Headline
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
MALAM itu, sekitar pukul 18.00 WIB, langit sudah pekat menyelimuti Dusun Bambangan
KONSEP mencintai diri sendiri bukan hal baru yang muncul dalam berbagai buku dan materi pengembangan diri lainnya. Namun, apa sesungguhnya makna dari konsep tersebut? Mungkin tak banyak yang dapat menjawab.
Seseorang barangkali merasa dia akan bahagia ketika memiliki banyak uang. Sebagian merasa akan bahagia apabila memiliki banyak waktu untuk liburan. Ada juga yang merasa yakin akan bahagia ketika ia mendapatkan popularitas.
Sayangnya, manusia ternyata tak sesederhana itu. Banyak variabel yang berperan dalam menciptakan kebahagiaan. Terkadang uang yang melimpah, waktu yang fleksibel, hingga popularitas yang diimpikan ternyata tetap tidak berhasil menciptakan kebahagiaan bagi yang telah memilikinya.
Pertanyaan tentang bagaimana sesungguhnya kebahagiaan dapat diciptakan oleh diri sendiri itu yang dijawab oleh influencer Vex King lewat bukunya, Good Vibes Good Life. Mendapat poin mencapai 4,7 di Good Reads, buku yang berangkat dari tagar media sosialnya tersebut menghadirkan panduan untuk bisa mencintai diri sendiri dengan lebih relevan dan spesifik.
King membuka buku dengan cerita tentang kisah hidupnya yang kerap mengalami masalah di masa muda. Persoalan keluarga, tantangan menjalani kehidupan di universitas, hingga masalah finansial di masa muda membawanya ke perjalanan personal dalam menggapai kebahagiaan dengan mengandalkan hati dan pikirannya sendiri.
Diceritakan King, awal mula ketertarikannya dalam konsep pengembangan diri bermula ketika ia mencoba untuk membuktikan 'hukum ketertarikan'. Hukum yang memiliki premis bahwa apa yang kita pikirkan akan terwujud ke dalam realitas. Dengan kata lain, seseorang dapat menarik hal-hal yang ia inginkan dalam hidup dengan memusatkan pikiran terhadapnya.
Hukum ketertarikan pertama kali ditemukan King dalam buku berjudul The Secret (2006) karya Rhonda Byrne yang kini boleh dibilang sebagai hit klasik. Konsep ketertarikan dalam buku tersebut menuntut agar seseorang terus berupaya berpikiran positif sehingga hal-hal yang terjadi dalam hidupnya bisa terus membaik sesuai dengan harapan.
King sempat meyakini hukum tersebut dan menjalaninya. Namun, ia akhirnya merasa ada yang hilang dalam hukum ketertarikan.
Meminta seorang manusia untuk bisa terus berpikiran positif dan mengandalkan harapan akan perubahan di masa depan bukanlah hal yang dapat diandalkan. Di tengah kompleksitas kehidupan, khususnya di era modern, sekadar mengandalkan dua hal tersebut ternyata tidaklah cukup.
Dari sana akhirnya King mulai mencari hukum lain untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di kepalanya tentang cara mencapai kebahagiaan yang sejati. Setelah melewati hari-hari dengan banyak pertanyaan, ia akhirnya menemukan konsep 'hukum vibrasi'.
King pertama kali menemukan pembahasan tentang kekuatan vibrasi dalam kehidupan manusia dalam buku klasik lain, Think and Grow Rich (1937) karya Napolen Hill. Berangkat dari temuannya itu, ia mulai mempelajari lebih dalam tentang hukum vibrasi lewat berbagai literatur, pengamatan langsung pada manusia di sekitarnya, hingga dalam kehidupannya sendiri.
Perkenalannya dengan hukum vibrasi itu yang kemudian membawa King membuat Good Vibes Good Life. Dalam buku tersebut King membagikan apa yang diketahuinya tentang bagaimana vibrasi positif dapat membawa seseorang lebih bahagia tanpa bergantung pada orang lain ataupun unsur lain seperti materi.
King menganalogikan hukum vibrasi seperti layaknya kemampuan telinga manusia dalam mendengar. Telinga manusia hanya akan mendengar gelombang suara yang berkisar 20 hingga 20 ribu getaran per detik. Itu bukan berarti gelombang suara lain tidak ada, hanya saja manusia tidak bisa mendengarnya.
‘Untuk menerima atau memahami realitas yang ingin dimiliki, kamu harus selaras dalam tingkat energi dengan apa yang kamu inginkan. Artinya pikiran, emosi, ucapan, dan tindakan kita harus selaras dengan apa yang kita inginkan’ (halaman 19).
Tingkat vibrasi pada seseorang bisa menjadi tinggi dan rendah. Keinginan akan hidup yang penuh sukacita akan menghasilkan vibrasi tinggi dan membantu seseorang dalam mewujudkannya. Sebaliknya, perasaan benci, putus asa, hingga marah memiliki tingkat vibrasi paling rendah dan akan membawa seseorang dalam keterpurukan.
Meski terdengar sederhana, hukum vibrasi tersebut nyatanya harus dapat diaplikasikan dalam berbagai unsur kehidupan. Kompleksnya hidup membuat implementasinya kadang jadi tak mudah. Hal itulah yang kemudian dibedah dengan mendetail tapi tetap sederhana dan relevan oleh King dalam setiap bab bukunya.
Praktik
Langkah pertama yang harus dicapai untuk bisa mulai mendapatkan manfaat dari hukum vibrasi ialah mengelola gaya hidup positif.
Dalam bab tentang kebiasaan gaya hidup positif, King memberikan panduan agar gaya hidup positif dapat diraih. Di antaranya dengan bergaul bersama orang berpikiran positif, mengubah bahasa tubuh, mengambil waktu jeda, mencari inspirasi, menjauhi drama, hingga menjalani gaya hidup sehat dan bermeditasi.
‘Drama adalah untuk TV, bukan untuk kehidupan nyata. Jangan mengambil peran dalam episode orang lain ketika mereka menjadi satu-satunya bintang’ (halaman 43).
Tak hanya berteori, King juga menulis berdasarkan pengalamannya. Salah satunya dalam pembahasan tentang meditasi. Ia menceritakan bagaimana awalnya ia merasa canggung dan tak berhasil memahami makna sesungguhnya dari meditasi.
‘Setelah satu tahun bermeditasi selama lima belas menit sehari, saya melihat perubahan luar biasa dalam diri saya. Secara signifikan, saya mendapati diri saya jauh lebih jarang marah’ (halaman 75).
King juga menyertakan panduan dalam bermeditasi bagi siapa pun yang baru akan mencoba atau tak tahu bagaimana akan memulainya. Panduan dituliskan dalam wujud poin-poin yang dapat diikuti satu per satu. Dari mulai bagaimana cara menenangkan diri, mencari tempat yang sesuai, cara mengatur pernapasan, serta hal apa yang sebaiknya didengungkan dalam pikiran selama bermeditasi.
Penerimaan
Pada dua bab selanjutnya, King mengajak pembaca untuk bisa memprioritaskan dan menerima diri sendiri. Itu merupakan tahapan penting yang sering dilupakan oleh banyak orang. Tak jarang seseorang terjebak dalam kesengsaraan karena terlalu sibuk memikirkan pendapat orang lain tentang dirinya.
King tahu betul bahwa di era derasnya arus informasi dan media sosial saat ini, sangat sulit bagi seseorang untuk tak memikirkan pendapat orang lain. Tak sedikit pula di antara mereka yang akhirnya terpuruk akibat terlalu sibuk menciptakan citra diri sendiri yang sempurna di mata orang lain, bukan berdasarkan kebahagiaan dan kebutuhannya sendiri.
Meski terdengar egois, makna memprioritaskan diri sendiri yang dihadirkan King jauh lebih luas dan positif. Memprioritaskan diri bukan berarti mengabaikan orang lain di sekitar kita dan hanya memedulikan kebahagiaan diri sendiri.
Memprioritaskan diri sendiri versi King ialah dengan mengenal dan memahami kebutuhan di kondisi diri. Tentu saja dengan menerapkan hukum vibrasi positif di baliknya. Dengan demikian, setiap orang akan dapat dengan baik memilih apa yang terbaik dalam hidupnya. Di antaranya dalam memilih lingkar pertemanan, pasangan, bagaimana menghadapi keluarga, hingga orang-orang negatif yang ada di sekitarnya.
Tak kalah penting ialah bagaimana King mengajak para pembaca untuk bisa menghargai kecantikan fisik, juga bagaimana menghargai kecantikan batin dan keunikan yang dimiliki.
‘Entah kamu percaya pada adanya tuhan atau tidak, ketika dunia diciptakan, tidak ada aturan atau instruksi yang membantu manusia menilai apa itu kecantikan fisik. Tidak ada. Ide-ide tersebut dibentuk oleh manusia sendiri, dan saat ini sering dimoderasi serta dimanipulasi oleh media arus utama’ (halaman 147).
Di bab-bab selanjutnya King juga menuangkan pandangan tentang bagaimana setiap orang harus mencoba berdamai serta berpikir dan bertindak logis dalam menjalani berbagai tantangan dalam kehidupan. Termasuk dalam hal pekerjaan dan uang.
Uang menjadi salah satu pembahasan yang paling menonjol dalam buku ini. Tak mengherankan jika mengingat bagaimana kuatnya peran uang dalam kehidupan manusia.
Kesuperioran uang sering disalahartikan sebagai satu-satunya jawaban atas segala masalah manusia dan satu-satunya jalan mencapai kebahagiaan. Lewat penjabaran dan penyertaan hukum vibrasi yang dirangkumnya, King berhasil mematahkan pandangan-pandangan sempit tentang kebahagiaan berdasarkan kekayaan.
‘Uang hanyalah energi, tidak baik juga tidak buruk, dan tak terbatas di semesta yang berlimpah tak terhingga ini. Hasilkan uang untuk membantumu, bukan untuk melengkapimu’ (halaman 288).
Dengan bahasa yang lugas dan tetap sederhana, King membuat teori-teori tentang pengembangan diri dan cara-cara mencapai kebahagiaan tidak terdengar seperti omong kosong. Bukan rahasia lagi bahwa banyak orang yang cenderung skeptis pada buku-buku ataupun materi tentang dua hal tersebut.
Pemilihan kata dan kalimat dalam buku ini begitu relevan dan tidak terkesan dilebih-lebihkan. Good Vibes Good Life akan membuat pembacanya seperti tengah menjalani sesi terapi yang sangat menggugah dan tak menghakimi.
Setiap bab dan paragraf dalam buku King seakan menjadi pelepas dahaga akan kebuntuan dan kepenatan yang kerap dialami seseorang di dunia modern yang menuntut kesempurnaan nan melelahkan. Seperti yang disampaikan King dalam kata pengantar bukunya (halaman xvi), “Kamu berhak mendapatkan kehidupan yang lebih besar dan buku ini akan membantumu mewujudkannya.” (M-2)
BIOBUKU
Judul : Good Vibes Good Life
Penulis : Vex King
Penerbit : Penerbit Baca (Cetakan Pertama Mei 2022)
Penerjemah : Nadya Andwiani
ISBN : 978-602-6486-71-4
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved