BCA Punya 60 Debitur Korporasi Berpotensi Go Public

PT Bank Central Asia (BCA) memiliki 60 debitur korporasi yang potensial menjadi perusahaan publik.

Dengan melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO), mereka dapat memperoleh sumber pendanaan yang lebih besar dan dapat digunakan sebagai modal pengembangan bisnis.

Wakil Presiden Direktur BCA Armand Hartono mengatakan para debitur korporasi dapat mencontoh BCA sebagai bank yang telah menjadi perusahaan publik sejak 2000.

Dengan menjadi perusahaan terbuka, saham perbankan itu meroket signifikan.

Pada awalnya, saham perusahaan dengan kode emiten BBCA itu ditawarkan Rp1.400 per lembar saham.

Saat ini, angkanya sudah melompat jauh di lever Rp21.250 per saham.

"Kami berharap, setelah ini debitur korporasi dan komersial BCA akan makin mantap untuk melaksanakan IPO," ujar Armand saat Workshop Road to Go Public with BCA di Gedung BEI, Jakarta, kemarin.

Kendati menginginkan para debitur korporasi segera bergabung di pasar modal, ia mengatakan perusahaan-perusahaan itu juga harus terlebih dulu menyiapkan dan berkomitmen menjadi good corporate governance (GCG) sebagai salah satu persyaratan go public.

"GCG ialah salah satu persyaratan go public. Hal itu sangat penting karena dapat berkontribusi mempertahankan dan meningkatkan kelangsungan usaha yang sehat dan kompetitif dalam jangka panjang," tandasnya.

Direktur Utama BEI Tito Sulistio juga mengimbau perusahaan dengan utang perbankan di atas Rp1 triliun untuk melakukan IPO.

"Kalau tidak bagus, tidak mungkin dikasih utang bank," ujarnya.

Pada 2018, kata Tito, ada sekitar sembilan anak perusahaan BUMN dan beberapa perusahaan swasta yang akanmelaksanakan IPO.