Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Ewindo Siapkan 30% Biaya Operasi untuk Pengembangan SDM

Antara
05/4/2018 18:45
Ewindo Siapkan 30% Biaya Operasi untuk Pengembangan SDM
(Managing Director Ewindo, Glenn Pardede---Ist)

PERUSAHAAN benih sayuran hibrida, PT East West Seed Indonesia (Ewindo), menyiapkan 30% dari total biaya operasi (operational expenditure/opex) di 2018 untuk kegiatan riset dan pengembangan, khususnya pengembangan sumber daya manusia (SDM) di bidang pemuliaan tanaman.

"Investasi terbesar perusahaan yang bergerak di bidang perbenihan adalah riset dan pengembangan. Tanpa didukung itu bagaimana pun canggihnya marketing yang dijalankan akan percuma saja," kata Managing Director Ewindo, Glenn Pardede, di Jakarta, Kamis (5/4).

Berbicara dalam ajang LabIndonesia 2018 di Jakarta Convention Center, Gleen mengatakan, Ewindo akan mengalokasikan lebih besar lagi di 2019 sekitar Rp150 miliar masih untuk riset dan pengembangan di antaranya untuk infrastruktur DNA Marker.

Lebih jauh ia mengatakan, sebagai sumbangannya di bidang perbenihan, Ewindo telah membangunkan pusat perbenihan (seed center) bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

"Kami investasi Rp3 miliar meliputi bangunan, peralatan, dan teknologi, serta bantuan pengelolaannya. Ke depannya fasilitas Pusat
Perbenihan itu akan menjadi milik UGM," kata Glenn.

Ia mengatakan, melalui pusat perbenihan tersebut Ewindo ikut melestarikan plasma nutfah sayuran asal Indonesia untuk itu pihaknya akan
melakukan pendampingan sampai bisa mandiri termasuk pelatihan bagi operator di Taiwan.

Di dalamnya sudah memiliki ruang pendingin (cold storage) untuk menyimpan benih beku. Ke depannya, fasilitas ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan benih sampai ke tahapan komersial. Menurutnya, Indonesia seharusnya memiliki fasilitas semacam ini untuk  pengembangan varietas atau benih unggul dan berkualitas, butuh waktu sepuluh tahun untuk pengembangan benih sampai tahapan komersial.

Glenn mengatakan pusat riset dan pengembangan sangat penting mengingat penyakit dan iklim juga selalu berubah sehingga menuntut benih unggul dan berkualitas. Untuk itu diharapkan pemerintah dapat mengalokasikan biaya riset dan pengembangan lebih besar lagi, khususnya untuk hortikultura.

"Bicaranya kalau sudah skala nasional, tidak lagi ratusan miliar, tetapi sudah di atas triliunan untuk riset dan pengembangan," jelasnya.

Hal tersebut untuk menjawab kebutuhan akan benih unggul yang terus meningkat yang mana pada 2018 diperkirakan mencapai 16.000 ton, dan baru setengahnya yang dapat dipenuhi oleh produsen benih nasional.

Teknologi untuk intensifikasi pertanian, serta penggunaan benih unggul berkualitas adalah kunci atas ketersediaan pangan masa depan. Biaya benih unggul sendiri hanya 3-5% dari total biaya produksi pertanian, tetapi di sisi lain untuk menghasilkan benih unggul yang berkualitas diperlukan teknologi tinggi dan biaya yang cukup besar.      

Teknologi modern yang digunakan Ewindo untuk menghasilkan benih unggul berkualitas adalah teknologi penanda DNA molecular (DNA marker). Melalui pemanfaatan teknologi tinggi ini ada sejumlah keunggulan lebih akurat (memilih sifat unggul tanaman yang diinginkan), lebih cepat (dapat digunakan untuk memilih indukan sebelum di tanam di lapangan), lebih efisien (hanya menanam tanaman yang dibutuhkan), dan lebih aman untuk lingkungan.

Dalam menghasilkan varietas unggul berkualitas, Ewindo juga menggunakan metode customer preference based. Contohnya adalah penemuan varietas Tomat Servo F1. Varietas unggul ini ditemukan untuk menjawab kebutuhan konsumen terhadap tomat yang memiliki rasa lebih enak, bentuk dan ukuran yang menarik.

Dari sisi petani, varietas ini memiliki adapatasi yang luas, mampu berproduki lebih cepat dan lebih banyak. Sejak dua tahun lalu sampai dengan saat ini, Ewindo berkolaborasi dengan Yayasan Bina Tani Sejahtera dan beberapa mitra menggelar kegiatan training atau capacity building yang dilakukan kepada petani kecil hortikultura (small holder horticulture) yang ada di wilayah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Lampung.
     
Adapun, pelatihan yang diberikan berupa standar produksi benih, manajemen petani, good agricultural practices, pest and diseases
management
, post harvest management, dan market access.     

Ewindo juga mendorong regenerasi petani melalui program petani muda panah merah. Diharapkan sedikitnya akan ada 500 petani milenial dari berbagai daerah hingga 2019.      

Sedangkan peneliti senior Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Ahmad Riyadi, menyampaikan sejumlah tantangan yang dihadapi perbenihan nasional, antara lain ketersedian benih bermutu yang belum mencukupi dan kelembagaan perbenihan yang belum optimal. Ia menyampaikan bahwa saat ini 50% benih holtikultura Indonesia sangat tergantung pada benih impor.      

"Penelitian untuk menghasilkan varietas baru yang berorientasi pasar masih terbilang masih minim. Ketersediaan benih mutu masih terbatas. Sarana produksi benih dan SDM yang masih terbatas, saat ini kita sangat tergantung benih impor," ujar Ahmad.        

Ia juga menilai, pemerintah di beberapa daerah juga kurang mendukung berkembangnya kelembagaan perbenihan. Hal itu ditambah pengawasan dan sertifikasi benih yang belum optimal.      

"Alhasil, koordinasi antara pengembangan dan penyediaan benih belum maksimal. Misalnya, ada varietas unggul pada peneliti yang sudah dilepas, tapi belum juga dikembangkan," kata Ahmad.       

Glenn menambahkan, masalah perbenihan, terutama ketersediaan benih unggul menjadi salah satu penyebab sulit bersaingnya produk buah-buahan Indonesia dari produk impor.      

"Apalagi di saat pemerintah baru menerapkan pengetatan hortikulura impor, para produsen benih kewalahan memenuhi tingkat permintaan produksi benih itu tidak mencukupi kebutuhan benih di Tanah Air," ujar dia. (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya