Headline

Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.

Parang untuk Ekspresi Berani

SITI RETNO WULANDARI
11/9/2016 02:30
Parang untuk Ekspresi Berani
(DOK EDDY BOGEL)

WAKTU satu bulan terlalu singkat bagi Rama Dauhan untuk mendesain kain-kain batik bermotif parang berwarna hitam dan putih. Andai saja diberi waktu lebih longgar, ia yakin dapat lebih maksimal mengekspresikan ide yang didapat saat dirinya sedang bersantai di Pantai Seseh, Bali. Di tangan Rama, motif parang seperti menuturkan ombak yang sedang marah, sekaligus juga ada kesan ketenangan dan keindahan karena suasana langit yang cerah. “Saya memang bukan desainer spesialis kain batik, tetapi ia punya koleksi cukup banyak kain batik. Dan saya ingin mengolah batik yang terkesan tua menjadi sesuatu yang muda,” kata Rama saat ditemui seusai konferensi pers Batik Fashion Week 2016, di Senopati, Selasa (6/9). Batik bermotif parang itulah yang ia sajikan untuk perhelatan Batik Fashion Week (BFW) 2016 yang akan digelar pada 30 September-2 Oktober 2016. Dalam mengolah batik, Rama mengaku tidak terkendala dengan pakem yang melekat pada batik.

“Terkait dengan pakem, enggak terlalu menjadi kendala karena pakem itu kan juga yang buat manusia,” tambahnya. Pendiri BFW, Rafi Tarrent Tohir, menjelaskan parang sengaja dipilih untuk tema di tahun kedua ini. “Parang dipilih sebagai tema Batik Fashion Week kedua ini untuk melambangkan keberanian agar anak muda berani pakai batik di keseharian, tidak hanya untuk acara formal,” tuturnya. Selain Rama, ada 19 desainer lain yang akan menampilkan eksplorasi parang mereka di acara yang juga merupakan rangkaian peringatan Hari Batik Nasional itu. Salah satunya ialah koleksi milik label Kulo Project yang memadukan gaya kasual dengan paduan gaya luaran (outerwear) bersiluet lebar dan celana 7/8 dengan aksen kerut di bagian samping. Sementara itu, NES menghadirkan gaun panjang bertali tipis dengan padanan luaran bersiluet kelelawar.

Beri ruang promosi
Tidak hanya mengedepankan motif Parang, BFW 2016 juga bermaksud memasyarakatkan batik tulis yang terjangkau. Para perajin batik yang mampu memproduksi batik dengan harga terjangkau itulah yang akan dihadirkan dalam acara Pasar Batik Raya mulai 2-9 September di Museum Nasional. Mereka dapat memproduksi batik tulis dengan harga jual Rp300 ribudan batik cap Rp100 ribu. “Banyak yang harganya terjangkau. Hanya, perajin tidak memiliki ruang promo dan masyarakat yang enggak punya waktu untuk mencari hingga desa tempat pembatik berproduksi. Dan jangan lupa, proses itu juga yang menjadi defi nisi dari UNESCO dalam menetapkan sebagai warisan tak benda,” ujar Ketua Hari Batik Nasional 2016 yang juga pengurus Yayasan Batik Indonesia, Nita Kenzo. Selama satu bulan, Yayasan Batik Indonesia mulai masuk ke sekolah secara berjenjang untuk mengenalkan dan mengajarkan tradisi membatik. SMK 27 Jakarta menjadi tempat pertama pembelajaran tersebut. Dengan tema besar Batik karya saya, siswa diharapkan mampu berkreasi danmemahami setiap proses membatik. (M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya