Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Ekonomi Global Diyakini Cerah

Tesa Oktiana Surbakti [email protected]
25/1/2018 06:31
Ekonomi Global Diyakini Cerah
(AFP PHOTO / Fabrice COFFRINI)

PROSPEK pertumbuhan ekonomi dunia diprediksi meningkat atau naik 3,9% pada kurun dua tahun ke depan. Hal itu diutarakan Direktur Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde saat konferensi pers dalam pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, Senin (23/1) waktu setempat. “Pertumbuhan global telah meningkat sejak 2016, dan semua tanda mengisyaratkan bahwa pertumbuhan itu akan terus menguat. Ini kabar yang baik,” kata Lagarde. Lembaga pemberi pinjaman internasional itu mengatakan sekitar 120 negara, yang mewakili tiga perempat pembelanjaan ekonomi dunia, mendapat manfaat dari pertumbuhan ekonomi selama 2017 serta menciptakan ekspansi global terbesar dalam tujuh tahun. “Perdagangan dunia meluas, dan konsumen lebih percaya diri,” ujarnya.
Sementara itu, pekan lalu, Bank Dunia menaikkan perkiraannya untuk pertumbuhan ekonomi global tahun ini menjadi 3,1%. Hal itu didasarkan atas pemulihan yang sedang berlangsung di seluruh dunia. “Perkiraan itu naik 0,2% dari proyeksi pada Juni tahun lalu,” kata lembaga yang berbasis di Washington itu dalam laporan prospek ekonomi global.

Satu hal yang menarik, di antara negara-negara tangguh secara ekonomi seperti Tiongkok, India, dan Amerika Serikat, World Economic Forum menyoroti secara khusus analisis bank Dunia tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut mereka, Indonesia berkontribusi sebesar 2,5% terhadap pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) dunia (lihat grafik). Bank Dunia juga memperkirakan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,3% pada tahun ini dan meningkat menjadi 5,5%.

Manfaatkan Tiongkok
Kepala Departemen Ekonomi Center for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal mengatakan kontribusi Indonesia terhadap ekonomi global bisa lebih besar lagi asalkan mampu menciptakan pertumbuhan yang efisien dan berkelanjutan.
Kendati demikian, Yose memandang persoalan mendasar bukan besaran kontribusi, melainkan keterkaitan dengan ekonomi global yang masih rendah. Itu tecermin dari rasio perdagangan terhadap PDB sekitar 30% atau di bawah negara-negara kawasan, seperti Tiongkok yang di atas 40%. Di samping itu, kontribusi investasi dari penanaman modal asing (PMA) terhadap PDB, baru sekitar 2,4%. Sementara itu Tiongkok, kontribusi investasinya sudah pada level 4,5 %.

Menyoroti pesatnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok, Yose berpendapat Indonesia dapat memanfaatkan suntikan dana untuk program prioritas. Misalnya terkait dengan pembiayaan infrastruktur. Apalagi Tiongkok mempunyai inisiatif pusat pembiayaan melalui Asian Infrastructure Investment Bank. “Namun masih perlu dicari bagaimana skema yang tepat, proyek serta program yang memberikan manfaat optimal, baik negeri penerima (pinjaman) maupun donor seperti Tiongkok,” tukasnya. Pengamat ekonomi Indef Bhima Yudhistira berpendapat Indonesia dapat memetik manfaat dari kebijakan ‘Negeri Tirai Bambu’ melakukan rebalancing atau fokus pada konsumsi domestik. “Dengan perubahan arah kebijakan tersebut maka ekspor Indonesia ke Tiongkok akan semakin besar,” ujar Bhima. (AFP/E-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya