Kerisauan Hati sang Supermodel

Putri Rosmalia
17/9/2022 07:30
Kerisauan Hati sang Supermodel
Cover buku Tubuhku.(Dok. Shira Media)

DI dunia fesyen dan showbiz global, nama Emily Ratajkowski melesat dengan cepat dalam setidaknya 10 tahun terakhir. Saat ini, Ratajkowski telah masuk jajaran supermodel paling terkenal di dunia.

Namun, terlepas dari ketenarannya sebagai model yang sering disebut sebagai salah satu perempuan paling seksi di dunia, namanya banyak muncul dalam media dan pembahasan berkat keberaniannya menyuarakan pendapat. Perempuan yang dikenal dengan sapaan Emrata itu tak sekali dua kali menyatakan bahwa keputusannya untuk menampilkan tubuhnya sebagai objek yang menghasilkan banyak uang dan ketenaran ialah bagian dari wujud feminisme yang ia jalankan dalam hidupnya.

Akibat pandangan-pandangannya tersebut, sepanjang kariernya, Ratajkowski tak pernah lepas dari perhatian banyak kalangan. Tak hanya dari pandangan para pria, tetapi juga dari kalangan perempuan yang mendukung, mencemooh, atau bahkan penasaran mempertanyakan alasan di balik setiap tindakan dan sikap yang ditunjukkan Emrata.

Para pemerhati dan pengamat dunia hiburan Hollywood seakan terpecah menjadi dua kubu dalam menilai polah perempuan kelahiran 1991 tersebut. Kubu pendukung dan kubu yang berseberangan. Namun, Emrata seakan tak peduli, ia selalu tampil dengan penuh keyakinan akan pandangannya tentang menjalankan feminisme dengan caranya.

“Aku berpendapat bahwa aku merasa percaya diri dengan tubuh dan ketelanjanganku, jadi siapa mereka yang mengatakan aku tidak berdaya karena menari telanjang? Pada kenyataannya, bukankah mengatur apa yang harus kulakukan dengan tubuhku justru adalah antiperempuan? Aku mengingatkan dunia bahwa feminisme adalah sepenuhnya tentang pilihan, maka berhentilah mencoba mengatur diriku,” (halaman 3).

Bertahun-tahun bertahan dengan citra tersebut, Emrata mengejutkan publik lewat kehadiran buku karangannya yang berjudul My Body yang diterbitkan tahun lalu. Di Indonesia, buku tersebut belakangan diterjemahkan oleh penerbit Shira Media dengan judul Tubuhku.

Lewat buku setebal 220 halaman tersebut, Emrata seakan mempertanyakan kehidupan dan pilihan yang selalu ia banggakan selama ini. Banyak hal yang selama ini menjadi spekulasi di berbagai media internasional terjawab lewat tulisannya di Tubuhku.

Tubuhku merupakan buku berisi 12 esai yang ditulis sendiri oleh Emrata. Setiap tulisan merupakan isi pikiran yang selama ini tak banyak ia ungkapkan, berdasarkan pengalamannya selama setidaknya 15 tahun berkiprah di dunia model dan hiburan.

 

Obsesi

Buku dibuka dengan cerita Emrata tentang keluarga dan masa kecilnya. Lewat tulisan yang berjudul Pelajaran Kecantikan, ia menceritakan bagaimana sejak kecil ia diarahkan untuk selalu mengutamakan penampilan. Ibunya, Kathleen Balgley, ialah seorang guru lukis yang paling terobsesi dengan kecantikan anak-anaknya.

Ibunya juga yang pertama kali mengenalkan Emrata dengan dunia model. Tanpa lelah sang ibu membawa Emrata mengikuti berbagai audisi menjadi model di Los Angeles, kota tempat mereka tinggal.

“Aku mencoba meraba ketika orangtuaku menempatkanku di dunia kecantikan. Tampaknya, penting bagi mereka, terutama ibuku, bahwa anaknya dianggap cantik,” (halaman 13).

Caranya dibesarkan dalam cara pandang sang ibu yang terobsesi akan kecantikan anaknya tanpa disadari juga membuat Emrata ikut terobsesi dengan dirinya. Ia merasa panik ketika orang terdekatnya mengatakan banyak wanita cantik di dunia ini selain dirinya. Hal itu bahkan sempat membuatnya merasa depresi dan terpaksa berakhir dengan sesi-sesi terapi dengan psikolog.

Selain kisah-kisah personalnya tentang orangtua dan caranya dibesarkan, Tubuhku juga memuat beberapa isu terkait dengan Emrata yang sempat viral di berbagai media global. Itu di antaranya tentang pilihannya menjadi bintang video klip Blurred Lines, lagu hit yang dinyanyikan Robin Thicke, Pharrel, dan TI pada 2013.

Video klip tersebut menjadi bahan perbincangan banyak kalangan karena kontennya yang dianggap terlalu vulgar dan mengobjektifikasi tubuh wanita. Hujatan semakin deras tertuju pada Emrata ketika ia mengatakan pilihannya untuk tampil dalam video klip tersebut merupakan bagian dari caranya menjalankan feminisme.

Berbagai perdebatan hadir terkait Blurred Lines. Tak jarang tanpa melibatkan Emrata dan model-model lain yang terlibat di dalamnya untuk ikut bersuara. Seakan ingin menjawab berbagai tuduhan, dalam Tubuhku Emrata menceritakan dengan sangat detail dan gamblang proses dan alasannya terlibat dalam video klip Blurred Lines.

Salah satu yang paling membuat esai berjudul Blurred Lines dalam buku Tubuhku banyak dibahas ialah pengakuan Emrata tentang adanya upaya pelecehan seksual yang dilakukan Robin Thicke dalam proses syuting video klip tersebut. Melalui tulisannya itu, Emrata pada akhirnya mengakui keresahan hati sekaligus kerapuhannya di balik ketegasan suaranya ketika menyatakan keyakinan akan cara menerapkan feminisme yang ia pilih.

“Dengan satu gerakan itu Robin Thicke mengingatkan semua orang di atas panggung, bahwa bukan kami, para perempuan, yang sesungguhnya memegang kendali. Sebagai gadis telanjang yang menari-nari dalam video klipnya, aku tidak memiliki kekuatan yang sesungguhnya. Aku tidak lebih dari maneken bayaran,” (halaman 43).

Hal lain yang tak kalah viral dan dibahas Emrata dalam Tubuhku ialah kasus tentang peluncuran buku foto berjudul namanya, Emily Ratajkowski, yang dibuat fotografer Jonathan Leder. Leder disebut Emrata telah memublikasikan foto-foto dirinya yang bersifat sensual menjadi buku tanpa izin.

Kasus tersebut sempat ramai dibahas sekitar 2020. Emrata bahkan sempat membawa masalah tersebut ke jalur hukum meski pada akhirnya ia menyerah dan memilih pasrah atas apa yang menimpanya.

Di tulisan berjudul Menebus Diriku Kembali, Emrata menceritakan kisah di balik pemotretan yang dilakukannya dengan Leder. Termasuk dengan perjanjian yang ia buat dan dianggapnya telah disalahgunakan oleh Leder dan agen-agen lain di balik penerbitan buku kumpulan foto tersebut.

Pada beberapa esai lain, Emrata cukup banyak menghadirkan kisah tentang perjalanan hidupnya sejak remaja hingga saat ini. Sejak pertama kali menjajal peruntungan di dunia model, hingga akhirnya menjadi salah satu model dengan bayaran tertinggi di dunia.

 

Sisi gelap

Emrata menceritakan sisi gelap di balik gambaran hidupnya yang penuh kegemerlapan dan harta yang banyak diimpikan orang lain. Sebagai gadis yang terlahir dengan anugerah kecantikan di atas rata-rata, tak satu dua kali ia harus mengalami berbagai bentuk pelecehan seksual, perundungan, hingga pandangan skeptis akan kemampuannya untuk bekerja.

“Dalam berbagai cara, tak dapat disangkal bahwa aku mendapatkan untung dengan memanfaatkan seksualitasku. Aku dikenal secara internasional, menghimpun jutaan penonton, dan telah menghasilkan uang lewat endorsment juga kampanye mode lebih banyak dari yang pernah orangtuaku (profesor bahasa Inggris dan guru melukis) impikan dapat mereka raih sepanjang hidup,” (halaman 4).

Melalui setiap esainya dalam Tubuhku, Emrata seakan ingin menegaskan bahwa terlahir dengan kecantikan luar biasa seperti dua mata pisau yang bisa menguntungkan, tapi juga menjerumuskan, khususnya ketika memutuskan untuk terjun ke industri hiburan.

Keinginannya untuk bisa feminis dengan cara dan pilihannya ternyata tak dapat dengan mudah terwujud. Banyak tangan-tangan berkuasa yang ikut bermain dalam mengatur setiap langkah kehidupannya selama ini.

Setiap esai dalam Tubuhku dibuat dengan sangat personal oleh Emrata. Pembaca akan disajikan berbagai episode dalam kehidupannya tanpa batasan yang membuat penceritaan terasa berjarak.

Meski begitu, jangan berharap bisa mendapatkan jawaban atas berbagai pertanyaan tentang bagaimana sosok Emily Ratajkowski yang kontroversial tersebut sebenarnya. Tak banyak jawaban yang bisa diambil tentang bagaimana sesungguhnya Emrata bersikap atas hidup yang ia jalani selama ini. Buku itu lebih banyak menyajikan kebingungan dan kegamangan sang supermodel yang ia sendiri sepertinya belum tahu harus berbuat apa terhadapnya.

Pada akhirnya, membaca Tubuhku akan membuat setiap orang menyadari bahwa tak ada kehidupan yang sempurna. Tak ada sosok yang begitu tangguh dan mampu menepis setiap kesulitan dalam hidupnya meski memiliki banyak privilese yang banyak diimpikan manusia lain di sekelilingnya.

 

Judul: Tubuhku

Penulis: Emily Ratajkowski

Penerbit: Shira Media (Cetakan Pertama, 2022)

Penerjemah: Siska Nurohmah

ISBN: 978-602-7760-53-0

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya