Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
PADA 2025, penggunaan gas di Indonesia ditargetkan mencapai 22% dan pada 2050 meningkat sebesar 24%. Meningkatnya kebutuhan dan produksi gas membuat eksplorasi blok-blok gas baru atau merevitalisasi blok lama menjadi keniscayaan.
Indonesia akan mendapat tambahan pasokan kapasitas gas dari Selat Makassar sebesar 1.000 mmscfd (million standard cubic feet per day/juta standar kaki kubik per hari) dan dari Masela sekitar 1.200 mmscfd. Itu belum termasuk produksi gas di Rokan, Riau. Operator di Blok Masela ialah Inpex dan Shell, sedangkan operator di Selat Makkasar ialah Chevron.
Hal tersebut diungkapkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan ketika menjadi pembicara di 27th World Gas Conference di Washington DC, Amerika Serikat, Rabu (27/6).
Jonan menjadi salah satu panelis pada diskusi bertemakan What Next for The Asia Pasific Gas Market, bersama panelis lainnya, Franxis Fanon (Asisten Sekretaris Biro Sumber Energi AS), Wan Zulkiflee (CEO Petronas), Yalan Li (Chairman of Board of Director Beijing Gas Group).
Jonan mengungkapkan dengan adanya tambahan pasokan dari Selat Makassar dan Blok Masela, serta sejumlah operator di Riau, ia yakin Indonesia ke depan masih tetap produsen gas.
Jonan juga menyatakan ke depan akan ada peningkatan kebutuhan gas di Tanah Air, di antaranya adanya kebijakan pada 2025 penggunaan gas ditargetkan mencapai 22% dan pada 2050 bertambah menjadi 24%. Meningkatnya kebutuhan dan produksi gas membuat eksplorasi blok-blok gas baru atau merevitalisasi blok lama menjadi keniscayaan. Oleh karena itu, di akhir presentasinya, Jonan berharap kebijakan baru di bidang minyak dan gas akan menarik lebih banyak investor.
Dijamin aman
Sebelum menjadi pembicara di World Gas Forum, Jonan memanfaatkan kesempatan untuk menjelaskan kebijakan pemerintah di bidang minyak dan gas, antara lain kepada Kamar Dagang dan Industri Amerika (US Chamber of Commerce) dan Dewan Bisnis Amerika-ASEAN (US-ASEAN Business Council).
Hadir dalam dialog tersebut sejumlah perusaaan AS, seperti Chevron, Exxon, Freeport, General Electric. Sementara itu, Jonan didampingi oleh Dubes RI untuk Amerika Budi Bowoleksono, Dirjen Migas Djoko Siswanto, Plt Dirut Pertamina Nicke Widyawati, Wakil Kepala SKK Migas Sukandar, Founder Medco Arifin Panigoro dan Hilmy Panigoro.
Charles Freeman, Wakil Presiden Senior untuk Asia pada Kadin AS, menanyakan keberlangsungan investasi di sektor migas terkait Pemilu 2019. Hal yang sama juga diajukan Elizabeth Dugan dari Dewan Bisnis AS-ASEAN.
Terkait hal itu, Jonan menjamin keamanan dan keberlanjutan investasi. "Sebab investasi di bidang energi bersifat jangka panjang," kata Jonan.
Ia bahkan mengundang perusahaan AS untuk berinvestasi karena Pemerintah Indonesia memperlakuan secara setara investor asing dan investor dalam negeri sektor energi.
Seusai penjelasan Menteri ESDM, Plt Dirut Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan kebutuhan gas paling besar di Indonesia ialah untuk pembangkit listrik dan industri.
Oleh karena itu, Nicke mengatakan peningkatan produksi gas menjadi keharusan. "Kita tentu harus menambah produksi. Pertama, dengan menambah kapasitas produksi, dan kedua membangun infrastruktur," ujarnya.
Nicke mengutarakan peran Pertamina dalam meningkatkan produksi gas sangat penting. "Dari mulai upstream, produksi gas kita akan meningkat karena ada beberapa wilayah kerja yang diberikan kepada Pertamina. Ini tentu menambah pasokan atau kapasitas produksi upstream kita. Kedua, tentu infrastrukturnya, baik gas pipa maupun LNG, itu yang harus dibangun," tutur Nicke.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved