Headline

KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.

Pilpres 2019 Tak Ganggu Investasi SCG

Cahya Mulyana
15/8/2018 16:11
Pilpres 2019 Tak Ganggu Investasi SCG
(ist)

PT Sement Ciam Group (SCG) Indonesia meyakini pesta demokrasi yang akan digelar pada 2019 tidak akan mengganggu sektor bisnis. Indonesia dinilai sebagai negara dengan tingkat kedewasaan politik yang tinggi dibanding negara-negara lain, khususnya di kawasan Asia.

"Jumlah penduduk Indonesia sangat banyak, dengan kedewasaan politik yang tinggi dibanding negara lain. Maka kami yakin pilpres 2019 tidak akan membawa dampak negatif sama sekali untuk sektor bisnis," kata Business Support Director of PT SCG Indonesia, Phongsathorn saat mengunjungi Media Indonesia dan Media Group di kantor Media Group, Jakarta, Rabu (15/8).

Menurut dia, stabilitas keamanan dan ekonomi Indonesia membuat SCG tenang untuk terus mengembangkan bisnis. Kondisi ini sangat unik dan berbeda dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan Asia khususnya Asia Tenggara.

Contohnya, imbuh dia, Kamboja dan Malaysia ketika menghadapi gelaran pesta politik, kerap terjadi kericuhan atau berdampak pada sektor ekonomi.

"Namun Indonesia tidak, padahal jumlah penduduknya paling banyak (di Asia Tenggara)," terangnya.

Dengan demikian, SCG akan melebarkan sayap bisnis dan memperluas pasar. Termasuk, menanamkan investasi baru di sektor-sektor usaha selain semen, petrokimia, dan packaging.

"Saat ini kami sedang memperhatikan bisnis berbasis internet yang tengah berkembang pesat di Indonesia. Ini terkait rencana menanamkan investasi," pungkasnya.

Diketahui SCG membukukan pendapatan dan penjualan sebesar Rp52,41 triliun atau USD3,77 miliar di kuartal II-2018. Posisi tersebut naik 11% dibandingkan tahun lalu atau naik 2% (q to q).

Pendapatan dari Penjualan SCG untuk semester pertama tahun 2018 meningkat 6% y-o-y menjadi Rp102,9 triliun (USD7,5 miliar) karena tingginya harga bahan kimia. Selain itu, pendapatan dari ekspor untuk semester pertama tahun 2018 meningkat karena keuntungan tidak berulang dalam penjualan investasi pada tahun sebelumnya, disebabkan oleh meningkatnya nilai mata uang baht Thailand serta naphtha costs.

Pendapatan ekspor untuk semester pertama tahun 2018 mencapai Rp28,02 triliun (USD2,04 miliar) atau 27% dari pendapatan gabungan penjualan yang tetap. Kondisi ini tidak berubah jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu.(OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya