Headline

Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.

Lepas 15% Saham, Tugu Pratama Incar Dana Rp1 Triliun

Cahya Mulyana
12/4/2018 08:16
Lepas 15% Saham, Tugu Pratama Incar Dana Rp1 Triliun
Presiden Direktur PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (ATPI) Indra Baruna (tengah) berbincang dengan (dari kiri) Direktur Teknik Andy Samuel, Direktur Pemasaran Migas Sigit Suciptoyono, Direktur Keuangan & Jasa Korporat Muhammad Syahid, dan Direktur Pem(MI/Adam Dwi)

PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia (ATPI) siap melepas 15% saham di pasar modal. Dengan harga perdana Rp3.850 hingga Rp5.000 per lembar saham, anak usaha Pertamina itu mengincar dana Rp1,09 triliun hingga Rp1,4 triliun dari pelepasan  282.352.941 lembar saham perseroan.

Perusahaan berencana menggunakan 75% dana tersebut untuk belanja modal. Sisanya disuntikkan ke entitas usaha, PT Tugu Reasuransi Indonesia.

“Kita akan melakukan IPO, yang jelas kebutuhan ini dalam rangka pengembangan bisnis ke depan,” kata Presiden Direktur Asuransi Tugu Pratama Indonesia Indra Baruna seusai public expose di Jakarta, kemarin.

ATPI saat ini memiliki nilai bisnis sejumlah 30% yang terkait dengan Pertamina, sedangkan 70% adalah bisnis di luar Pertamina. “Ini menunjukkan potensi untuk mengembangkan bisnis terkait Pertamina sebagai induk kami masih besar,” tambahnya.

ATPI  menunjuk PT Danareksa Sekuritas dan PT Mandiri Sekuritas sebagai joint lead underwriter. Book building sudah mulai dibuka hingga 23 April 2018.

Diharapkan, pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) keluar pada 4 Mei 2018 sehingga ATPI bisa mencatatkan saham pada 15 Mei 2018.

Saat ini pemegang saham utama ATPI ialah Pertamina (65%), diikuti PT Sakti Laksana Prima (17,6%), Siti Taksiyah (12,5%), dan Mohamad Satya Permadi. Setelah IPO kepemilikan Pertamina terdelusi menjadi 55,25%, PT Sakti Laksana Prima 14,96%, Siti Taksiyah 10,33%, dan Mohamad Satya Permadi 4,46%.

 Sepanjang 2017, ATPI  membukukan pendapatan premi neto konsolidasi sebesar US$165,43 juta, naik 282% daripada tahun sebelumnya sebesar US$43 juta. “Kenaikan pendapatan premi neto ini karena kebijakan peningkatan retensi secara selektif pada account yang memiliki risiko relatif baik yang dilakukan perseroan,” jelas Direktur Keuangan & Jasa Korporat M  Syahid. (Cah/E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya