Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
DANA Moneter Internasional (IMF) berpandangan kondisi nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar AS tidak perlu dikhawatirkan berlebihan sebab pelemahan itu cenderung tidak terlampau tajam terhadap mata uang mitra-mitra perdagangan Indonesia.
Kepala Ekonom IMF Maurice Obstfeld menegaskan hal itu dalam press briefing laporan World Economic Outlook pada Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 di Denpasar, Bali, kemarin.
Obstfeld tidak memungkiri bahwa nilai tukar dolar AS menguat terhadap hampir seluruh mata uang, termasuk mata uang negara berkembang dan rupiah. Sejak awal 2018 atau year to date, nilai tukar rupiah melemah 10% terhadap dolar AS.
"Akan tetapi, depresiasi terhadap mata uang negara-negara mitra dagang Indonesia hanya sekitar 4%. Ini penting untuk dilihat dalam situasi pelemahan nilai tukar," papar Obstfeld.
Profesor ekonomi dari Universitas California, AS, itu mengatakan ada sejumlah faktor penyebab tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Faktor itu antara lain pengetatan kebijakan moneter di AS secara gradual dan pengetatan moneter di sejumlah negara.
Kondisi-kondisi tersebut memberikan dampak cukup signifikan terhadap negara-negara berkembang. Nilai tukar rupiah dan sejumlah mata uang negara-negara Asia Tenggara dan negara berkembang lainnya pun ikut tertekan.
Dalam kesempatan yang sama, Obstfeld juga menyoroti kondisi terakhir perang dagang antara AS dan Tiongkok.
Menurut dia, perang dagang kedua negara masih menjadi faktor signifikan terhadap kondisi lesunya perekonomian dunia. Di tengah kelesuan itu, kondisi ekonomi Indonesia dinilai masih cukup baik.
Indonesia, kata Obstfeld, bahkan menjadi contoh ekonomi yang sukses menghadapi ketidakpastian situasi ekonomi global.
Investasi
Dalam acara Indonesia Investment Forum sebagai rangkaian acara International Monetary Fund-World Bank Group (IMF-WBG) 2018 di Nusa Dua, Bali, kemarin, Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan rupiah yang melemah bisa menjadi peluang bagi masuknya investasi asing.
"Dengan rupiah melemah sedemikian dan untuk investor asing, ini merupakan potensi yang sangat bagus. Mereka konversi dolarnya dengan harga seperti ini," ujar Rini.
Hal itu didukung pertumbuhan Indonesia yang mencapai 5% dengan mayoritas masih didorong konsumsi rumah tangga.
Di sisi lain, Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah bukan sesuatu yang diangkat pada Pertemuan Tahunan IMF-World Bank 2018. Justru Indonesia ingin memberi pesan ke global bahwa rupiah cukup kuat.
"Artinya kami tidak melihat rupiah menjadi satu-satunya mata uang yang melemah. Bahwa kemudian rupiah lebih tajam dari regional, memang, karena satu-dua faktor. Tapi kami tidak akan bawa isu nilai tukar kepada isu yang melemahkan Indonesia," ujar Dody, kemarin.
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank, kemarin, dilaporkan melemah 24 poin menjadi 15.219 jika dibandingkan dengan posisi di hari sebelumnya, yakni 15.195 per dolar AS. (Fat/Ant/X-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved