Headline

Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.

Fokus

Masalah kesehatan mental dan obesitas berpengaruh terhadap kerja pelayanan.

Santapan Interaktif Bersama Chef Ming Tan

Hera Khaerani
20/11/2016 02:00
Santapan Interaktif Bersama Chef Ming Tan
(DOK DBS)

DULU seorang chef lebih banyak berada di dapur, tapi kini tidak lagi. Sejumlah nama chef semakin terkenal dan popularitas mereka tersebar baik di media sosial maupun media lainnya. Pendekatan mereka kepada konsumennya pun beragam. Ada yang fokus dengan memopulerkan hidangan tradisional, ada yang unggul karena mengusung tema hidangan sehat dan organik, dan masih banyak lagi. Namun, satu hal yang tidak bisa dimungkiri, chef saat ini menjadi lebih komunikatif dan interaktif.

Daya tarik itu memberikan nilai tambah yang menggugah penikmat kuliner untuk mencoba mencicipi masakan olahannya. Nah, Ming Tan ialah salah satu chef yang menurut pertimbangan Media Indonesia mudah untuk disukai karena pembawaannya yang santai. Kami berkesempatan untuk mencicipi sajian chef asal Singapura tersebut dalam acara DBS Underground Supper Club di Grand Hyatt, Jakarta, Kamis (13/10), yang ditujukan bagi puluhan nasabah prioritas DBS Treasures.

Hari itu, dengan mengambil tema Makanan untuk jiwa, Ming Tan menghindangkan menu Asia dengan twist gaya Mediterania.
Malam itu sebelum menyajikan hidangan pertamanya, roasted shallot bitterballen dan carrot cookie, Ming Tan menceritakan awal perkenalannya dengan dunia masak-memasak. Kisahnya ternyata amat mengundang tawa. "Ketika saya 17 tahun, saya undang teman-teman ke rumah, berniat memasak untuk mereka. Saya pikir pasti mudah saja, tapi saya justru berakhir menghancurkan dapur, tidak ada yang layak dimakan," kisahnya sembari tertawa.

Gara-gara insiden itu, orangtuanya mengancam Ming Tan dengan dua pilihan. Kalau dia tetap memasak seperti itu, mereka menyuruhnya minggat saja. Pilihan kedua ialah belajar memasak dengan benar. Nah dia memilih pilihan kedua, kendati butuh waktu juga sampai orangtuanya mengizinkan dia menjadi chef.

Delapan
Ada delapan masakan yang dia sajikan malam itu. Di sela waktu saji, Ming Tan menceritakan tentang masakannya dan sumber inspirasinya. Bahkan ketika pelayan menyajikan soy carbonara berupa pasta yang dipadukan dengan krim tahu, shoyu-cured egg yolk, dan miso tempe, Ming Tan berkeliling ke semua meja dengan parutan di tangannya. "Mau tambah keju?" katanya ke setiap orang dan memarutkan keju langsung apabila yang ditanyai menyatakan menginginkannya.

Betul-betul menawarkan kehangatan, tak berjarak antara juru masak dan tamu-tamunya. Hal lain yang membuat Ming Tan menjadi sosok chef yang sangat menarik ialah kecepatannya untuk berinovasi. Itu terasa betul ketika memasuki hidangan penutup lime and lemon meringue tart. Meringue tart yang terasa masam menyegarkan itu disajikan dengan daun kemangi segar. Ternyata kemangi yang berlimpah di Indonesia tidak hanya sesuai untuk lalapan dan pepesan, tapi bisa sesuai juga untuk hidangan penutup.

Demikian pula hidangan penutup keduanya, yakni pumpkin 'tang yuan' in Mandarin glaze with toasted pumpkin seeds. Nah hidangan manis itu dicampur dengan guyuran kopi. Ternyata beberapa hari sebelumnya ketika baru tiba ke Jakarta, Ming Tan sempat diajak meminum kopi khas Indonesia yang rasanya kuat. Dia pun terinspirasi untuk memasukkan hidangan penutup labu yang manis dengan kopi yang rasanya pahit.

Sedemikian cepatnya dia mengadaptasi kekayaan cita rasa yang tersedia di Indonesia, lalu menghidangkannya dalam inovasi yang baru. Dengan kualitas-kualitas itu tidaklah mengherankan bila chef Ming Tan mempunyai reputasi yang cukup baik. Ia pernah menjadi salah satu kepala chef di Lolla. Sebelumnya dia lebih banyak mengisi acara-acara privat.
Dia juga pernah bergabung dengan Cookyn Inc dan ToTT. Kini Ming Tan menjalankan restoran Park Bench Deli bersama temannya. (M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya