Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Four Steps from Nusa Dua

Fetry Wuryasti
12/10/2018 04:00
Four Steps from Nusa Dua
(Global Findex/Gallup World Poll)

FOR approximately one week, from October 8 to 14, a number of world's economic top officials are attending the International Monetary Fund (IMF) and World Bank (WB) Annual Meetings. Finance ministers from a number of countries will be convening in Bali, as well as economists, academics and non-governmental organizations.

In the meeting that is held in Bali's Nusa Dua area, a high-end coastal enclave, they are discussing current economic issues in the midst of heated global trade wars that have triggered international instability.

There are at least four aspects expected to be discussed in the meetings: 1) finding ways to increase capital investments; 2) managing urbanization for the benefits of the country; 3) increasing human development index; and 4) optimizing the use of technology in the financial sector (financial technology or fintech). Looking at the wide coverage of the meetings, it is only normal that the IMF and World Bank expect measurable and real outcomes from the event.

Over the past few years, several fundamental reforms have been proposed to be included in the capital packages that will enable the World Bank to provide more effective development results. The World Bank has set an ambitious strategy to achieve their 2030 development goals. The organization has put efforts toward achieving the goals by strengthening financial capacity of the countries—answering to shareholders' calls. It has mobilized a large scale of capital, as well as responded to the challenges of global development changes.

Dynamic
Fintech is a dynamic sector standing between finance and technology services. Start-up companies—that focus on technology and have just entered the market—innovate in creating products and delivering services, challenging traditional companies. Soon, fintech will boost world's digital economy, including that of Indonesia. Thus, the annual meetings are scheduled to agree on the "Bali's 12 Fintech Principles."
The event will be attended by IMF Managing Director Christine Lagarde, World Bank President Jim Yong Kim, Indonesian Finance Minister Sri Mulyani, and several other delegates.

In principle, Indonesia encourages the meeting to consider including digital economy issues in the Bali Initiative, said Peter Jacobs, head of the Task Force for the IMF-World Bank Annual Meeting. It is to be taken as a reference for countries to develop their fintech sector, Mr Jacobs said, adding that this fintech proposal consists of 12 principles.

The Benefit of Hosting
The IMF-World Bank Annual Meetings provides an opportunity for Indonesia to lead the discussions on current global issues, such as finding ways to develop infrastructure, maintaining stability of financial system, overcoming inequality, developing human resources, and creating a better financial environment for all.

There would also be a forum designed for investors and world trade leaders to study Indonesia's unique potentials, the country's innovative approaches, and opportunities to invest in the archipelago and other business possibilities.

As a host country, Indonesia would enjoy several benefits, including knowledge transfer, chances to invite more investments and attract trades, the ability to promote the country's tourism, and it would place the country on the list of nations that have successfully organized prestigious global events—IMF-World Bank Annual Meetings and other events.

Indonesia would also enjoy the economic benefits from the foreign exchange income, which was estimated to be around Rp5.9 trillion (US$387.5 million) during the event. The IMF-World Bank Annual Meetings will be attended and visited by approximately 34,000 people mostly from the private sectors in the field of transportation, lodging or hotel industry, food and beverages, shopping and leisure, as well natural and cultural tourism. (Uud/Fat/E-2)


Empat Langkah dari Nusa Dua
SELAMA kurang lebih sepekan ini, 8-14 Oktober, sejumlah petinggi ekonomi dunia hadir di Bali. Mereka mengikuti annual meeting atau pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia. Selain menteri keuangan dari sejumlah negara, pertemuan di 'Pulau Dewata' itupun dihadiri para praktisi ekonomi, akademisi, dan juga lembaga swadaya masyarakat.

Dalam pertemuan yang digelar di Kawasan Nusa Dua tersebut, mereka bakal membahas berbagai persoalan ekonomi terkini di tengah gonjang-ganjing perang dagang yang memicu ketidakstabilan global.

Sedikitnya terdapat empat aspek yang dibahas dalam pertemuan itu, yakni cara meningkatkan investasi modal, mengelola urbanisasi agar dapat menguntungkan suatu negara, meningkatkan indeks sumber daya manusia, dan prinsip untuk memaksimalkan penggunaan teknologi di bidang keuangan (teknologi keuangan/FinTech). Bank Dunia (WB) dan Dana Moneter Internasional (IMF) tentunya mengharapkan manfaat yang nyata dan terukur dari pertemuan tahunan di Bali ini.

Perihal modal,selama beberapa tahun terakhir, beberapa reformasi mendasar telah diusulkan untuk masuk sebagai bagian dari paket modal yang akan memungkinkan Bank Dunia untuk memberikan hasil pembangunan secara lebih efektif dalam upaya yang berkelanjutan secara finansial.

Mereka telah menetapkan strategi ambisius untuk mendukung pencapaian agenda pembangunan 2030.

Mereka akan melaksanakannya dengan memperkuat kapasitas keuangan guna memenuhi aspirasi para pemegang saham, memobilisasi modal dalam skala besar, dan menjawab tantangan perubahan pembangunan global.

Fintech
FinTech adalah bagian dinamis yang berada di persimpangan antara layanan keuangan dan sektor teknologi. Di sini, perusahaan baru (start-ups) yang fokus pada teknologi dan pendatang baru di pasar melakukan inovasi produk dan layanan yang saat ini disediakan oleh industri jasa keuangan tradisional.

Di masa depan, FinTech akan mendongkrak ekonomi digital dunia, termasuk di Indonesia. Hasil akhir yang ingin dicapai terdiri dari 12 prinsip Bali FinTech Agenda yang telah disepakati.

Acara tersebut diisi diskusi panel yang menghadirkan Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde, Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim, Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani, dan beberapa delegasi lainnya.

"Pada prinsipnya, Indonesia mendorong ekonomi digital untuk dipertimbangkan masuk dalam Bali Initative sebagai referensi bagi negara-negara untuk mengembangkan teknologi keuangan mereka," jelas Peter Jacobs, Ketua Panitia Pelaksana Pertemuan Tahunan IMF-WBG Tahun 2018 di Bali.

"Proposal Teknologi Keuangan ini terdiri dari 12 prinsip," tambahnya.

Manfaat tuan rumah
Pertemuan tahunan IMF-WB ini memberikan kesempatan pada Indonesia untuk memimpin pembahasan isu-isu global saat ini, seperti cara mengembangkan infrastruktur, menjaga stabilitas sistem keuangan, mengatasi ketidaksetaraan, mengembangkan sumber daya manusia, dan membuat kondisi keuangan yang baik untuk semua.

Terdapat forum bagi investor dan para pemimpin perdagangan dunia untuk mempelajari potensi unik Indonesia, pendekatan inovatifnya, peluang untuk berinvestasi dalam industri Indonesia, dan peluang bisnis yang ada.

Sebagai negara tuan rumah, Indonesia memperoleh beberapa manfaat seperti transfer pengetahuan, investasi dan perdagangan, pariwisata, dan mengangkat kepemimpinan Indonesia ke forum-forum global lainnya. Indonesia juga mendapat manfaat ekonomi jangka pendek dalam hal pendapatan devisa, yakni sekitar Rp5,9 triliun selama acara berlangsung. Pertemuan tahunan IMF-WBG ini dikunjungi dan dihadiri oleh kurang lebih 34.000 orang yang sebagian besar berasal dari sektor swasta di bidang transportasi, penginapan, makanan dan minuman, belanja dan hiburan, termasuk wisata alam dan budaya. (Uud/Fat/E-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Anwar Surachman
Berita Lainnya