Headline
Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.
Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.
RODA ekonomi terus berge rak kencang hingga memasuki triwulan III tahun ini. Industri manufaktur besar dan sedang serta industri kecil dan mikro terus melakukan ekspansi seiring dengan tumbuhnya konsumsi di masyarakat.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang pada triwulan III ini secara tahunan tumbuh 5,04%. Adapun secara triwulanan pertumbuhannya tercatat 4,13%.
“Pertumbuhan tertinggi ada pada industri pakaian jadi yang naik 23,13%,” kata Kepala BPS Suharyanto di Kantor BPS, Jakarta, Kamis (1/11).
Disusul industri karet, barang dari karet dan plastik yang naik 18,84%, kemudian industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki naik 14,75% (lihat grafik).
Jika dibandingkan dengan di triwulan II, industri yang tercatat mengalami kenaikan tertinggi ialah industri kendaraan bermotor, trailer, dan semitrailer yang produksinya naik 15,11%.
Soal pertumbuhan industri mikro dan kecil di triwulan III yang lebih rendah daripada industri manufaktur besar dan sedang yakni 3,88%, hal itu karena industri mikro dan kecil gampang dan cepat sekali buka-tutupnya. Kontribusi industri mikro dan kecil terhadap total keseluruhan industri 10,12%.
Namun, Suharyanto mengingatkan industri mikro dan kecil tetap perlu mendapat perhatian meng-ingat banyak rumah tangga di Indonesia menggantungkan hidup pada usaha berbagai sektor industri itu.
Kenaikan pada sektor industri yang kebanyakan terkait dengan konsumsi di masyarakat mengonfirmasi masih tingginya daya beli masyarakat di tengah perlambatan perekonomian global.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah mengatakan untuk meningkatkan konsumsi masyarakat, pemerintah harus bisa menciptakan tambahan pendapatan dan menjaga inflasi di level yang rendah dan stabil.
“Saat ini inflasi sudah rendah dan stabil, tinggal bagaimana menambah income. Rencana kenaikan gaji PNS, kenaikan UMR, dan penya-luran bansos sudah sangat mendukung. Tinggal implementasinya. Jangan sampai digerogoti korupsi dan penyelewengan,” tuturnya.
Kembali inflasi
Inflasi yang terjadi pada Oktober mengakhir tren deflasi yang terjadi pada dua bulan berturut-turut.
Inflasi Oktober tercatat 0,28%. Adapun inflasi tahun kalender dari Januari sampai Oktober 2018 ialah 2,22%. Untuk inflasi dari tahun ke tahun (Oktober 2018 terhadap Oktober 2017) sebesar 3,16%.
“Penyebab utamanya ialah kenaikan harga cabai merah, bensin, dan tarif sewa rumah,” ujar Suhariyanto,.
Kelompok pengeluaran seluruhnya mengalami inflasi. Inflasi terbesar ialah kelompok sandang sebesar 0,54% dan diikuti kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,42%.
Adapun inflasi untuk kelompok bahan makanan sebesar 0,15% dan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,26%.
Sementara itu, komoditas yang dominan memberikan andil kepada inflasi ialah kenaikan harga BBM nonsubsidi pada 10 Oktober lalu. “Itu andilnya ialah 0,06%,” pungkasnya. (E-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved