Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
MESKI pemerintah baru mencanangkan produksi massal mobil listrik pada 2025 mendatang, PT Mobil Anak Bangsa (MAB) sudah memulai lebih dini dengan memproduksi bus listrik mulai tahun ini dengan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) mencapai 45%.
MAB yang didirikan Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko itu sudah memperkenalkan prototipe keduanya di Gaikindo Indonesia International Commercial Vehicle Expo (GII-Comvec) 2018.
Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, akan menjadi tempat uji coba bagi dua bus listrik buatan MAB sebagai alat angkut penumpang dari terminal (airside) ataupun antarterminal (landside).
"Kami sediakan tempat untuk uji coba.Kalau MAB sudah dapat sertifikasi dan uji kelaikan, kita langsung jalan," ujar Dirut PT Angkasa Pura II (Persero) Muhammad Awaluddin seusai penandatanganan MoU dengan MAB di Jakarta, akhir pekan lalu
Ia melihat bus listrik MAB lebih efisien dalam segi daya angkut penumpang bagi yang tidak melalui garbarata ketimbang armada bus yang selama ini dimiliki AP II.
Saat ini butuh dua hingga tiga bus untuk mengangkut penumpang yang turun dari pesawat berbadan sempit dengan jumlah rata-rata 120 orang, sedangkan dengan bus listrik buatan MAB penumpang bisa ditampung ke dalam satu bus saja. "Dan ini emisi gas buangnya 0%," ucapnya.
Prototipe III
Tidak hanya AP II yang mendukung pengembangan bus listrik. Perusahaan transportasi berbasis bus, Pahala Kencana, justru telah memesan hingga 350 unit. Pada tahap pertama akan direalisasikan 150 unit terlebih dahulu. Prototipe kedua dibuat untuk jarak maksimal 300 km dalam satu kali pengisian baterai. Adapun bus pesanan Pahala Kencana merupakan prototipe ketiga yang bisa menempuh jarak 1.100 km untuk sekali pengisian.
"Mereka (MAB) sedang membuat prototipe yang sesuai operasi Pahala Kencana. Kami servis paling dekat 600 km, paling jauh 1.300 km, sehingga kita harapkan satu kali jalan tidak perlu isi ulang di tengah jalan. Kecepatannya 125 km per jam," kata Presiden Direktur Pahala Kencana Bambang Tedjokusumo.
Ia berharap prototipe ketiga itu bisa selesai dalam dua bulan ke depan untuk diuji coba. Jika berjalan mulus, bus listrik itu akan mulai digunakan pada tahun ini atau paling lambat di 2019. Bus listrik itu akan melayani rute pantura dan selatan Jawa.
"Mulai 2020 kita berencana semua armada transfer ke bus listrik," sebutnya.
Moeldoko mengatakan bus listrik pabrikannya bisa dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan tiap-tiap pengguna dengan umur bus mencapai 10 tahun. Harga bus listriknya pun sangat kompetitif di kisaran Rp3 miliar. Harga itu lebih murah ketimbang bus dengan spesifikasi serupa dari Tiongkok yang sekitar Rp4 miliar.
Selain dari Pahala Kencana, ia mengaku telah mendapat banyak permintaan dari Perusahaan Otobus (PO) Sabar Subur dan PT Transportasi Jakarta.
"Tapi kalau kapasitas produki bus kami, itu tergantung permintaan. Kalau produksi 30 unit per bulan bisa," tukas Moeldoko.
(Nyu/E-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved