WAKIL Presiden Jusuf Kalla meminta bank-bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) fokus pada khittah bisnis masing-masing. Langkah itu sebagai perkuatan andil perbankan nasional dalam proyek-proyek pembangunan yang menciptakan lapangan kerja dan pemerataan ekonomi.
Hal tersebut diungkapkan Komisaris Utama BRI Mustafa Abubakar seusai kunjungan ke Kantor Wapres. Mustafa datang dengan sejumlah komisaris lainnya.
"Tadi wapres mempertegas perlunya pembidangan atau fokus pada bidang-bidang tertentu walaupun masih juga bisa menggarap bidang lain. Supaya kompetisi ini berjalan sehat," ujar Mustafa di Kantor Wapres, Jakarta, Kamis (16/4).
Mustafa menjelaskan, BRI menegaskan pengembangan bisnis yang berorientasi pada pengembangan kemampuan rakyat. Salah satunya melalui penyaluran kredit usaha rakyat (KUR). Sekedar informasi, sejak 2007 sampai November 2014 sudah tersalur dana KUR sebesar Rp175,16 triliun. Kontribusi BRI mencapai Rp115,6 triliun.
"Misalnya ke depan (BRI) lebih banyak orientasi kepada rakyat kecil atau UMKM. Bank Mandiri misalnya pada infrastruktur atau industri, kalau BTN jelas ke perumahan rakyat, BNI ke trading (perdagangan)," katanya.
Dengan begitu, Mustafa mengatakan, bank-bank BUMN tidak perlu merger (bergabung). Menurutnya, cukup dengan sinergi yang apik antara bank-bank pemerintah.
"Wapres mengatakan merger itu bukan jawaban untuk memperkuat permodalan perbankan dan kami juga mendukung karena ternyata BRI yang masih stand alone dibandingkan Mandiri yang gabungan empat bank, ternyata BRI tidak kalah cepat tumbuhnya," tuturnya.
Sementara itu, JK mengatakan Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 250 juta orang tidak mungkin hanya dilayani oleh satu bank pemerintah. Oleh karenanya, dia tidak sepakat opsi merger bank-bank pelat merah.
"Ini jangan samakan di Singapura, Malaysia. Ini justru mereka harus berjalan tetapi sesuai dengan arah masing-masing yang tentu ada yang diutamakan. Kalau di rombak-rombak, dibuka lagi, kacau balau nanti dan makan tempo. Itu lebih banyak ongkosnya dari pada operasinya nanti. Kita lupakan saja berpikir begitu (merger)," ujarnya. (Q-1)