Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
PROGRAM kemitraan antara perusahaan pemasok tembakau dan petani tembakau bisa menjadi solusi bagi permasalahan yang membelenggu petani tembakau.
Program kemitraan diyakini dapat menjamin penyerapan hasil tembakau para petani selama ini sesuai dengan standar yang telah disepakati.
Melalui program ini, para petani binaan juga memperoleh pendampingan teknis seperti informasi dan bimbingan praktik pertanian tembakau serta akses permodalan, baik sarana maupun prasarananya.
Kepastian penyerapan hasil panen itu pulalah yang menjadi alasan Mahni, 32, petani tembakau dari desa Pijot Utara, Lombok Timur, bergabung dengan kemitraan.
Ibu dua anak ini bergabung ke dalam kemitraan dengan PT Sadhana Arifnusa, pemasok tembakau untuk PT Sampoerna, sejak 2015.
Sebelumnya, Mahni menjual tembakaunya secara lomprongan, istilah warga setempat untuk tengkulak.
"Saya jual Rp3 juta per kuintal. Namun, kadang mereka tidak langsung memberikan uangnya," tutur Mahni saat ditemui di Nusa Tenggara Barat, kemarin.
Ia telah tujuh tahun menjadi petani tembakau.
Dengan bergabung ke kemitraan, kini penghasilannya meningkat.
"Bisa Rp4 juta per kuintal," ujarnya.
Selain peningkatan penghasilan, Marni mengaku mendapat banyak keuntungan dari kemitraan.
Ia, misalnya, diajari teknik menanam benih pemupukan yang benar.
Pada 2016 kebun tembakau ibu dua anak ini mampu menghasilkan 5 ton tembakau dari 2 hektare lahannya.
Dia pun meraup penjualan Rp164 juta. Dengan dikurangi ongkos produksi sekitar Rp80 juta, penghasilannya bisa mencapai Rp84 juta sekali musim tanam yang berlangsung selama enam bulan.
Head of Fiscal Affairs and Communications Sampoerna Elvira Lianita mengatakan ada sekitar 2.700 petani binaan di Nusa Tenggara Barat dengan total lahan sekitar 5.000 hektare.
Melalui program kemitraan integrated production system (IPS), mereka mampu meningkatkan produktivitas hingga 25% sehingga berdampak langsung pada peningkatan pendapatan petani.
"Melalui program ini, kami berharap para petani dapat memproduksi tembakau yang berdaya saing dan efisien, serta memenuhi standar kualitas perusahaan, ketentuan regulasi, serta ekspektasi konsumen," ujarnya.
Ditingkatkan
Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto mengatakan sebenarnya sejak dulu pernah digalakkan kemitraan antara on farm dan off farm atau pertanian dan industri.
Namun, akhir-akhir ini upaya untuk mendorong kemitraan itu agak kendur.
Panggah mengatakan kemitraan akan ditingkatkan lagi karena betul-betul bisa membawa suatu manfaat yang besar, baik dari sisi produktivitas, kesejahteraan petani, maupun keuntungan industri. Dengan begitu, semuanya akan berhubungan.
Oleh karena itu, tidak hanya di tembakau, hal itu juga akan diterapkan pada susu, kakao, kopi, dan lainnya.
"Jadi saya kira kita memang harus terus dorong dan saya kira salah satu yang cukup menonjol ialah kemitraan yang dilakukan para industri rokok dengan para petani ini," ujarnya.
(E-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved