Pelan tapi Pasti untuk Terus Berekspansi

BERJALAN dari lorong ke lorong, melihat ragam rak yang memajang aneka buah dan sayuran, kemudian yang berisi botol-botol bumbu masak dan berbagai perlengkapan dapur, menjadi kebiasaan umum yang kita lakukan jika berada di sebuah supermarket. Penyusuran itu bukan disebabkan Media Indonesia hendak berbelanja atau melakukan reportase harga pangan, melainkan ingin mengulik kesuksesan supermarket Grandlucky yang berada di bawah kepemimpinan Felicity Luck.

Perempuan energik yang menduduki jabatan Direktur Grandlucky Holding Group itu menyambut dan mengajak Media Indonesia ke suatu tempat yang mirip ruang rapat untuk berbincang soal proyeksi perusahaan ke depannya. Feli, biasa ia disapa, ialah anak kedua dari tiga bersaudara. Orangtuanya merupakan pendiri merek supermarket Grandlucky sejak 1992 di sudut Jakarta Barat.

Seselesai menamatkan kuliah jurusan administrasi bisnis di University of Southern California pada 2013, Feli dipercaya sang ayah untuk masuk perusahaan pada 2014. Jika mungkin, kebanyakan mereka yang studi ke luar Indonesia enggan pulang atau menunggu ‘dipaksa’ untuk bisa kembali ke Indonesia, sedangkan Feli justru setelah selesai langsung memutuskan untuk pulang.

Baca juga : Antara Bisnis Mukena dan Pemberdayaan Manusia

Saat kecil, Feli bercerita kerap ikut sang ayah melakukan kunjungan ke berbagai lokasi supermarket di luar Jakarta. Ketika itu sebagai anak kecil, Feli melihat supermarket sebagai wahana bermain.

“Pertama yang saya lakukan ketika bergabung dengan perusahaan pada 2014, saya melihat dulu secara keseluruhan. Saya tidak punya pengalaman kerja dengan orang. Jadi, Ayah minta kepada timnya untuk mengajak saya jalan-jalan melihat apa yang terjadi di berbagai lokasi store,” kata Felicity Luck dalam wawancara eksklusif bersama Media Indonesia, Rabu (24/7).

Feli juga banyak menggali memori semasa tumbuh, melihat perjalanan perusahaan keluarganya turut bertransformasi. Misalnya, pada 2006, ketika dari toko buah yang luasnya 100-200 meter persegi berkembang menjadi 3.800-an meter persegi. Perubahan-perubahan semacam itu juga memiliki konsekuensi dan tantangan. Sama halnya ketika ia kini menjadi pucuk pimpinan, Feli merasa perlu mengoreksi yang selama ini masih menjadi minus perusahaan.

Baca juga : Lipat Ganda Portofolio Hilton di Indonesia

Salah satunya, Feli merasa perusahaannya harus bisa lebih transformatif dalam mengadaptasi teknologi. Sebab itu, ia memutuskan menggandeng grup Erajaya dengan membentuk joint venture Mitra Belanja Anda (MBA) untuk mengoperasikan jaringan ritel supermarket, toko serbaada, dan grocery stores premium merek usaha Grandlucky, Hokky, dan Brastagi.

Lewat MBA juga kemudian hadir lokasi-lokasi baru di bawah merek Grandlucky Superstore, di antaranya berada di Sanur, Bali; Mall of Indonesia di Kelapa Gading, Jakarta Utara; Central Market PIK Golf Island, Jakarta Utara; di Sumbawa, NTB; Udayana, Bali; dan Kota Harapan Indah, Bekasi; serta Hokky Supermarket di Pakuwon City, Surabaya, Jawa Timur.

“Kerja sama itu merupakan peluang bagi kami. Dengan waktu yang tepat kedua belah pihak bisa saling mengisi minusnya. Misalnya dari segi sistem teknologi, kami masih cukup manual. Butuh banyak pengembangan yang mesti dijalankan. Bersama Erajaya, yang sudah mengimplementasikan berbagai teknologi di perusahaan mereka, bisa memandu kami secara perlahan. Saat ini, kami berada di tengah masa pengembangan sistem baru,” ucap Feli.

Baca juga : Ekspansi Kebahagiaan dari Arena Bermain

Ekspansi

Di tengah pengembangan sistem baru di berbagai sisi, Feli juga mencanangkan proyeksi ekspansi dalam waktu dekat. Namun, Feli menyebut enggan sekadar mengejar objektif angka. Ia lebih percaya jika memang sudah menemukan lokasi tepat dan penetrasi pasarnya sudah ketemu, bisa diputuskan salah satu merek toserbanya akan segera hadir di tempat tersebut. Setidaknya dalam jangka waktu satu hingga dua tahun ke depan sudah terpetakan lokasi konkret yang akan menjadi tambahan tempat baru.

Baca juga : Merangkul Industri dan Komunitas Film

“Kami sedang dalam rencana ekspansi. Kami memiliki cukup banyak toko, yang memang direncanakan untuk dibuka dalam waktu 1-2 tahun ini. Meskipun saya tidak bisa terlalu banyak menjelaskan detailnya, ini tantangan bagi kami. Dari segi SDM, dari segi supply chain di Indonesia juga, saya rasa itu adalah sesuatu yang harus kami pertimbangkan dengan sangat hati-hati,” jawab Feli.

“Pelan, tapi pasti. Mungkin itu salah satu moto yang harus kami pegang teguh,” imbuhnya.

Feli mengakui ada banyak perbedaan antarkota di Indonesia. Karena itu, untuk bisa benar-benar membuka satu toserba baru, setidaknya butuh waktu 3-6 bulan untuk memahami pasar. Saat ini, target ekspansi yang disasar Grandlucky memang masih menuju kota-kota besar. Setelah punya pasar yang mapan di Jakarta, Surabaya, dan Medan, kini tampaknya Feli tengah meneropong Kalimantan dan Sulawesi.

“Jangan mengejar angka doang karena membuka toko itu mungkin orang bilangnya, ‘Oh, jago ya, buka toko banyak banget, buka terus-terusan’. Bagi kami, membuka toko itu hanya sebuah permulaan. Kami ingin memastikan semua toko yang dibuka, ya, dapat bertahan dan produktif," ungkapnya.

Relevan

Selain ekspansi, fondasi perusahaan harus diperkuat. Memberikan pelayanan yang hangat ke setiap konsumen ialah nilai yang tak boleh ditinggal. Feli menyebut tetap relevan di hadapan konsumen ialah jawaban agar perusahaannya bisa terus berkembang. Selain itu, ada upaya menggandeng para pemasok lokal di setiap daerah untuk memastikan stok di toko selalu ada dan sesuai dengan standar yang telah diterapkan.

“Satu hal yang menurut kami sangat krusial adalah berada di satu tempat yang berbeda dari tempat yang biasa dikunjungi. Ini sangat bergantung pada local supplier kami. Semisal di Sumatra Utara tidak mungkin ambil pasokan dari Bogor. Sayuran dan buah-buahan yang lokal, semakin dekat dengan supplier semakin bagus. Itu yang perlu kami tingkatkan,” tuturnya.

Meski tantangan ke depan tak mudah, dengan melihat situasi pasar yang terus berubah dan sulit, Feli optimistis 2025 akan menjadi tahun yang baik untuk ekosistem bisnisnya. (M-3)