Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Pembangkit Listrik Angin Jeneponto Selesai November 2018

MI
28/9/2018 08:44
Pembangkit Listrik Angin Jeneponto Selesai November 2018
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Jeneponto.(Dok. Andi Bansuhari Mappasompa)

PEMBANGUNAN Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Tolo I berkapasitas 72 megawatt (MW) yang berlokasi di Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan, telah mencapai 96,68%. PLTB Tolo ditargetkan siap beroperasi (commercial operation date/COD) pada 21 November 2018.

PLTB Tolo I merupakan bagian dari Proyek Percepatan Pembangunan Pembangkit 35.000 MW sekaligus bagian dari upaya pemerintah mencapai target bauran energi nasional 23% yang berasal dari energi baru terbarukan (EBT) pada 2025.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengapresiasi progres pembangunan PLTB Jolo I lebih cepat dari yang sudah ditargetkan sehingga masyarakat dapat segera menikmati manfaatnya. “Saya mengucapkan terima kasih, ini proyek progresnya baik, penyelesaiannya lebih cepat beberapa bulan dari yang sudah ditargetkan dan juga saya sangat berkesan dengan adanya kerja sama dan kontribusi yang baik dengan masyarakat sekitar,” ujar Jonan di Jeneponto, Jumat (21/9).

Jonan mengapresisasi kerja sama pihak PT Energi Bayu Jeneponto dengan masyarakat dalam bentuk corporate social responsibility (CSR). “Kerja sama pihak manajemen PLTB Tolo 1 dengan masyarakat menurut saya bisa dijadikan percontohan karena masih banyak juga proyek pembangunan yang besar di bidang kelistrikan juga energi.”

Pembangunan PLTB Tolo melibatkan 950 pekerja. Dari jumlah tersebut, 97% di antaranya ialah tenaga kerja Indonesia dan 3% lainnya tenaga kerja asing. Pemanfaatan tenaga asing selama masa konstruksi proyek ini hanya 27 orang. Dari 250 pekerja domestik, 122 orang di antaranya tenaga kerja lokal. Pada saat operasi nanti, tenaga kerja asing yang berkerja di PLTB Tolo 1 direncanakan hanya satu orang.

Sesuai dengan power purchase agreement (PPA) antara Konsorsium PT Redaya Energy Pte & PT Global Pacific Energy dan PT PLN (persero) pada 14 November 2016, tarif listrik yang berlaku US$11,850/kWh.

PLTB Tolo yang dibangun dengan investasi US$160,7 juta dikerjakan kontraktor utama PT Pembangunan Perumahan Tbk dengan tingkat kandungan komponen dalam negeri mencapai sekitar 42%. Groundbreaking PLTB ini telah dilaksanakan pada 2 Juli 2018 oleh Presiden RI, bersamaan dengan peresmian PLTB Sidrap.
PLTB Tolo akan memiliki 20 wind turbine generator (WTG) dengan tinggi 133 meter, panjang baling-baling 63 m. Setiap turbin berkapasitas 3,6 MW. Hingga saat ini, sudah 10 WTG yang sudah terpasang, dan WTG ke-11 sedang dalam pengerjaan.

Listrik yang dihasilkan PLTB Tolo akan disalurkan ke sistem transmisi PLN dengan tegangan 150 kilovolt (kV). Untuk penyaluran tenaga listrik, telah dibangun satu substation baru, yakni Substation Tolo, dan modifikasi pada substation PLN Jeneponto.

Selain itu, dua transformator telah dipasang dengan kapasitas masing-masing 45 volt-ampere (VA).

Estimasi produk listrik PLTB Tolo ialah 198,6 gigawatt (GW) per tahun, dengan kecepatan angin 6 meter per detik (m/s) dan capacity factor 30%.
PLTB Tolo juga ditargetkan akan mereduksi emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 160.600 ton CO2/tahun.

Optimisme tumbuh
Optimisme tercapainya target pemanfaatan EBT makin tumbuh. Hal itu ditandai dengan digarapnya 1.725 MW atau 1,7 GW proyek pembangkit listrik tenaga angin atau bayu di berbagai wilayah Indonesia.

Terdapat 24 proyek PLTB di beberapa lokasi potensial yang sedang dilakukan pengembangan oleh para pengembang listrik swasta atau independent power producer (IPP), termasuk PLTB Sidrap 75 MW.

Terdapat 23 proyek PLTB yang sedang tahap konstruksi, proses negosiasi untuk PPA, feasibility study (FS), pengukuran, dan tahap rencana. Proyek PLTB tersebut antara lain Jeneponto (72 MW) yang sudah kontruksi dan Sukabumi (10 MW) yang dalam tahap negosiasi PPA.

Sementara itu, yang dalam tahap FS, penguruan maupun rencana antara lain Sukabumi (170 MW), Lebak dan Pandeglang (masing-masing 150 MW) di Banten, Tanah Laut (90 MW) di Kalimantan Timur, Jeneponto (175 MW), Sidrap Phase II (75 MW), Sidrap Phase III (200 MW), Selayar (5 MW) di Sulawesi Selatan, Buton (15 MW) di Sulawesi Tenggara, Kupang (2 X 10 MW), Sumba Timur (3 MW) di Nusa Tenggara Timur serta Ambon (15 MW), Kei Kecil (5 MW), dan Saumlaki (5 MW) di Maluku, Gunung Kidul (10 MW) di Yogyakarta, Belitung Timur (10), Garut (10 MW), dan Timor Tengah Selatan (20 MW) serta Bantul (50 MW).

Jonan mengutarakan pemerintah berkomitmen mengutamakan pengembangan sumber energi primer yang ada di setiap wilayah. “Setiap wilayah menggunakan sumber energi primer yang dimiliki. Sulawesi Selatan, misalnya, tak memiliki geothermal, tetapi ada angin dan air.” (S1-25)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya