Headline

Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.

Industri Pariwisata Jadi Tumpuan

Nur Aivanni
24/10/2018 22:30
Industri Pariwisata Jadi Tumpuan
( ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)

PERTUMBUHAN pariwisata di Indonesia terus meningkat. Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan tahun lalu saja angkanya mencapai 22%. Angka itu, kata dia, di atas rata-rata pertumbuhan wisatawan dunia sebesar 6,4% dan pertumbuhan wisatawan di Asia Tenggara (ASEAN) sebesar 7%.

Untuk kawasan ASEAN, pertumbuhan pariwisata Indonesia hanya kalah dari Vietnam yang tumbuh 29%. ‘Negeri Paman Ho’, kata Arief, banyak membuat deregulasi yang mendukung kegiatan pariwisata sehingga bisa mendatangkan banyak turis. “Tapi kita jauh lebih ­unggul daripada Malaysia yang pariwisatanya hanya tumbuh 4%, begitu juga dengan Singapura (5,8%) dan Thailand (8,7%),” ujarnya dalam pemaparan 4 Tahun Kinerja Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla di Jakarta, Selasa (23/10).

Arief mengungkapkan, kini pariwisata menjadi sektor penghasil devisa keempat terbesar setelah kelapa sawit (CPO), ­minyak dan gas bumi, serta pertambangan (batu bara). ­Sumbangan devisa dari sektor pariwisata meningkat sejak 2015 dari US$12,2 miliar menjadi US$13,6 miliar pada 2016 dan US$15 miliar tahun lalu. Tahun ini, pemerintah berharap dapat meraup devisa hingga US$17 miliar dari sektor pelesiran tersebut dan tahun depan targetnya sebesar US$20 miliar.

Berdasarkan catatan Kementerian Pariwisata, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara juga terus melejit. Dari sebesar 9,7 juta pada 2015 menjadi 11,5 juta (2016) dan 14 juta (2017). “Sampai Agustus 2018, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sudah mencapai 10,58 juta dari target 17 juta wisman,” ujarnya.

Atasi defisit
Arief berharap pertumbuhan pariwisata dapat berkontribusi dalam perekonomian nasional, terutama untuk mengatasi defisit transaksi berjalan. Sebelumnya, pada seminar Reinventing Bretton Woods Committee yang mengambil tema The shadow of neo protectionism and coping with the challenges of the normalisation process, di sela-sela pertemuan IMF dan Bank Dunia di Nusa Dua, Bali, beberapa waktu lalu, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan peningkatan ekspor dan pariwisata merupakan sebagian kunci ketahanan ekonomi Indonesia dalam menghadapi berbagai tantangan global.

Dalam seminar yang membahas bagaimana negara-negara menghadapi bayang-bayang neoproteksionisme dan proses normalisasi kebijakan negara maju itu, Mirza menyatakan proses normalisasi perekonomian negara maju, khususnya Amerika Serikat (AS), memang membawa dampak global, terutama terhadap negara berkembang, termasuk dari sisi nilai tukar mata uang.

Dalam kondisi global tersebut, kata Mirza, Indonesia sebagai negara yang memiliki defisit transaksi berjalan terus menjaga agar defisit tersebut berada pada level yang aman. Dengan kebutuhan impor yang masih besar, semakin penting bagi Indonesia untuk mendorong ekspor dan pariwisata. Berbagai destinasi wisata pun terus dikembangkan agar wisatawan asing memiliki pilihan destinasi selain Bali.

Jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia ditargetkan terus bertambah, yakni 20 juta orang pada 2020 dan 25 juta pada 2025. “Semua ini diharapkan dapat menambah penerimaan devisa negara,” ujarnya. (E-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya