Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
KETUA Harian Yayasan Lembaga Konsumer Indonesia, Tulus Abadi, menyayangkan kurangnya sosialisasi yang efektif atas kebijakan pembayaran nontunai di pintu tol yang akan berlaku secara efektif pada Oktober mendatang. Dampaknya bisa timbul kekacauan di pintu-pintu tol akibat pengguna tol tidak siap mengikuti kebijakan itu.
"Sosialisasi hanya terjadi secara konvensional, spanduk di pintu tol, jalan-jalan. Tidak terlihat yang lebih interaktif di media sosial atau dengan pengguna smartphone. Saya khawatirkan kalau hanya andalkan penyebaran informasi konvensional, pesan tidak sampai," ujarnya, kemarin (Kamis, 7/9).
Di sisi lain, penetrasi penggunaan uang elektronik dan fasilitas transaksi pembeliannya juga harus diperhatikan. Dirut Jasa Marga Desi Arryani menyampaikan pengguna layanan nontunai hanya naik 2%.
"Perlu diperhatikan apakah sudah difasilitasi transaksi pembelian uang elektronik atau e-money, dan juga harus dilihat apakah penjualan e-toll meningkat. Kalau masih minim, potensi transaksi gagal. Bayangan saya, kemacetan bakal bisa makin parah kalau infrastruktur sudah harus pakai kartu e-money, tetapi pengguna tol tidak membawanya," tandasnya.
Permasalahan penggunaan layanan pembayaran nontunai di pintu tol selama ini tidak terbatas pada kemauan dari pengguna jalan tol untuk memilih layanan itu. Sering kali pemilik kartu elektronik tidak bisa menggunakan kartu yang dimilikinya karena kesulitan untuk mengisi ulang. Selain itu, keandalan kartu uang elektronik itu juga perlu ditingkatkan.
Seperti yang pernah dikeluhkan Daru, pengguna Tol Jagorawi dan tol dalam kota. "Saya pernah baru isi ulang dan memakai untuk dua tiga kali transaksi, tiba-tiba kartu e-toll saya tidak bisa dipakai. Beruntung istri saya juga punya kartu lain. Sejak itu saya bawa dua kartu untuk back-up," ujarnya.
Sementara itu, pihak Jasa Marga telah menyediakan gerbang tol otomatis (GTO) multi dan gardu semiotomatis (GSO) dengan dua posisi reader agar kendaraan besar dapat menjangkau mesin saat melakukan transaksi.
"Reader yang bawah untuk kendaraan golongan I dan reader yang atas untuk kendaraan yang lebih tinggi, dari golongan II hingga golongan V," kata AVP Corporate Communication Jasa Marga, Dwimawan Heru, saat dihubungi. (Try/E-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved