Headline
Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.
Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.
Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.
MENTERI Perdagangan Enggartiasto Lukita menegaskan perlunya pedagang menjual beras di bawah harga eceran tertinggi (HET), terutama untuk beras medium. Jika tidak memiliki persediaan, para pedagang bisa melapor kepada dinas perdagangan di daerah setempat untuk kemudian dikirimkan oleh Perusahaan Umum Badan Urusan Logisitik.
"Kalau mereka ada, daerah mereka siap, Bulog tidak perlu suplai. Kalau daerah tidak siap, Bulog akan masuk," ujar Mendag di Jakarta, kemarin.
Margin keuntungan dalam menjual beras dari Bulog, diakui Enggar, memang tidak besar, tetapi sudah cukup dan terbilang wajar. Dari setiap 1 kilogram beras yang dijual, diperkirakan keuntungan yang didapat dengan menjual beras Bulog ialah sekitar Rp400-Rp500 per kilogram.
"Marginnya memang berbeda jika tidak menjual dari Bulog. Tetapi kalau lebih dari itu tidak masuk akal keuntungannya. Ketika kita sudah sediakan dan ada pedagang beras yang tidak mau menjual beras Bulog, Satgas Pangan, tim Kemendag, dan dinas perdagangan setempat akan meminta keterangan mereka," tegasnya.
Seperti diwartakan sebelumnya, pemerintah berencana menurunkan harga eceran tertinggi untuk jenis beras medium dari Rp9.450 per kilogram (kg) menjadi Rp8.950 per kg. Enggar mengungkapkan kebijakan tersebut diberlakukan untuk meningkatkan daya beli masyarakat.
Rencana kebijakan itu sudah mempertimbangkan aspek perdagangan di lapangan. Ia mengatakan, dari pantauan langsung yang dilakukan tim Kementerian Perdagangan, termasuk dirinya, rata-rata harga beras dengan kualitas medium sudah berada di bawah harga acuan yang ditetapkan pemerintah.
"Kalau kita lihat perkembang-annya, harga sudah di bawah HET. Kalau kita pakai acuan lama, Rp9.450 per kilogram (kg), harga sudah di bawah itu, kisarannya Rp9.000-Rp9.200 per kilogram."
Oleh karena itu, kata dia, akan lebih baik jika pemerintah kembali mengintervensi sepanjang harga yang ditetapkan masih masuk akal dan tidak turun terlalu jauh. "Keinginan kita memang menarik harga ke bawah," tuturnya.
Kendati demikian, Enggar menyatakan pihaknya belum akan memberlakukan kebijakan tersebut. Ia mengatakan perlu bertemu terlebih dulu dengan Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi yang dijadwalkan Kamis (7/6). "Kami ingin membuat harga beras murah, tetapi ini perlu langkah bertahap."
Saat ditemui terpisah, Ketua Komisi IV DPR Edhy Prabowo mengungkapkan para petani padi selaku produsen beras seharusnya bisa menekan lebih besar biaya produksi. Pasalnya, pemerintah telah memberikan berbagai subsidi, seperti pupuk dan benih serta bantuan alat mesin pertanian (alsintan).
"Harga gabah petani sudah hampir Rp5.000 per kilogram (kg). Itu sudah di atas pagu anggaran. Pagu itu Rp3.700 dan itu sudah untung bagi petani. Benih dan pupuk juga sudah disubsidi," ujar Edhy di Jakarta, kemarin. (TS/E-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved