Headline
Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.
Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.
INDEKS harga saham gabungan (IHSG) ditutup pada level 5.829,979 atau menguat 0,28% dari penutupan sebelumnya pada level 5.813,741. Saat pembukaan kemarin, IHSG menguat tipis pada 5.823,013 dan sempat pada level tertinggi yakni 5.834,184. Analis Kresna Sekuritas, Etta Rusdiana Putra, mengatakan selama Agustus sentimen pasar relatif masih sesuai dengan ekspektasi dan belum ada upgrade yang sig-nfikan di pasar. “Akhir Agustus, sentimen pasar (domestik) cukup kondusif setelah BI menurukan 7DRR ke 4,5%,” ungkap Etta kepada Media Indonesia, kemarin.
Namun, untuk September ini, Etta melanjutkan, sentimen eksternal mesti diwaspadai. Fokus utama pasar ialah perkembangan geopolitik di kawasan Asia Timur.
Konflik geopolitik di semenanjung Korea dan Asia Timur (Tiong-kok, Jepang, dan Korea Selatan) ialah motor bagi ekonomi Asia sehingga bisa memicu gejolak di pasar terutama untuk safe haven asset seperti emas. “Sementara ini, risk appetite market memang sedang ke safe haven asset (emas) dan bond market. Kalau saya lihat, selama bond market Indonesia masih stabil (dan cenderung menguat), rasanya relatif kondusif,” tutur dia.
Dia memberikan ekspektasi konflik di Korea Utara pada bulan ini tidak bakal membesar atau masih terkendali. Karena itu, masih ada ruang bagi indeks untuk bertahan di zona 5.730-5.900. Selama bertahan di atas 5.730 pada September ini, peluang IHSG untuk tutup akhir tahun sebesar 6.100-6.200 masih terbuka. Meski demikian, tekanan profit taking masih harus diwaspadai. “Kami perkirakan IHSG bergerak di 5.750-6.000 pada September dengan kecenderungan menguat terbatas. Risiko yang diwaspadai ialah breakdown support 5.730 karena breakdown level 5.730 bisa memicu pola throwback market dengan basis support di 5.450-5.500.”
Pada bulan ini, ia masih mewaspadai tekanan pada saham perbankan dan risiko profit taking saham batu bara yang ada di area resisten. “Namun, saya masih optimistis dengan outlook jangka panjang Indonesia, dan mempertahankan target IHSG di 6.100-6.200 pada 2017. Pada bulan ini, kami masih fokus pada alfa generator yang diharapkan dari saham berbasis metal dan minyak. Pilihan trading bulan ini ialah MEDC, ANTM, TINS, dan UNVR,” ujarnya.
Data ekonomi
Analis Oso Securities, Riska Afriani, menyampaikan, meski terjadi ketegangan geopolitik antara AS dan Korea Utara di semenanjung Korea, pada September ini masih ada potensi terjadi koreksi IHSG. Hal itu didorong data ekonomi Indonesia yang menunjukkan jaminan fondasi cukup kuat. “Setidaknya pada kuartal ketiga dan keempat pertumbuhan ekonomi akan lebih tinggi dari kuartal pertama dan kedua,” kata dia.
Sejauh ini, lanjut Riska, sektor saham pertambangan masih diuntungkan seiring dengan kenaikan harga komoditas seperti nikel dari US$19 ribu per ton di akhir 2016 menjadi US$21 ribu per ton, dan permintaan batu bara yang berlimpah dari Tiongkok. “Sektor pertambangan sampai kuartal IV saya rasa masih bagus sampai akhir tahun,” tukas Riska. (E-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved