satu kopi terenak di dunia, kualitas bagus, artinya kami serius mau investasi di sini. Namun mengapa harus dibebani," ujar Garzón.(Q-1)