Headline
Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.
Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.
RAPAT Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 22-23 Oktober 2018 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day reverse repo rate (BI7DRR) sebesar 5,75%. Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengungkapkan hal itu didasari pertumbuhan ekonomi global lebih rendah daripada proyeksi semula, disertai ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi.
Mirza mengatakan ekonomi AS makin kuat didukung permintaan domestik yang kemudian menyebabkan ekspektasi inflasi AS tetap tinggi dan akan direspons The Fed dengan tetap menaikkan suku bunga.
Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Eropa dan negara-negara emerging markets, termasuk Tiongkok, diprediksi lebih rendah daripada proyeksi semula, yang pada gilirannya menurunkan prospek pertumbuhan ekonomi secara global.
“Penurunan proyeksi ekonomi dunia juga dipengaruhi ketegangan hubungan dagang AS dengan negara lain dan menurunkan volume perdagangan dunia,” ujar Mirza,
Atas dasar pertimbangan itulah BI tetap mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 5,75%. Keputusan tersebut, menurut Mirza, mencerminkan konsistensi bank sentral dalam upaya menurunkan defisit transaksi berjalan ke dalam batas aman dan mempertahankan daya tarik pasar keuangan domestik sehingga dapat semakin memperkuat ketahanan eksternal Indonesia di tengah ketidakpastian global.
BI, kata dia, juga terus me-nempuh strategi operasi moneter yang diarahkan untuk menjaga kecukupan likuiditas, baik di pasar rupiah maupun pasar valas, serta secara efektif memberlakukan transaksi domestic non-deliverable forward (DNDF) mulai 1 November 2018.
Penerbitan ketentuan itu ditujukan memberikan alternatif bagi pelaku ekonomi dalam melakukan lindung nilai (hedging) di pasar valuta asing domestik, sekaligus melengkapi instrumen lindung nilai yang sudah ada saat ini.
Mirza mengatakan pada 2014 BI telah menerbitkan dua aturan terkait lindung nilai bagi korporasi yang wajib melakukan hedging, serta memberlakukan rating bagi korporasi yang menerbitkan utang luar negeri (ULN). Hal lainnya ialah penggunaan rupiah dalam transaksi luar negeri.
Dalam kesempatan itu, Mirza mengapresiasi langkah yang diambil PT Adaro Energy Tbk yang mengonversi dolar Amerika Serikat (AS) menjadi rupiah dan berharap tindakan itu diikuti korporasi-korporasi lainnya demi penguatan rupiah. “Bila ini bisa diikuti perusahaan lain, tentunya akan bisa semakin menurunkan permintaan dolar yang tidak perlu,” ujarnya.
Mirza mengungkapkan secara year to date (ytd) sampai dengan 22 Oktober 2018, rupiah terdepresiasi 10,65% atau masih lebih rendah daripada pelemahan yang terjadi di Brasil, India, Afrika Selatan, dan Turki.
Ke depan, BI terus melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai nilai fundamennya dengan tetap menjaga bekerjanya mekanisme pasar, yang didukung upaya-upaya pengembangan pasar keuangan.
Analis FXTM Lukman Otunuga menilai kebijakan BI mempertahankan suku bunga sesuai dengan ekspektasi pasar.
“Ini memberi ruang napas bagi beberapa pengambil kebijakan setelah BI menaikkan suku bunga sebanyak lima kali sejak Mei lalu,” ujarnya. (E-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved