Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
PRESIDEN dan CEO Federal Reserve of New York John C Williams memperkirakan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) akan lebih kuat di masa-masa mendatang. Secara rinci, Produk Domestik Bruto (PDB) riil AS akan meningkat sekitar tiga persen di 2018 dan 2,5% di 2019.
"Dengan stimulus fiskal dan kondisi keuangan yang menguntungkan maka memberikan angin segar bagi perekonomian AS dan prospeknya adalah pertumbuhan yang lebih kuat," kata Williams, dalam Central Bank Forum 2018, di sela-sela pertemuan tahunan IMF-WB 2018, di Nusa Dua, Bali, Rabu (10/10).
Ia menjelaskan laju pertumbuhan ekonomi AS mengarah pada semakin meningkatnya lapangan kerja yang akhirnya menurunkan angka pengangguran. Williams memperkirakan tingkat pengangguran akan turun di bawah 3,5% pada 2019 atau merupakan level terendah dalam 50 tahun terakhir.
Sejalan dengan prospek ekonomi AS yang membaik, tingkat inflasi diprediksi meningkat di atas dua persen. Inflasi yang rendah telah berlangsung selama bertahun-tahun di AS sejak terjadinya krisis keuangan. Tingkat inflasi yang naik ini tidak ditampik memberikan stimulus bagi the Fed untuk menyesuaikan suku bunga acuan.
Guna mengimbangi perbaikan tenaga kerja dan tingkat inflasi maka bank sentral AS membuat sasaran kebijakan moneter ke arah yang lebih normal. Kebijakan yang diambil adalah dengan menaikkan tingkat suku bunga acuan dalam beberapa tahun belakangan.
"Saya terus berharap peningkatan suku bunga secara bertahap akan mendorong ekspasnsi ekonomi AS untuk mencapai mandat atau tujuan ganda," tutur dia, seraya menambahkan bahwa sejak menaikkan tingkat suku bunga dari level nol persen pada Desember 2015, the Fed terus meningkatkan kisaran target hingga antara 2%-2,25%. (Medcom/OL-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved