Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Periskop Seni Rupa Pascakemerdekaan

Abdillah M Marzuqi
23/10/2016 06:00
Periskop Seni Rupa Pascakemerdekaan
(ANTARA/DODO KARUNDENG)

PERKEMBANGAN Indonesia di bidang seni rupa memang sangat kaya. Sejarah masa lampau pun dapat dilihat dari lukisan dari masa ke masa. Itu bahkan tak dapat dilepaskan begitu saja saat memasuki era digital seperti sekarang. Salah satu di antaranya lukisan Pengantin Revolusi karya Hendra Gunawan pada 1955.

Lukisan yang menggambarkan iring-iringan pernikahan beda etnik perempuan berkulit putih bersama pria yang berseragam tentara itu telah dibuat vesi digital. Dengan menggunakan konsep augmented reality pada aplikasi ponsel pintar, layar kamera akan menampilkan ilusi seolah-olah bergerak dan hidup ketika diarahkan pada lukisan itu.

Tak hanya itu, penempatan lukisan di atas kanvas berukuran 223 x 294 cm yang dibuat pada 1955 itu menghadap pintu ruangan, menjadikannya pusat perhatian dalam pameran yang bertajuk Jati Diri: Periskop Sejarah Seni Rupa yang resmi dibuka pada Rabu (12/10) oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang bertepatan dengan Hari Museum Nasional.

Bertempat di Museum Seni Rupa dan Keramik, Jakarta, pameran yang digelar Yayasan Mitra Museum Jakarta (YMMJ) itu berlangsung hingga 30 Januari 2017 dengan menampilkan koleksi unggulan dan amat penting bagi sejarah seni rupa di Indonesia, seperti Pengantin Revolusi karya Hendra Gunawan, Bupati Cianjur karya Raden Saleh, Ibu Menyusui karya Dullah, Seiko karya S Sudjojono, dan Potret Diri karya Affandi.

Jati Diri memang mengacu pada koleksi dari masa lampau, tetapi rangkaiannya tidak bermaksud merepresentasikan satu kesimpulan absolut dari sejarah seni rupa Indonesia. "Mengangkat jati diri sebagai judul pameran, identitas keindonesiaan disikapi sebagai usaha dinamis seniman dalam menumbuhkan ide mengenai diri dan bangsanya," kata Ketua Harian Yayasan Mitra Museum Jakarta Amir Sidharta.

Pameran yang diadakan dalam dua ruangan itu mengeksplorasi seputar perjuangan melawan Belanda, kehidupan masyarakat pada masa tersebut, keprihatinan serta kesulitan dan kerja keras serta potret diri yang dibuat pada era pascakemerdekaan. Pameran itu memilih 21 lukisan dan 11 sketsa yang dibuat pada 1946-1980 oleh 16 pelukis Indonesia.

"Karya seni yang dihasilkan pada era pascakemerdekaan bukan saja merupakan alat dokumentasi akan kejadian-kejadian yang terjadi pada masanya, tetapi juga merupakan sebuah media perjuangan bagi para perupa yang berkarya di era perjuangan," kata Maya Sujatmiko, kurator pameran Jati Diri: Periskop Sejarah Seni Rupa Indonesia.

Periode pascakemerdekaan diketahui telah melahirkan banyak organisasi, gerakan, kelompok, dan institusi pendidikan seni yang penting dalam perkembangan sejarah seni rupa di Indonesia. Momen-momen penting dalam sejarah tersebut terekam dan didokumentasikan dengan baik di dalam karya-karya yang nantinya akan ditampilkan.

Sejarah seni rupa Indonesia

Menurut beberapa catatan mengenai pertumbuhan seni lukis di Indonesia, 1900-an didominasi dengan semangat penafsiran 'aku' dan 'keindonesiaan'. Para seniman Indonesia mempelajari paradigma dan teknik melukis kesenian modern Barat pada periode kolonialisme Belanda, sedangkan periode penjajahan Jepang merupakan fase seniman Indonesia mempelajari seni sebagai media propaganda.

Para seniman lebih banyak merekam keindahan panorama alam Indonesia dalam perspektif imperialis dengan melakukan sketsa sebagai dokumentasi yang menumbuhkan nasionalisme seniman. Nilai itu diturunkan kepada seniman lain melalui pendidikan seni dalam sanggar.

Selain itu, akademi seni mendorong tumbuhnya ragam gaya abstrak yang menitikberatkan penyederhanaan garis dan bentuk yang sering ditemui pada ragam hias Nusantara. Namun, ketiadaan pesan sosial dan politik pada seni abstrak menimbulkan keresahan seniman muda 1970-an.

Kelompok seniman muda itu kemudian mengirimkan karangan bunga dukacita kepada bienale seni lukis 1974 dan menuliskan 'ikut berduka atas kematian seni lukis kita'. Dalam tahun-tahun berikutnya, gerakan itu tumbuh menjadi 'Gerakan Seni Rupa Indonesia Baru', pelopor seni rupa post-modern yang menambah keragaman seni rupa Indonesia yang tidak hanya berbatas pada paradigma seni lukis.

Pameran ini tidak hanya mengingatkan kembali kepada tokoh-tokoh seniman kita yang melalui perjalanan sejarah Indonesia, tetapi juga ingin mengajak masyarakat umum dan pencinta seni untuk berpartisipasi dalam perkembangan seni rupa Indonesia khususnya dengan membangkitkan kembali semangat nasionalisme untuk membangun museum yang ada di negeri kita. (*/M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya