Headline
Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.
Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.
KINERJA ekspor minyak sawit Indonesia termasuk biodiesel dan oleochemical periode triwulan pertama 2018 tercatat sebesar 7,84 juta ton atau turun 2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yakni 8,02 juta ton.
Khusus untuk minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan turunannya, tidak termasuk olechemical dan biodiesel, ekspor yang dibukukan sebesar 7,5 juta ton, lebih rendah 3% dari raihan periode yang sama pada 2017 yang mencapai 7,73 juta ton.
Hambatan perdagangan dari berbagai negara menjadi faktor utama merosotnya kinerja ekspor minyak sawit Indonesia.
"UE mengeluarkan resolusi Parlemen Eropa yang menuding sawit sebagai penyebab deforestasi, India menaikkan bea masuk impor minyak nabati, Amerika Serikat melancarkan tuduhan antidumping biodiesel dan China memperketat pengawasan terhadap minyak nabati yang diimpor," ujar Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Danang Girindrawardana melalui keterangan resmi, Kamis (24/5).
India menjadi negara baru yang menerapkan hambatan perdagangan untuk komoditas minyak sawit. Sejak awal Maret, Negeri Bollywood itu menaikkan pajak impor minyak nabati yang bersumber dari CPO dari semula 30% menjadi 44% dan refined palm oil dari 40% menjadi 54%.
Kebijakan India yang menaikkan pajak impor minyak nabati menyebabkan ekspor minyak sawit ke negara tersebut tergerus 8% dari 442 ribu ton pada Februari menjadi 408 ribu ton pada Maret.
Namun, merujuk pada capaian ekspor Maret secara keseluruhan, angka yang dihasilkan masih sedikit lebih baik karena mengalami peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya. Maret tahun ini, ekspor CPO mencapai 2,4 juta ton, tumbuh 1% dari Februari yang hanya 2,37 juta ton.
Yang menarik, walaupun pemerintah UE dan AS mencoba menghambat perdagangan minyak sawit, permintaan para pengusaha dari negara-negara itu tetap meningkat. Pada Maret, AS dan UE mencatatkan kenaikan permintaan sebesar 38% dan 11% dari bulan sebelumnya.
Tiongkok juga menjadi salah satu negara yang melakukan impor terbesar dengan kenaikan 16%. "Pasar baru dari Afrika juga ikut membukukan kenaikan impor sebesar 38%," ucapnya.
Dari sisi hulu, produksi minyak sawit Indonesia pada triwulan pertama 2018 mencapai 10,41 juta ton atau melonjak 24% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya 8,4 juta ton.
"Peningkatan produksi terjadi karena hari kerja yang panjang, cuaca yang mendukung dan ditopang produksi yang masih tinggi," paparnya.
Hingga akhir Maret, stok minyak sawit di dalam negeri tercatat mencapai 3,65 juta ton. (X-12)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved