Headline

Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.

Fokus

Masalah kesehatan mental dan obesitas berpengaruh terhadap kerja pelayanan.

Tidak Semua Perlu Penyesuaian Rasa

Her/M-4
20/11/2016 02:20
Tidak Semua Perlu Penyesuaian Rasa
(DOK RITZ CARLTON)

BUKAN rahasia ketika di Indonesia kita memasuki restoran yang mengusung menu dari negara tertentu, seringnya takkan ditemukan rasa yang autentik dari negara asalnya. Hal ini banyak diakui juru masak. Ketika membuka restoran menu asing di Indonesia, dianggap perlu dilakukan penyesuaian rasa dengan selera lidah orang lokal. Padahal, bagi orang-orang yang sering bepergian dan menikmati hidangan lokal di negara bersangkutan, penyesuaian rasa ini bisa menjadi hal yang mengecewakan. Ini persis yang sering saya alami.

Niat hati mengunjungi restoran tertentu untuk bernostalgia dengan rasa negara yang tidak bisa setiap hari dikunjungi, tetapi disajikan dengan cita rasa yang sama sekali tidak membangkitkan kenangan. Berbekal pengalaman itu, terus terang saya mulanya tidak menaruh ekspektasi tinggi ketika mengunjungi Asia Restaurant di The Ritz Cartlon Jakarta, Mega Kuningan, Selasa (8/11), untuk mencicipi makanan bertema The exotic India.

Promosi kuliner yang didukung Kedutaan Besar India dan Pusat Kebudayaan India Jawaharlal Nehru Indian Cultural Center tersebut baru berakhir Jumat (18/11). Selama masa promosi itu, mereka mendatangkan Chef de Cuisine Altamash Iqbal, seorang chef yang berasal dari The Ritz Carlton Bangalore, India. Senyum semringah Chef Altamash Iqbal menjawab kekhawatiran saya yang bertanya soal penyesuaian rasa. Dia memaklumi, hal itu memang kerap dilakukan.

"Saya waktu di Tiongkok sempat diminta untuk menyesuaikan dengan selera lokal, tapi di sini tidak, kami diminta menyajikan menu autentik," jelasnya. Terbukti saat dicicipi. Menu unggulan hari itu adalah gosht dum briyani yang menunjukkan cara memasak nasi briyani secara tradisional di rumah-rumah di India.

Saat dimasak, nasi tersebut ditutup dengan semacam adonan roti. Dengan cara itu, aroma rempah-rempah yang digunakan akan tersimpan dengan sangat baik di dalamnya. Ketika sudah matang, lazimnya di keluarga India, roti penutup wajan itu pun bisa dimakan bersama briyani. Rempah-rempah dan bumbunya pekat, tetapi tidak berlebihan.

Chef Altamash Iqbal bahkan menunjukkan ada minyak esens bunga mawar dan kewra yang menjadi bahan baku pembuatan nasi briyani. Tak mengherankan, ada wangi bunga di antara aroma rempah yang menguar. Baik nasi briyani maupun roti khas India bisa dimakan dengan aneka pilihan chutney (sambal khas), mulai chutney ketumbar, bawang merah, apel, hingga cabai hijau. Ada juga pilihan kari ayam, daging, ataupun dum ki machhli alias kari ikan.

Menariknya, tamu diajak untuk menjelajah rasa dari berbagai belahan India yang demikian luas. Bila datang langsung ke India, ada beberapa bagian yang sangat asing dengan olahan ikan. Di tempat lainnya, lebih dikenal sebagai surga makanan vegetarian, dan ada wilayah konsumsi daging dianggap lazim karena masyarakatnya banyak yang bukan penganut Hindu.

Makanan khas bisa dibilang ibarat jembatan untuk mengenali kebudayaan masyarakat setempat. Kita bisa mengenal kekayaan alamnya dari seberapa banyak rempah yang dipakai. Gambaran tingkat kesadaran mereka pada kesehatan terlihat dari bahan yang dikonsumsi serta cara pengolahannya, dan seterusnya.

Makanya cara paling nikmat untuk menyantap hidangan asing sering kali justru ketika tanpa penyesuaian rasa. Nah bila Anda ingin menikmati hidangan autentik dari belahan dunia lainnya, tak ada salahnya mengunjungi Asia Restaurant di The Ritz Carlton Jakarta yang ada di Mega Kuningan. Setiap bulannya, ada 10 hari di saat mereka melakukan menu promosi dari negara dengan tema berbeda. Selamat mengeksplorasi budaya lewat cita rasa berbeda!



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya