Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Luas Area Padi Puso Diklaim Lebih Kecil dari Tahun Lalu

Iqbal Musyaffa
14/9/2015 00:00
 Luas Area Padi Puso Diklaim Lebih Kecil dari Tahun Lalu
(Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman--ANTARA)
KEMENTERIAN Pertanian mengatakan luas area padi puso (gagal panen) akibat banjir, kekeringan, dan organisme pengganggu tanaman (OPT) pada periode Januari-Agustus seluas 102.072 ha. Jumlah tersebut masih lebih kecil dari puso tahun lalu sebesar 178.892 ha atau 1,32% dari luas tanam 13.569.481 ha.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dalam rapat kerja bersama Komisi IV DPR RI di Jakarta, Senin (14/9), mengatakan luas puso padi pada periode Januari hingga Agustus 2015 besar karena kekeringan seluas 79.562 ha. “Kondisi tersebut daerah terparahnya terjadi di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sumatra selatan yang puncaknya terjadi di bulan Juli.

Selain itu, dampak El Nino masih akan terjadi hingga bulan November mendatang. Secara tidak langsung kondisi tersebut akan mempengaruhi produksi padi pada tahun ini. Menurut angka ramalan I tahun 2015 produksi padi tahun ini sebesar 75,55 juta ton gabah kering giling, naik 6,64% dari produksi tahun 2014.

“Kemungkinan produksi sedikit turun dari angka ramalan. Tapi belum tahu pasti berapa penurunannya. Tunggu data dari BPS saja nanti. Kita tidak boleh tinggal diam,” ujar Amran.

Amran mengklaim upaya yang dilakukan jajaran kementerian pertanian untuk menanggulangi dampak dari El Nino telah memberikan dampak positif. “Dari total luas panen 14,1 juta ha, seluas 78,4% telah berproduksi sebanyak 58,64 juta ton GKG pada periode Januari-Agustus 2015. Sementara area terdampak langsung El Nino seluas 1,8 juta ha, terutama pada periode September-Oktober 2015,” urai Amran.

Upaya penanggulangan El Nino yang telah dilakukan antara lain peningkatan ketersediaan air melalui rehabilitasi jaringan irigasi tersier yang telah dikerjakan seluas 1,5 juta ha.

“Kita juga lakukan pengembangan sumber-sumber air yang meliputi pembangunan 1000 unit embung atau dam parit, pembangunan long storage, pembangunan 1000 unit sumur air tanah dangkal dan memberikan bantuan pompa air yang sudah terealisasi sebanyak 21.953 unit.”

Selain itu, pada tahun depan Amran mengatakan dengan anggaran dalam RAPBN 2016 sebesar Rp32,85 triliun, ia akan fokus untuk melakukan percetakan sawah baru seluas 200,6 ribu ha, perluasan lahan kering seluas 250 ribu ha, rehabilitasi dan pengembangan jaringan irigasi tersier 400 ribu ha.

“Target produksi padi pada tahun depan sebesar 75,13 juta ton GKG, 21,35 juta ton jagung, 1,5 juta ton kedelai, 2,8 juta ton gula, 0,46 juta ton daging sapi, 1,173 juta ton bawang merah, 1,106 juta ton cabai besar, dan 759 ribu ton cabai rawit.”

Meskipun akan mencetak sawah baru, namun target produksi tahun depan diakuinya lebih sedikit dari angka ramalan I tahun 2015. “Iya memang lebih kecil targetnya. Tapi jangan dilihat di ujungnya. Ini masih lebih besar dari target produksi padi 2014 sebesar 73 juta ton sebelum keluar angka Aram I. 2014 malah hanya 70 juta ton. Angka ini sudah mempertimbangkan El Nino yang juga kita hitung,” jelasnya.

Pada tahun 2015, serapan anggaran yang dilakukan oleh Kementan sebesar 40,65% dari APBNP 2015, yakni sebesar Rp 13,3 triliun dari total anggaran Rp32,8 triliun . Sementara apabila berdasarkan APBN murni 2015, maka anggaran yang terserap sebesar 84,01% dari Rp15,8 triliun.

Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Dwi Iswari mengatakan puso yang disebabkan karena banjir pada tahun ini seluas 16.920 ha, terutama terjadi di Banten, Sulawesi Selatan, dan Jawa Timur yang puncaknya terjadi di bulan Februari. “Sedangkan puso karena OPT seluas 5.591 ha, kondisi terparahnya terjadi di Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Jawa Timur, puncaknya itu terjadi di bulan Juli.”

Pada musim kemarau April-Agustus 2015, Iswari menjelaskan luas areal padi yang mengalami puso karena serangan OPT, banjir, dan kekeringan seluas 88.575 ha. Luas puso tertinggi pada periode tersebut disebabkan karena kekeringan seluas 79.465 ha terutama terjadi di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sumatera Selatan yang puncaknya terjadi di bulan Juli.

“Puso berikutnya disebabkan karena OPT seluas 5.367 ha terutama terjadi di Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Jawa Timur yang puncaknya terjadi di bulan Juli,” jelas Iswari.

Sedangkan puso karena banjir hanya 3.743 ha terutama terjadi di Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Puso tertingginya terjadi pada bulan Juni. Sementara itu, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Sumardjo Gatot Irianto mengatakan pada tahun ini dari target mencetak 23 ribu sawah baru, baru terealisasi sebanyak 150 ha di Papua. “Ini kan karena mulainya juga baru pertengahan tahun.”

Sementara untuk tahun depan target percetakan akan naik signifikan menjadi 200 ribu ha. Menurutnya jumlah itu sudah sesuai kajian yang dipersiapkan. “Dengan percetakan sawah baru, diharapkan dapat meningkatkan produksi beras. Kalau 3 ton/ha saja akan ada tambahan produksi 600 ribu ton.”

Dalam RAPBN 2016 anggaran yang dialokasikan untuk percetakan 200,6 ribu ha sawah baru sebesar Rp6,15 triliun. Sementara untuk pengelolaan air irigasi pertanian termasuk rehabilitasi jaringan irigasi sebesar Rp940,8 miliar. Untuk pengelolaan sistem penyediaan dan pengawasan termasuk bantuan alat mesin pertanian sebesar Rp3,3 triliun.(Q-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya