Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
FILM Cubs menjadi proyek terbaru dari rumah produksi Miles Films. Disutradarai Riri Riza dan diproduseri Mira Lesmana, film ini menjadi satu-satunya proyek film yang lolos di forum pendanaan Hong Kong Asia Financing Forum (HAF) ke-20.
Cubs juga menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang terseleksi di seksi program In-Development Projects di forum pendanaan film Hong Kong Asia Financing Forum (HAF) ke-20. HAF merupakan pasar film (film market) yang berinduk pada HKIFF (Hong Kong International Film Festival) Industry, dan menjadi salah satu ajang pendanaan prestisius di Asia.
Cubs berkisah tentang Gul dan Sas, santri yang hidup di pesantren pimpinan Kyai Wahab. Sebagai remaja, Gul dan Sas punya keinginan untuk menjelajahi keingintahuan masa remaja mereka. Namun, di sisi lain mereka juga berada dalam himpitan tekanan kehidupan sosial di lingkungan mereka, terkait eksploitasi tambang emas.
Berbincang dengan Media Indonesia, Riri mengatakan ide mula dari cerita ini sudah ada sejak pertengahan 2000, pada medio 2005-2006. Saat itu ide ceritanya sudah berbicara terkait dunia pesantren. Namun, dalam perkembangannya, ide tersebut kemmudian tumbuh dengan melihat konteks sosial yang terjadi di Indonesia terkait ekspolitasi lingkungan yang terjadi di banyak tempat. Poin itu pula yang ingin disorot oleh Riri dan Mira.
“Tentu saja walau (idenya) sudah ada di 2006, dan pada tahun lalu kami intesitas kami lebih banyak berdiskusi ketimbang berproduksi, ide berkembang. Muncul pemikiran-pemikiran juga di dalam cerita tentang apa yang terjadi di banyak tempat di Indonesia, mulai dari Papua, Maluku, Sumbawa, Kalimantan, bahkan di Pulau Jawa, tentang eskploitasi lingkungan yang kadang tidak memikirkan impak jangka panjang,” kata Riri kepada Media Indonesia melalui konferensi video, Rabu, (9/3).
Salah satu yang juga menjadi lapisan pembahasan di film Cubs adalah kekerasan seksual yang terjadi di pesantren. Kasus-kasus yang bermunculan pada periode setahun terakhir juga menjadi pemicu ide lama ini kembali digali dan dikembangkan oleh Riri dan Mira. Namun, Mira menambahkan, yang kemudian menjadi pertumbuhan dari ide lama ini adalah sisi eksploitasi lingkungannya.
Melalui Cubs, Miles pun ingin mencapai titik lain dengan berko-produksi internasional. Sebab itu mereka mengajukan proposal film tersebut di HAF, yang pengumuman besarnya akan berlangsung pada 16 Maret.
“Kami memutuskan Cubs diangkat menjadi proyek yang levelnya ke ko-produksi internasional. Senang sekali ketika kami terima pemberitahuan awal yang sebenarnya itu sekitar akhir tahun lalu. Cuma kami mengumumkannya harus menunggu keputusan dari HAF. Jadi ini penting sekali, karena di sinilah kami akan merilis dan memperkenalkan Cubs. Persoalannya kan ini bukan cuma soal pengumuman besar, akan ada funding dan yang menang. Di luar itu, kami akan ada one-on-one dengan berbagai produser internasioal. Kami akan coba presentasikan dan ajak mereka ikut serta proyek ini. Jadi bsia bawa Cubs ke level ko-produksi internasional,” kata Mira.
Selama tiga hari pada 14-16 Maret, Riri dan Mira sudah dijadwalkan akan ada 22 pertemuan di HAF. Mereka akan bertemu dengan para produser baik dari negara-negara Eropa maupun Asia. Film ini diproyeksikan memiliki bujet produksi $1 juta (sekitar Rp14 miliar lebih). Mira menambahkan, secara level produksi, pendekatannya bakal seperti Gie atau Laskar Pelangi.
“(Setelah dari HAF) pasti kami akan keliling ke film market lain sambil menyelesaikan skenario. Semoga awal tahun depan sudah bisa mulai produksi atau setidaknya persiapan produksi. Tahun ini menyelesaikan naskah sebaik mungkin dan mendapat mitra terbaik, dan secara pendanaan juga terpenuhi,” lanjut Mira.
Sementara itu, dalam kesempatan lain, Manajer Proyek HKIFF (Hong Kong International Film Festival) Industry Matthew Poon mengungkap tahun ini ada lima proposal film Indonesia yang turut mendaftar. Namun cuma Cubs yang berhasil lolos bersama 27 proyek film dari negara lain di seksi program IDP.
Tahun ini, menjadi ketiga kali secara beruntun HAF dilangsungkan secara daring. Meski demikian, Poon pun berharap agar para pembuat film yang terlibat di forumnya bisa mendapat pengalaman yang lebih matang dari dua edisi daring terdahulu.
“Karena tahun ini adalah yang ketiga secara berturut-turut kami menjalankan HAF secara daring, kami sudah memiliki pengalaman bagaimana melakukannya dan bagaimana menanganinya dengan lebih baik. Kami berharap dapat memberikan pengalaman daring yang baik dan tidak merepotkan bagi para tamu dan para pembuat film yang ikut serta. Tahun ini, tidak seperti dua edisi terakhir, kami akan mengatur upacara penghargaan online secara live pada 16 Maret (pukul 5-7 malam waktu Hong Kong),” kata Poon melalui surat elektronik kepada Media Indonesia pada Senin, (7/3).
Bagi Poon, selalu menarik melihat perkembangan proyek pembuat film yang terlibat di HAF, sekalipun di tengah situasi pandemi. “Di bagian IDP (In-Development Projects), kami memiliki cerita yang terkait dengan pandemi seperti A Woman Builds dan Chifan. Kami juga memiliki proyek genre seperti Insectum, The Stars The Sun The Moon, The Cursed Land, dan Malice. Selain itu, kami memiliki delapan pembuat film Hong Kong baru yang ceritanya masuk dalam daftar pendek, menjadi yang paling banyak dalam beberapa tahun terakhir,” katanya.
Ia juga menjelaskan jika pada bagian WIP (Work In Progress) Projects, film Borrowed Time dan The Sunny Side of the Street adalah dua proyek yang telah berkembang melalui ekosistem HAF. Pada HAF20 terdapat pula pembuat film pemenang penghargaan yang membawa proyek baru mereka seperti film baru produksi Yang Heng Silent Ghosts dan film garapan Lina Wong berjudul Village • ‘Senet. (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved