Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
PT Bank Mandiri Tbk mencatat kenaikan penyaluran kredit sebesar 13,8% menjadi Rp781,1 triliun hingga September tahun ini sehingga mendorong penghimpunan aset menjadi Rp1.173,6 triliun atau meningkat 8,8% dari September 2017.
Pertumbuhan aset itu berdampak pada laba bersih perseroan pada Januari-September 2018 yang tumbuh 20,0% secara year on year (yoy) menjadi Rp18,1 triliun.
“Pertumbuhan kredit tertinggi selama 18 bulan terakhir ini terutama disumbangkan oleh segmen korporasi besar sebesar 27,6% dan pertumbuhan kredit segmen mikro sebesar 27,1%, yakni masing-masing menjadi Rp301,4 triliun dan Rp97,5 triliun,” terang Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Sulaiman Arif Arianto kepada pers dalam paparan kinerja Bank Mandiri, di Jakarta, Rabu (17/10).
Sulaiman menjelaskan kenaikan laba bersih perseroan juga didukung oleh meningkatnya pendapatan bunga bersih (net interest income) sebesar 4,2% menjadi Rp40,5 triliun dan fee based income sebesar 11,4% menjadi Rp18,75 triliun, serta dibarengi oleh penurunan biaya pencadangan 10,3% dan penurunan rasio kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) gross 74 bps menjadi 3,01% pada akhir September 2018.
Di sisi lain, biaya operasional berhasil terus ditekan dan hanya tumbuh single digit berkat penerapan prinsip efisiensi secara konsisten di seluruh proses bisnis. “Persaingan yang semakin ketat serta kebijakan suku bunga yang diterapkan regulator menuntut perseroan melakukan perbaikan signifikan, baik dari sisi pengelolaan aset produktif maupun penajaman fokus bisnis,” jelas dia.
Sulaiman menerangkan penurunan rasio NPL terutama didorong oleh upaya perseroan dalam melakukan restrukturisasi berkelanjutan, selain pemantauan potensi bisnis debitur secara ketat sehingga dapat membantu debitur dalam memenuhi kewajibannya.
Dia melanjutkan, bisnis Bank Mandiri juga senantiasa berorientasi pada penciptaan nilai tambah, yakni komposisi portofolio kredit produktif pada September 2018 mencapai 77,5% dari total kredit, dan hanya 22,5% yang bersifat konsumtif.
Untuk infrastruktur misalnya, pembiayaan yang disalurkan telah mencapai Rp169,8 triliun atau sekitar 63,9% dari total komitmen yang diberikan sebesar Rp265,7 triliun.
“Sebagai bank BUMN, kami juga terus konsisten mendukung program-program strategis pemerintah untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dan mendorong pemerataan pembangunan,” pungkas Sulaiman.
Bantu ekspor
Direktur Keuangan Bank Mandiri Panji Irawan menambahkan bahwa volatilitas rupiah belakangan ini tidak berpengaruh signifikan pada kinerja Bank Mandiri. Pasalnya, debitur valas mereka hanya nasabah yang memiliki pendapatan dalam valas.
“Depresiasi rupiah tidak berpengaruh besar terhadap kinerja BMRI. Dampak market pasti ada ke sektor konsumen, tapi sampai 9 bulan ini, pelemahan valas tidak signifikan dampaknya terhadap Bank Mandiri,” katanya.
Justru, kata Panji, nasabah yang meminjam valas, porsinya lebih banyak eksportir daripada importir. “Karena itu, dampak pelemahan kurs ini bagi BMRI akan stabil,” jelas Panji.
Bank Mandiri juga termasuk dalam volume kredit foreign exchange oleh eksportir yang melakukan penjualan devisa hasil ekspor. “Karena itu ketika aktivitasnya meningkat akan ada margin yang menambah fee based income bagi perseroan,” tutup Panji. (E-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved