Headline

Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.

Fokus

Isu parkir berkaitan dengan lalu lintas dan ketertiban kota.

Butuh Strategi Industri Manfaatkan Perang Dagang AS-Tiongkok

Pra/E-3
25/3/2018 08:00
Butuh Strategi Industri Manfaatkan Perang Dagang AS-Tiongkok
(MI/ROMMY PUJIANTO)

INDONESIA dipandang belum memiliki kemampuan memanfaatkan kesempatan pada konflik dagang yang kini tengah terjadi antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Pasalnya, produktivitas industri Indonesia belum bisa menyamai produktivitas industri kedua negara besar tersebut.

"Dua negara lain sedang bertarung, lalu apa kita bisa muncul di tengah-tengah mengambil kesempatan? Tidak, kita ini belum bisa," ungkap ahli ekonomi perdagangan Fithra Faisal, dalam sebuah diskusi, di Jakarta, kemarin.

Pernyataan itu diutarakan bukan tanpa kajian. Menurut dia, ada begitu banyak negara yang berpikiran sama dan mengincar kesempatan serupa atas konflik antara kedua negara besar di dunia itu. "Kita tidak sendirian: ada Vietnam, Thailand, Malaysia yang juga bersiap (mengambil kesempatan)," tuturnya.

Namun, lanjut dia, produktivitas Indonesia termasuk negara-negara di ASEAN itu dari sisi industri belum dapat menyaingi AS dan Tiongkok.

"Kita memang punya keunggulan di sektor agrikultur, komponen, tetapi (produktivitas) kita tidak efisien, tidak produktif. Industri jadi tidak bisa bersaing," jelasnya.

Sebelumnya, Tiongkok memperingatkan AS bahwa mereka tidak takut atas perang dagang dan mengancam tarif terhadap barang-barang AS senilai US$3 miliar. Peringatan Tiongkok itu dilontarkan sebagai balasan atas tindakan Presiden AS Donald Trump yang menerapkan tarif tinggi bagi barang-barang impor dari Tiongkok. Langkah Presiden AS Donald Trump itu pun dikhawatirkan memicu perang dagang antara AS dan Tiongkok.

Pengamat kebijakan Tiongkok Tian Jingjing menyatakan Indonesia memang memiliki banyak keunggulan, terutama dari aspek kawasan. Sayangnya, keunggulan itu kini belum diimbangi dengan kondisi industri yang dapat bersaing dengan negara-negara lain.

Pembangunan infrastruktur yang tengah digalakkan pemerintah di bawah arahan Presiden Joko Widodo sudah sangat baik. Namun, untuk memetik hasilnya tentu membutuhkan waktu yang tidak singkat.

"Indonesia harus memiliki strategi industri jangka panjang, terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan industri dasar. Indonesia harus mampu menyiapkan substitusi bahan baku impor untuk mendongkrak produksi dan tidak tergantung pada negara lain."

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Shinta Kamdani mengatakan belum ada pertanda perang dagang AS-Tiongkok akan berdampak signifikan bagi kinerja ekspor atau impor Indonesia.

Namun, dia meminta pemerintah serta pengusaha dalam negeri memperhatikan kondisi tersebut dengan serius. "Kedua negara bisa saja mencari pasar baru, tetapi kami belum tahu seberapa jauh memengaruhi Indonesia."



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya