Headline

Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.

Fokus

Penipuan online makin marak menjerat masyarakat.  

Perry Prioritaskan Stabilitas Rupiah

Tesa Oktiana Surbakti
24/5/2018 19:10
Perry Prioritaskan Stabilitas Rupiah
(MI/Susanto)

PELEMAHAN nilai tukar rupiah yang sudah melampaui level Rp14 ribu per dolar Amerika Serikat (AS), masih akan menjadi sorotan utama Bank Indonesia setelah dipimpin Perry Warjiyo.

Dalam jangka pendek, Gubernur Bank Indonesia yang baru diambil sumpahnya hari ini, Kamis (24/5) itu akan memprioritaskan upaya menstabilkan nilai tukar yang semakin jauh dari fundamentalnya.

"Prioritas Bank Indonesia dalam jangka pendek ialah memperkuat langkah-langkah segera stabilkan nilai tukar yang tertekan lebih banyak karena tekanan eksternal yang melintasi seluruh negara. Terutama berasal dari Amerika Serikat,” tutur Perry seusai dilantik Ketua Mahkamah Agung Hatta Ali, Kamis (24/5).

Kondisi ekonomi Negeri Paman Sam saat ini memang tengah masuk masa pemulihan yang didukung berbagai data ekonomi pendukung, seperti turunnya tingkat pengangguran dan aktivitas produksi industri tercermin dari Index Purchasing Manufacture (IPM).

Fenomena kenaikan imbal hasil (yield) obligasi AS yang sudah diatas 3% mendorong penguatan dolar AS terhadap mata uang global. Ekspektasi kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS (Fed Fund Rate/FFR) lebih dari tiga kali sepanjang 2018 pun ikut berkontribusi memperkuat dolar AS.

"Kenaikan yield selama 10 tahun ini menyebabkan capital out flow dari seluruh negara emerging market. Ini fenomena global bahwa tekanan (terhadap nilai tukar) lebih banyak karena eksternal," kata Perry yang sebelumnya menjabat Deputi Gubernur Bank Indonesia.

Secara garis besar, BI dikatakannya akan memprioritaskan kebijakan moneter guna menstabilkan nilai tukar. Di antaranya dengan mengkombinasikan kenaikan suku bunga acuan (BI 7-Days Reserve Repo Rate/DRRR) dan intervensi ganda.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 16-17 Mei lalu memutuskan kenaikan BI 7DRRR sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,5%, suku bunga deposit facility sebesar 25 bps menjadi 3,75%, dan suku bunga lending facility sebesar 25 bps menjadi 5,25%.

Dalam merespon ekspektasi kenaikan FFR, Bank Sentral dikatakannya lebih mengarah ke depan (ahead the curve). Setelah menjadi nakhoda baru Bank Indonesia, Perry mendeklarasikan arah kebijakan menjaga ekonomi nasional yang bukan hanya prostabilitas, melainkan lebih progrowth.

Dia menggambarkan kenaikan BI 7DRRR sebagai salah satu instrumen yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Perry mencoba meluruskan anggapan kenaikan suku bunga acuan berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi.

"Bank Indonesia menaikkan suku bunga itu kan salah satu instrumen. Masih ada instrumen lain misalnya relaksasi (kebijakan) yang bisa mendorong growth. Kenaikan suku bunga acuan itu dampaknya 1,5 tahun, bukan berarti growth-nya turun. Untuk nilai tukar rupiah, dampaknya kurang lebih satu kuartal," imbuhnya.

Adapun intervensi ganda yang dilakukan menyasar suplai pasar valuta asing (foreign exchange) dan melakukan aksi buyback atau membeli Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder. BI telah membeli SBN sebesar Rp50 triliun sejak awal 2018. Pembelian instrumen SBN terbesar dalam menstabilkan nilai tukar terjadi bulan ini dengan besaran Rp13 triliun. (X-12)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ahmad Punto
Berita Lainnya