Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Serunya Bisnis Permak Fesyen Bermerek

SISWANTINI SURYANDARI
11/3/2018 02:21
Serunya Bisnis Permak Fesyen Bermerek
(DOK. SISWANTINI SURYANDARI)

BERAWAL dari kebiasaan menjahit baju saat kuliah di Fakultas Sosial Politik Universitas Gadjah Mada, Ika Harrily akhirnya tergerak membangun bisnis menjahit baju. Ia pun akhirnya punya butik sendiri pada 2000 dengan nama Butik Hana, dengan spesifi kasi pakaian kebaya dan baju pengantin. Bertahan dengan baju-baju pengantin, Ika mulai mengamati banyaknya pelanggan yang meminta bantuannya untuk permak.

“Jadi awalnya banyak pelanggan saya yang baru pulang dari luar negeri, atau membeli di toko baju terkenal datang ke saya dan curhat kalau bajunya agak kebesaran. Dari situ saya mulai berpikir mengembangkan usaha di bidang permak branded. Permak khusus baju-baju bermerek mahal,” kata Ika saat ditemui di Butik Hana kawasan Kasablanka, Jakarta Selatan, Kamis (18/1).

Selain para penjahit yang ia miliki cukup trampil, mesin jahit yang dimilikinya bisa membuat permak baju-baju bermerek ini sesuai atau cocok di badan. “Tentu ekstra hati-hati karena baju-baju itu mahal. Biasanya saya akan melihat kain dan benang yang digunakan baju tersebut. Maka akan saya sesuaikan dengan benang yang akan dipakai.

Sampai saat ini benang, risleting yang kami pakai masih impor dari Jepang,”ungkapnya. Bahkan, selain pakaian, jaket kulit atau baju terbuat dari kulit, bisa dipermak di butiknya. “Awalnya pelanggan cuma membawa satu baju untuk contoh. Lama-lama mereka datang membawa lebih dari satu baju yang akan dipermak,” ujarnya sambil tersenyum. Namun, dia tidak selalu bersedia memermak pakaian yang dibawa pelanggan.

“Pernah datang pelanggan dengan membawa pakaian bermerek Gucci seharga Rp50 juta. Pakaiannya masih dibungkus dengan tas, dan ada harganya di situ. Pemiliknya berkali-kali bilang ini baju mahal. Saya pikir pemiliknya tidak percaya dengan saya untuk dipermak, saya memilih menolak daripada nantinya pemilik baju itu tidak suka. Saya lebih senang kalau pelanggan percaya dengan pekerjaan yang kami lakukan,” ungkapnya.

Minim kompetitor
Diakuinya untuk permak branded ini belum banyak pemain. Bahkan masih di bawah 10 orang pelakunya di Jakarta. Omzet yang diperoleh per bulannya sekitar Rp10 juta. “Tiap hari selalu ada yang datang untuk permak pakaian bermerek. Selain pakaian, jaket kulit dan celana jins juga bisa kami lakukan. Saat dipermak tetap sesuai dengan aslinya. Benangnya sama. Jahitannya juga sama. Termasuk teknik menjahitnya,” tambahnya. Dengan jumlah pemain bisnis permak branded yang belum banyak membuka peluang bagi Ika untuk belajar banyak tentang dunia fesyen internasional.

Lini bisnis sepatu
Baginya terus berinovasi selain bisa menambah penghasilan, juga memperbanyak pelanggan. Selain berurusan dengan jahit menjahit baju, Ika juga membuka bisnis sepatu. Khusus untuk sepatu pesta. “Tadinya saya hanya menjahit kebaya dan pakaian pengantin.
Seringkali pelanggan saya kesulitan mencari sepatu yang cocok dengan pakaian yang dikenakan. Maka saya berpikir bagaimana kalau membuat sepatu senada dengan pakaian,” kata Ika yang sempat mendalami pendidikan industri fesyen di Singapura ini. Akhirnya Ika mulai serius membuat sepatu pesta sekitar dua tahun lalu.

Ia pun tidak menduga banyak pelanggannya yang menyukai sepatu buatannya. Bagi Ika, inovasi dan promosi harus terus ditingkatkan. Ia pun pernah mengajukan kebaya hasil karyanya untuk dipakai para artis dalam acara Opera Van Java yang ditayangkan di Trans TV. “Sejak awal busana saya dipakai artisartis OVJ.

Karena tiap hari tayang, setiap hari saya membuat kebaya baru karena untuk kejar tayang. Kebaya-kebaya itu sering dibeli juga saat selesai syuting. Selama empat tahun saya mengisi sebagai wardrobe dalam acara tersebut,” ungkap Ika. Selain membuat kebaya, sepatu pesta, dan permak branded, ia menyuplai pakaian pengantin untuk wedding organizer yang dikelola suaminya. “Kami punya perusahaan sendiri-sendiri.

Kalau saya khusus pakaian pengantin, kebaya, sepatu, permak branded. Kalau suami menangani wedding organizer. Kolaborasinya apabila pengantin membutuhkan pakaian pengantin, saya yang akan mengisinya. Kalau tidak ya tidak masalah.” Ika pun tidak akan berpuas diri dengan keadaan sekarang. Ia mengaku tidak nyaman bila berada di zona nyaman karena bisa mematikan kreativitas.Belum lama ini Ika mengantarkan para karyawannya untuk umrah sebagai bentuk terima kasih atas kerja keras mereka. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya