Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Fed Fund Naik, BI Pertahankan Suku Bunga

Tesa Oktiana Surbakti
16/6/2017 08:30
Fed Fund Naik, BI Pertahankan Suku Bunga
(ANTARA)

BANK Indonesia (BI) tetap mempertahankan suku bunga acuan BI-7 days reserve repo rate (BI-7D RR) sebesar 4,75% dengan suku bunga deposit facility 4,00% dan lending facility 5,50%.

Keputusan yang diambil melalui rapat dewan gubernur (RDG) tersebut untuk menjaga stabilitas makroekonomi, sistem keuangan, dan mempertahankan keberlanjutan pemulihan ekonomi nasional.

Kendati demikian, BI tetap mewaspadai potensi gejolak global, terutama kenaikan lebih lanjut suku bunga acuan The Federal Reserve (federal funds rate/FFR).

Selain itu, hasil pemilihan umum di Inggris, termasuk harga sejumlah komoditas yang belum pulih seperti minyak dunia.

"Dari sisi domestik, beberapa risiko yang diwaspadai ialah dampak penyesuaian administered prices pada inflasi. Kemudian berlanjutnya konsolidasi korporasi dan perbankan," ungkap Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Komunikasi BI Tirta Segara dalam jumpa pers di Jakarta, kemarin.

Seperti diketahui, Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve menaikkan suku bunga untuk kedua kali dalam tiga bulan.

Bank Sentral AS menaikkan FFR sekitar 0,25% atau 25 basis poin menjadi 1%-1,25%, dan diprediksi menaikkan suku bunga acuan 2-3 kali pada tahun ini.

Tirta mengatakan, untuk mengantisipasi dampak gejolak global termasuk kenaikan FFR tersebut, pihaknya memastikan akan memperkuat koordinasi dengan pemerintah dalam rangka mengendalikan inflasi agar berjalan sesuai perkiraan.

Badan Pusat Statistik mencatat inflasi per Mei 2017 sebesar 0,39%.

"BI juga memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran," tutur Tirta.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan pemerintah bersama BI telah mengantisipasi kebijakan moneter global termasuk Bank Sentral AS yang menaikkan suku bunga kedua kalinya pada tahun ini.

Pemerintah, lanjut Sri, kini fokus memperhatikan pola pergerakan The Fed, apakah akan cenderung melambat atau malah dipercepat.

"Tentu perlu dilihat selanjutnya pada pola kenaikan (FFR) tersebut akan tetap sama, slowing atau accelerating. Itu barangkali yang harus diantisipasi," pungkas Sri seusai menjadi keynote speech pada laporan Indonesia Economic Quarterly oleh Bank Dunia, di Jakarta, kemarin.

Percaya diri

Dirut Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio menambahkan keputusan BI yang mempertahankan suku bunga acuan menunjukkan ada kepercayaan diri dari pemerintah dan BI bahwa ekonomi Indonesia membaik.

"Kepercayaan diri pemerintah terlihat pula dari naiknya indeks, dan loan to deposit ratio (LDR) yang terjaga. Defisit budget juga terjaga di bawah 3% dan spending infrastruktur tambah kuat," ujar Tito di Gedung BEI, Jakarta, kemarin.

Tito bahkan optimistis capital market segera membaik.

BEI menargetkan setidaknya capital market mampu menembus Rp6.500 triliun pada 2017.

Adapun saat ini market cap sudah mencapai Rp6.250 triliun. (Try/E-3)




Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya