Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong investasi pabrik bahan baku petrokimia, nafta cracker, yang saat ini masih tergantung impor. Salah satu perusahaan industri petrokimia yang berkomitmen untuk membangun pabrik nafta cracker adalah Lotte Chemical Titan.
"Nafta cracker bahan baku petrokimia kita memang kurang sehingga masih impor. Tetapi setelah ini (pabrik) produksi, bisa disubstitusi. Bahkan, pabrik ini juga akan menghasilkan ethylene, propylene dan produk turunan lainnya. Jadi, kita tidak akan impor (nafta cracker) lagi," ujar Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Achmad Sigit Dwiwahjono dalam keterangan resmi yang diterima Media Indonesia di Jakarta, Minggu (20/5).
Hal itu disampaikannya usai mendampingi Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada pertemuan dengan Vice Chairman of Lotte Group Huh Soo Young beserta delegasinya.
Sigit menyebut nilai investasi Lotte rencananya sebesar US$3,5 miliar. Dari satu pabrik Lotte saja, diharapkan bisa mengurangi impor produk petrokimia hingga 60%.
Perusahaan asal Korea Selatan itu akan melakukan peletakan batu pertama untuk pembangunan pabrik pada akhir tahun 2018. Pabrik Lotte itu akan dibangun di Cilegon, Banten dan menargetkan total kapasitas produksi nafta cracker sebanyak 2 juta ton per tahun.
Saat ini Lotte masih menyelesaikan proses perizinan terkait pembebasan lahan, pembangunan pelabuhan, dan pengurusan analisis mengenai dampak lingkungan (amdal).
"Tanah yang sudah tersedia sekarang seluas 100 hektare, tetapi mereka (Lotte) terus mencari tambahan karena area yang akan dibangun terintegrasi untuk menghasilkan bermacam-macam produk," sebutnya.
Selain Lotte, lanjut Sigit, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk juga berencana membangun kembali pabrik pengolah nafta cracker kedua (CAP2) yang menelan investasi senilai US$4-5 miliar.
Adanya tambahan investasi Lotte Chemical dan Chandra Asri tersebut, produksi nafta cracker di Indonesia akan mencapai 3 juta ton per tahun.
"Indonesia bisa memposisikan sebagai produsen (nafta cracker) terbesar ke-4 di Asean setelah Thailand, Singapura dan Malaysia," ucapnya.
"Dan apabila pabrik Lotte dan Chandra Asri beroperasi pada tahun 2023, Indonesia bisa mengurangi impor produk petrokimia hingga lebih dari 60%," imbuhnya.
Sebelumnya, Menperin Airlangga menyebut manufaktur besar Thailand, Siam Cement Group (SCG) juga berminat berinvestasi pabrik nafta cracker di Indonesia. SCG berencana membangun fasilitas produksi nafta cracker senilai US$5,5 miliar yang juga bertempat di Cilegon, Banten dengan kapasitas produksi 1,2 juta ton per tahun.
Bila terealisasi seluruhnya, maka Indonesia tidak perlu mengimpor nafta cracker lagi, bahkan justru akan mengekspor. Sebab saat ini produksi nafta cracker di Indonesia baru mencapai 900 ribu ton per tahun, sementara permintaan dalam negeri sebanyak 1,6 juta ton. (OL-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved