Headline

Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.

Tong Sampah Pintar Paduan Disiplin dan Teknologi

Muhammad Kurniawan Jurusan Jurnalistik Universitas Sumatra Utara
30/10/2016 04:30
Tong Sampah Pintar Paduan Disiplin dan Teknologi
(DOK. PRIBADI)

Bukan cuma itu, peranti bernama Smart Trash Bin karya siswa kelas XI, Ryan Timothy Abisha, ini juga berhasil meraih Japan Special Award dan Macau Special Award. Pencapaian keren itu membuat nama Indonesia berkibar di ajang kompetisi sains global. Yuk, cari tahu perjalanan inovasi ini!

Gimana awalnya bisa ikut kompetisi sains?
Awalnya itu didaftarkan sekolah untuk mengikuti kompetisi tingkat nasional yang diadakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Nama kompetisi­nya, National Young Inventors Award, yang lingkupnya seluruh Indonesia, diadakan Mei-Juni. Setelah itu diumumkan top 30 dari total 860 karya. Saya jadi salah satu finalis. Kemudian dari 30 itu dipilih lagi top tiga untuk mengikuti International Exhibition for Young Inventors, dan saya mewakili Indonesia ke Tiongkok.

Kamu bertanding dengan peserta dari negara mana saja?
Awalnya sih ada 10 negara yang ikut, tapi satu negara mengundurkan diri. Negaranya di antaranya Indonesia, Tiongkok, Taiwan, Jepang, Malaysia, Singapura, Makau, dan Thailand.

Penghargaan yang didapat?
Medali perak dalam International Exhibition for Young Inventors (IEYI) di Tiongkok. Selain itu, Japan Special Award dan Macau Special Award. Special awards itu didapat karena jurinya tertarik akan produk yang saya kembangkan dan mereka berpikir bahwa ini berpeluang untuk dipakai dan diaplikasikan.

Apa sih kerennya Smart Trash Bin?
Sebenarnya saya enggak fokus ke lingkungan, tapi waktu itu lagi ngobrol-ngobrol sama teman-teman, terus yang muncul idenya tentang masalah sampah di Jakarta. Itu yang nyantol di otak. Pada akhirnya, saya coba cari solusinya dan dibuatlah Smart Trash Bin. Itu idenya juga random, belum ada perencanaan sebelumnya. Untuk saat ini, saya lebih fokus agar Smart Trash Bin ini bisa disempurnakan. Ini kan masih prototipe, jadi masih harus disempurnakan. Tapi untuk masalah lain sudah ada rencana buat inovasi baru untuk bisa diikutkan ke lomba tahun depan.

Siapa saja yang mendukung kamu membuat Smart Trash Bin?
Guru pembimbing, Jefri Saputra, juga guru-guru pembimbing lainnya, terutama untuk memotivasi.

Ceritakan dong cara kerja alat ini?
Sebelum kita buang sampah, kita harus tempelkan dulu sampahnya di sensor. Tong sampahnya terhubung dengan sensor. Jadi sensornya itu yang bertugas memilah sampah seperti sistem lock. Tong yang saya rancang punya tiga kategori sampah, organik, nonorganik, dan besi.

Berapa konsumsi daya alat ini?
Jadi mikrokontroler dari rangkaiannya itu cuma butuh daya 9 volt. Jadi enggak butuh daya listrik besar. Pakai baterai kecil yang 9 volt atau solar panel juga bisa.

Bagaimana proses perakitannya?
Saya kemarin beli tong sampah yang baru, model tong sampah apa saja juga bisa. Setelah itu saya pasang motor untuk menggerakkan tutupnya, lalu saya pasang sensornya dan di-attach semuanya, kemudian di­sam­bungkan ke mikro­kotroler yang sudah saya program. Enggak begitu rumit sih untuk proses perakitannya.

Berapa biaya pembuat­an alatnya?
Sekitar Rp500 ribu, enggak terlalu mahal harganya karena komponen-komponennya mudah didapatkan di sini.

Apa harapan kamu kepada masyarakat dan pemerintah Indonesia untuk inovasi kamu ini?
Semoga masyarakat Indonesia itu meningkat kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya. Dengan adanya tong sampah yang biasanya ada di sekitar kita, misalnya tong sampah yang membedakan kategorinya berdasarkan warna biru, merah, kuning, itu bisa lebih mudah. Bahkan kita enggak perlu lagi Smart Trash Bin kalau masyarakatnya sudah sadar. Untuk pemerintah sendiri, saya berharap inovasi saya ini bisa dipatenkan, dipro­duksi massal, juga diaplikasikan di tempat umum jika alat ini sudah sempurna. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya