Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
AIR merupakan sumber kehidupan. Hal itulah yang melandasi pemerintah untuk terus meningkatkan kelestarian sumber daya air agar ketersediaan air terus ada untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Salah satu proyek infrastruktur pemerintah terkait pemenuhan ketersediaan air adalah melanjutkan pembangunan Embung Karohroy yang berlokasi di Kampung Tanjungsari, Desa Nagaratengah, Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat
Embung tersebut dibangun guna memenuhi ragam kebutuhan seperti air minum, rumah tangga, irigasi, peternakan, perkebunan, pertanian dan usaha produktif.
Embung Karohroy merupakan proyek lanjutan yang dibangun di atas lahan seluas 37,87 hektare yang mampu menyuplai air baku sebesar 2.96 liter/detik dengan penerima manfaat 200 Kepala Keluarga.
Proyek ini dibiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan dikerjakan oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR).
"Embung Karohroy lanjutan ini untuk dimanfaatkan petani. Melalui embung ini, mereka terfasilitasi dengan sumber air dan menjadi sumber rezeki bagi masyarakat akan terbuka. Karena areal persawahan yang dialiri tersebut mencapai 40-50 hektar," ujar Camat Cineam, Ari Fitiadi di Tasikmalaya, Kamis (19/10).
Bahkan, jelasnya, dua tokoh masyarakat di kawasan Cineam meraih penghargaan Kalpataru pada masa Presiden Soeharto yaitu, Ma Eroh dan Abdul Rozak karena berjasa membuat saluran air sebagai cikal bakal pembangunan Embung Karohroy.
Sementara itu, tokoh masyarakat dan juga Ketua Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air (GNKPA), Wayat mengatakan pembangunan Embung Karohroy lanjutan selama ini sebagai wujud perjuangan masyarakat. Masyarakat mendorong pemerintah pusat kembali membangun infrastruktur di Bendung Karohroy.
Ia menjelaskan Embung Karohroy tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat Desa Nagaratengah, tetapi kedepannya juga akan bermanfaat bagi desa-desa di sekitar kawasan itu seperti Kampung Tanjungsari, Mekarsari, dan Cibarulang.
Di sisi lain, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Danau Situ dan Embung, SNVT Pembangunan Bendungan BBWS Citanduy, Adi Sutirtana menjelaskan Embung Karohroy sebelumnya memanfaatkan tanah desa seluas 14.000 meter persegi, kemudian pembangunan dilanjutkan pemerintah.
Pembangunan tahap pertama dilakukan pada 2017 dengan nilai proyek sebesar Rp6,4 miliar dan tahun ini dilanjutkan dengan nilai proyek mencapai Rp5 miliar. Embung tersebut dimanfaatkan untuk saluran irigasi seluas 5 hektar dan memenuhi kebutuhan 200 Kepala Keluarga (KK).
"Ke depannya bisa mencapai 600 KK yang berada di Desa Nagaratengah," ujar Adi Sutirtana.
Ia mengemukakan sumber air embung tersebut berasal dari mata air, air hujan, dan air sungai pada wilayah sekitar. Kemudian, air Embung Karohroy dialiri untuk kebutuhan irigasi pertanian pada musim kemarau, tanaman perkebunan dan peternakan.
"Semua ini untuk mendorong perekonomian dan kesejahteraan masyarakat," ujarnya.
Bendung Manganti
Selain membangun Embung Karohroy, pemerintah juga melanjutkan pembangunan Bendung Manganti. Bendung ini mengaliri irigasi yang berada di Jawa Barat dan Jawa Tengah dan bermanfaat untuk mengantisipasi banjir.
Bendung gerak tersebut berada di Sungai Citanduy, Desa Rejamulya, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah yang dibangun sejak 1971 dan selesai pada 1987.
Bendung ini mengaliri saluran irigasi Lakbok bagian selatan seluas 4.616 hektare di Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat, dan Sidareja (9.614 hektare) dan Cihaur (11.923 hektare) di Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah, yang mencakup 13 desa dari empat kecamatan, yaitu Purwadadi, Mangunjaya, Padaherang, dan Ciamis.
Sementara Ketua Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air, Sarwono, 60, warga Dusun Keuleupuksari, Desa Tambaksari, Kecamatan Kedungreja, Kabupaten Cilacap mengatakan para petani yang berada di Cilacap selama ini bisa menikmati air Bendung Manganti. Bendung tersebut telah memasok areal persawahan melalui saluran irigasi dan juga menikmati air baku untuk kebutuhan sehari-hari.
Ia menambahkan, kekeringan yang terjadi sekarang tidak terlalu mengkhawatirkan petani akan kekurangan pasokan air, karena mereka saat ini sedang menjalankan program Masa Tanam 3 yaitu menanam kacang hijau dan tanaman palawija lainnya sehingga memang tidak terlalu membutuhkan banyak pasokan air.
Namun mereka berharap agar musim kemarau tersebut tidak berkepanjangan agar ketika nantinya masuk Musim Tanam I yaitu padi, mereka tidak akan mengalami hambatan pasokan air dari bendung tersebut. (AD/S1-25/OL-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved