Headline

Rakyat menengah bawah bakal kian terpinggirkan.

Meluncur Lebih Jauh Bersama Longboard

Fario Untung Tanu
04/9/2016 02:15
Meluncur Lebih Jauh Bersama Longboard
(DOK. SHANDY ADI)

DI Jalan Sumber Brantas yang mulus berkelok di Kota Batu, Malang, Jawa Timur, sekelompok muda-mudi melesat menggunakan papan beroda. Sekilas mirip olahraga skateboarding, tetapi posisi tubuh mereka lebih rendah, bahkan tidak jarang berjongkok. Mereka juga kerap menyentuhkan tangan ke aspal untuk membantu mengarahkan luncuran. Kecepatan mereka bisa setara kendaraan bermotor. Sekilas rasa ngeri pun muncul membayangkan jika mereka terpeleset jatuh ke aspal atau bila tiba-tiba muncul kendaraan. Beruntung kekhawatiran itu tidak jadi kenyataan karena mereka tampak begitu lihai mengendalikan papan. Terlebih, jalur turunan sepanjang sekitar 1,5 km yang mereka gunakan disterilkan dari kendaraan. Jangan heran, karena momen itu terjadi di kejuaraan longboard Cangar Longboard Festival 2016 yang berlangsung pertengahan bulan lalu. Kejuaraan tahunan itu tidak hanya diikuti atlet longboard dalam negeri, tapi juga dari Jepang, Filipina, Republik Ceko, Singapura, dan Malaysia.

Di nomor bergengsi longboard open, atlet Indonesia naik podium di posisi ketiga. Dialah Aryo Nugroho. “Awalnya saya memakai longboard untuk sekadar alat transportasi. Di situ saya mulai tertarik untuk mencari spot downhill. Nah, sejak saat itu saya yang juga suka travelling sering bepergian ke daerah lain untuk mendapatkan spot atau track longboard,” ujar Aryo kepada Media Indonesia, Kamis (1/9), soal perkenalannya dengan longboard. Sebelum mengenal longboard, pria 28 tahun itu mengaku telah menekuni skateboard sejak sekolah menengah pertama. Longboard menawarkan daya tarik berbeda karena menguji keahlian untuk meluncur dengan mulus dari satu titik ke titik lainnya. Tantangan makin besar seiring dengan kondisi lintasan. Di sisi lain, skateboard lebih mendorongnya untuk mengeksplorasi trik-trik melompat atau meluncur pada bidang-bidang ekstrem.

Seperti mencari ombak
Menekuni longboard membawa Aryo berkunjung ke berbagai kota dan daerah. Tujuannya tidak lain ialah mencari lintasan. Longboard memang menuntut upaya lebih besar ketimbang skateboard dalam mencari lokasi ideal. Lokasi target Aryo ialah jalan-jalan di perbukitan dengan lalu lintas yang sepi. “We have to find good hills with less traffic. Jadi, selain bisa mencari tempat baru untuk spot downhill, kita juga bisa travelling sambil skating, itu sangat seru,” tegas pria yang telah bertarung hingga ke negara tetangga itu. Tantangan mencari lokasi selancar juga dikatakan longboarder Shandy Adi. Pria yang mengenal longboard saat berkuliah di Selandia Baru pada 2006-2010 itu bahkan mengibaratkan para longboarder seperti surfer (peselancar ombak). Sebab itu pula, longboard secara tidak langsung mendorong pelakunya untuk bertualang ke berbagai daerah. Hingga dari situ pula, keseruan olah­raga ini bertambah. “Semua perjalanan sangatlah berkesan karena kita akan bertemu teman-teman longboarder baru dari berbagai daerah. Karena, menurut saya, longboard itu seperti surfing, kita mencari ombak yang baru,” ungkap Shandy yang menjelajah Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Bali, Lombok, Pulau Sumba, Aceh, hingga Filipina demi ber-longboard. Di Jakarta, lokasi favorit para longboarder ialah lintasan turun Jembatan Semanggi. Namun, untuk berselancar di sana mereka harus menunggu momen car free day. Lokasi lain yang biasanya dijadikan pelipur lara ialah di kompleks Gelora Bung Karno. Namun, tentu saja adrenalin kurang terpacu karena tidak adanya lintasan turun.

Berkembang
Meski lintasan terbatas, Aryo dan Shandy berpendapat perkembangan olahraga longboard di Indonesia cukup menggembirakan. Perkembangan pesat terutama terjadi di Aceh, Lombok, Makassar, Bali, Bandung, dan Jakarta. Perkembangan itu pun mendorong lahirnya produk-produk longboard dalam negeri. “Sekarang sudah banyak produk buatan lokal yang banyak dijual di Jakarta dan Lombok,” jelas Aryo. Perkembangan itu pula yang terlihat di kejuaraan-kejuaraan longboard. Peserta semakin banyak, termasuk di kelas perempuan. (M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya