Ini Penjelasan Ilmuwan Soal Déjà Vu

Nike Amelia Sari
17/10/2022 21:50
Ini Penjelasan Ilmuwan Soal Déjà Vu
Fenomena deja vu masih sulit dijelaskan.(Unsplash/ Ian Dooley)

PERNAHKAH anda memiliki perasaan berada dalam situasi atau di lokasi yang terasa sangat akrab walaupun belum pernah anda datangi atau alami?  Fenomena ini, yang dikenal sebagai déjà vu.

 

Mulai akhir 1800-an, banyak teori mulai bermunculan mengenai penyebab déjà vu.  Ada yang menerka hal itu berasal dari disfungsi mental atau bahkan sejenis masalah otak.  Pada awal milenium ini, seorang ilmuwan bernama Alan Brown.

 

Ia mengungkapkan bahwa kira-kira dua pertiga orang mengalami déjà vu di beberapa titik dalam hidup mereka. Ia juga menyebut bahwa pemicu déjà vu yang paling umum adalah adegan atau tempat, selain itu bisa pula dipicu percakapan.

 

Didorong oleh karya Brown, tim peneliti yang diketuai Anne Cleary, Profesor Psikologi Kognitif di Colorado State University, Amerika Serikat melakukan eksperimen yang bertujuan menguji hipotesis tentang kemungkinan mekanisme déjà vu.  Tim menyelidiki hipotesis hampir seabad yang menyarankan déjà vu dapat terjadi ketika ada kemiripan spasial antara adegan saat ini dan adegan yang tidak diingat dalam ingatan Anda.  Psikolog menyebut ini hipotesis keakraban Gestalt.

 

Misalnya, bayangkan Anda melewati pos perawatan di unit rumah sakit dalam perjalanan untuk mengunjungi teman yang sakit.  Meskipun Anda belum pernah ke rumah sakit ini sebelumnya, Anda dikejutkan dengan perasaan yang Anda miliki.  Penyebab yang mendasari pengalaman déjà vu ini bisa jadi karena tata letak pemandangan, termasuk penempatan furnitur dan benda-benda tertentu di dalam ruang, memiliki tata letak yang sama walaupun dengan pemandangan berbeda yang Anda alami di masa lalu.

 

Menurut hipotesis keakraban Gestalt, jika situasi sebelumnya memiliki tata letak yang mirip dengan situasi yang sekarang, Anda mungkin hanya memiliki perasaan keakraban yang kuat untuk situasi saat ini.

 

Untuk menyelidiki ide ini di laboratorium, tim  menggunakan teknologi realitas virtual untuk menempatkan orang di dalam adegan.  Dengan cara itu, tim dapat memanipulasi lingkungan tempat orang-orang berada, beberapa adegan berbagi tata letak spasial yang sama sementara lingkungan yang satunya lagi dikondisikan menjadi berbeda. 

 

Seperti yang diperkirakan, déjà vu lebih mungkin terjadi ketika orang-orang berada dalam sebuah adegan yang memiliki susunan elemen spasial yang sama dengan adegan sebelumnya yang mereka lihat tetapi tidak mereka ingat.

 

Melansir dari situs Study Finds, penelitian ini menunjukkan bahwa salah satu faktor yang berkontribusi terhadap déjà vu, dapat berupa kemiripan spasial dari adegan baru dengan adegan dalam memori yang gagal untuk secara sadar dipanggil ke pikiran saat ini. 

 

Namun, bukan berarti kemiripan spasial menjadi satu-satunya penyebab déjà vu.  Kini, lebih banyak penelitian sedang dilakukan untuk menyelidiki kemungkinan faktor tambahan yang berperan dalam fenomena misterius ini. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bintang Krisanti
Berita Lainnya