Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
INI tahun keempat saya dipercaya untuk menulis di kolom ini selama Ramadan sebulan penuh. Bangga karena terpilih di antara banyak orang yang punya bakat menulis dan mungkin lebih baik dari saya. Senang karena dapat honor menulis sebagai subsidi sepinya tawaran event off air bulan ini. Lumayan buat nambah bekal mudik hehehe.
Dipaksai menulis setiap hari ialah konsekuensi menerima kepercayaan ini. Meskipun ide tulisan sudah saya kumpulkan jauh-jauh hari, tetap ada saatnya ide itu mentok. Sering kali satu jam saya habiskan hanya untuk menatap layar komputer tapi tetap tidak ada satu kata pun berhasil saya ketik. Istilahnya ialah writer’s block.
Sekreatif apa pun seseorang, kehabisan ide ialah sebuah kepastian yang akan hadir. Hal ini bukan milik pekerja seni saja. Seorang pebisnis bisa kehabisan ide saat mencari cara mengembangkan bisnisnya, pelatih sepak bola kebingungan mencari strategi untuk memenangi pertandingan, sampai politikus memikirkan cara berkampanye yang efektif.
Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan ide habis. Yang pertama ialah waktu. Jika waktunya sedang tidak tepat, mau dipaksakan apalagi? Istirahatlah. Neil Gaiman, salah satu penulis favorit saya, menyarankan jika ide sedang mentok, tinggalkanlah untuk beberapa saat, jangan dipikirkan, dan lakukanlah hal lain.
Berikutnya bisa jadi ide mentok bukan karena tidak ada ide, tapi lebih karena rasa takut. Rasa takut akan kritik atau respons orang tidak sesuai ekspektasi. Rasa takut itu wajar, tapi kita bisa memilih rasa takut itu sebagai injeksi racun yang mematikan atau motivasi semangat yang menguatkan. Saya pilih yang kedua.
Di tahun pertama saya menulis, rasa takut itu ada. Namun, seiring waktu kita akan belajar dari kesalahan dan kritikan. Bukankah seorang profesional pun pada awalnya ialah seorang amatir?
Yang ketiga ialah keinginan untuk menjadi seorang perfeksionis. Perfection is stagnation. Jika saat membuat tulisan atau menciptakan lagu ada tekanan dalam diri harus selalu sempurna, yang ada kita malah tidak pernah melakukan apa pun.
Saya beruntung diberikan Tuhan sedikit kemampuan untuk membuat karya seni, dalam tulisan, lagu, atau berkata-kata dalam siaran. Lebih merasa beruntung lagi karena ditambah bonus kesempatan.
Ada yang memiliki kesempatan, tetapi tidak punya kemampuan. Kemampuan ada, kesempatan juga. Akan makin lengkap jika ditambah kemauan, karena tanpanya, kemampuan dan kesempatan akan terbuang begitu saja.
Karena punya kemauan untuk memanfaatkan kemampuan dan kesempatan itu, saya memilih untuk ‘menderita.’ Kendaraan saya punya, tapi setiap hari saya memilih untuk menggunakan kendaraan umum. Karenanya banyak tulisan saya berawal dari pengamatan dan pengalaman saya berinteraksi dengan ojek daring, sopir taksi, penumpang bis, pedagang kaki lima, tukang parkir, siapa pun itu sampai berjalan kaki menyusuri trotoar.
Mungkin itulah yang membuat saya ‘kaya’ dengan cerita. Saya juga menambah referensi dengan membaca buku, menonton berita, sampai memantau media sosial yang terkadang saya lakukan sampai larut malam, membuat saya selalu punya gudang ide.
Writer’s block is not the problem, the problem is not writing. Lucu ternyata kehabisan ide bisa membuat saya mendapat ide untuk membuat tulisan ini. (H-3)
DARI judulnya, ini ialah pelesetan The Winter is Coming, dari serial TV
Dalam bahasa Prancis, 'C'est bon pret' artinya 'itu bagus'. 'C'est bon pret' ialah judul lagu yang sedang saya tulis, bercerita tentang cebong dan kampret.
Karena khusyuk bukan kita ciptakan, tapi diberi langsung oleh Allah sebagai hadiah nikmat karena kita menemui-Nya.
WAKTU itu saya sedang terkantuk-kantuk di atas sofa menikmati Minggu sore yang santai.
TIDAK terasa sudah 15 tahun saya berkarier di dunia hiburan. Banyak yang menganggap saya sebagai orang sibuk, ya alhamdulillah artinya saya masih dianggap laku, hehe.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved