Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah Masih Normal

Tesa Oktiana Surbakti
30/5/2018 15:25
Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah Masih Normal
(ANTARA)

PERGERAKAN nilai tukar rupiah berangsur menguat meski masih berada di level Rp 14.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution memandang fluktuasi kurs terbilang normal di tengah besarnya tekanan eksternal.

"Ya (nilai tukar rupiah) bisa naik sedikit atau turun sedikit. Normal saja," ucap Darmin singkat di kantornya, Rabu (30/5).

Mengacu kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), nilai tukar rupiah per 30 Mei 2018 berada di level Rp 14.032 per dolar AS. Pada pekan sebelumnya, pergerakan kurs terbilang melemah hingga menyentuh level Rp 14.200 per dolar AS. Kondisi tersebut jelas di luar ekspektasi mengingat Bank Indonesia memutuskan adanya kenaikan suku bunga acuan (BI 7-Days Reserve Repo Rate/DRRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,50%.

Menyusul kebijakan serupa guna menstabilkan nilai tukar rupiah, Bank Indonesia diketahui mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) tambahan. Hasilnya ialah menaikkan kembali BI 7-DRRR sebesar 25 bps atau menjadi 4,75%. Menanggapi hal tersebut, Darmin memandang keputusan Bank Sentral tidak menjadi persoalan sepanjang mampu menahan kemerosotan nilai tukar. Apalagi kenaikan suku bunga acuan beberapa waktu lalu belum berdampak signifikan lantaran dianggap terlambat oleh ekonom maupun pelaku pasar.

"Sah-sah saja (keputusan Bank Indonesia). Tujuannya memang itu (memperkuat rupiah). Ya karena sudah diprediksi orang tadinya. Waktunya (kenaikan BI 7-DRRR) bisa lebih cepat, atau jumlahnya sedikit lebih besar. Karena gak keluar seperti itu responnya gak sesuai," tukas Darmin.

Adapun, ekonom Bank Mandiri Dendi Ramdani potensi penguatan nilai tukar rupiah relatif besar. Pasalnya, dalam beberapa pekan terakhir rupiah mengalami lonjakan (overshooting) dari fundamentalnya. Dampak depresiasi rupiah memang akan melemahkan harga aset finansial di Tanah Air, misalnya saham dan obligasi. Kendati demikian, kondisi tersebut akan menjadi insentif alami bagi masuknya kembali arus modal (capital inflow).

Faktor lain yang dapat mendorong laju penguatan kurs ialah kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia. Pihaknya memprediksi nilai tukar rupiah sampai akhir 2018 akan bergerak di level Rp 13.800 per dolar AS. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018, kurs sebagai asumsi makro dipatok Rp 13.400 per dolar AS.

"Kemungkinan besar rupiah akan menguat kembali. Karena yang terjadi beberapa minggu terakhir adalah "overshooting". Faktor lain dari eskternal di mana Dollar Index Spot (DYX) juga mengalami koreksi. Penguatannya bisa sekitar Rp 13.800 per dolar AS," ucap Dendi kepada Media Indonesia.(X-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Victor Nababan
Berita Lainnya