Menjadi orang tua bukan tugas yang mudah. Terlebih jika peran itu harus dilakukan seorang diri. Perjuangan dan pengorbanan tanpa batas tentu harus dilakukan demi sang anak tercinta.
Menjadi ibu tunggal tentu hal yang tak pernah diharapkan. Kepiluan akibat kehilangan sosok suami yang juga ayah bagi anak-anaknya tentu tak akan pernah bisa sepenuhnya terobati.
Suka duka, perjuangan, pengorbanan, dan perjalanan hidup seorang perempuan yang menjadi ibu tunggal itu kini hadir dalam buku berjudul Perjalanan Ibu Tunggal. Ragam cerita yang ditulis berdasarkan pengalaman hidup menjadi ibu tunggal hadir dalam buku itu dalam bentuk antologi tulisan terpilih.
Total sebanyak 50 cerita terpilih dimuat dalam buku tersebut. Cerita itu merupakan karya 17 ibu tunggal yang merupakan anggota dari Yayasan Single Mom Indonesia (SMI).
Sebanyak 50 cerita yang terpilih terbagi dalam 7 bab, yaitu Perceraian, Emotional Healing, Journey of Single by Choice, Single Mom Mandiri Finansial, Solo & Co-Parenting, Dating Lagi Setelah Sendiri, dan Bahagianya Single Mom.
Seluruh penulis menyumbangkan karyanya setelah menjalani pelatihan menulis kreatif. Pengalaman pribadi yang kaya akan cerita suka dan duka membuat antologi cerita dalam buku ini jadi sangat berwarna.
Tak hanya menggambarkan kesedihan, tetapi juga kisah-kisah suka cita, hingga kisah-kisah unik yang mereka alami. Sosok ibu tunggal yang dihadirkan dalam cerita-cerita di buku ini juga sangat beragam. Mulai sari ibu rumah tangga hingga ibu pekerja dengan berbagai profesi.
“Di buku ini kami juga coba meng-highlight bagaimana kehidupan ibu tunggal atau ‘janda’ kata yang dekat dengan konotasi negatif, sehingga sangatlah tidak mudah untuk ibu tunggal menjalankan perannya dengan segala macam konsekuensi yang diterima,” ujar Ketua Yayasan Single Moms Indonesia, Zakiah, dalam kata sambutannya. (halaman x)
Berbagai gambaran perjuangan seorang ibu demi membesarkan anak-anaknya seorang diri menjadi salah satu tema cerita yang paling banyak mucul dalam antologi buku ini. Kebingungan akan apa yang harus dilakukan untuk tetap bertahan hidup setelah sekian lama menggantungkan hidup pada sosok suami.
Salah satunya tergambar dalam cerita berjudul Ketetapan Hukum yang Menggantung. Cerita yang terdapat di bab pertama buku ini mengisahkan tentang pergolakan batin seorang ibu ketika harus segera memulai langkah baru dalam hidupnya sebagai ibu sekaligus ayah bagi buah hatinya.
“Baru proses menggugat saja sudah menghentikan nafkah. Aku harus bekerja di mana yang bisa memberiku gaji sesuai kebutuhanku dan anak-anak? Sudah lama aku tidak kerja kantoran. Ya Allah apa yang harus aku lakukan?” halaman 21.
Kepedihan ketika harus bisa bangkit dan bertahan setelah dikhianati juga menjadi topik yang banyak muncul dalam antologi ini. Namun lagi-lagi tak hanya berisi kepedihan, setiap cerita juga menghadirkan sisi lain tentang bagaimana seorang perempuan yang kerap dianggap lemah dan tak berdaya pada akhirnya mampu bangkit dan berdaya.
Topik lain yang juga dapat ditemui pada beberapa cerita di antologi ini ialah tentang perjalanan seorang ibu tunggal membesarkan anak-anaknya. Anak-anak yang pada banyak kasus tak lagi berkesempatan merasakan kehadiran sosok ayah. Baik dalam membimbing menuju kedewasaan maupun dalam memenuhi kebutuhan hidup anak-anaknya.
“Enam belas tahun sudah umur anakku. Enam belas tahun itu pula aku bertahan. Enam belas tahun aku belajar berselancar di atas ombak-ombak hidup yang menantang. Mungkin bagi orang lain, aku tidak memiliki sesuatu yang dapat disebut sebagai keberhasilan. Keberhasilan bagiku saat ini ialah aku tak pernha berhenti,” Kintsugi, halaman 137.
Kisah lain yang tak kalah membuat terenyuh ialah tentang perjuangan seorang perempuan yang sejak awal kehamilan harus berjuang seorang diri. Salah satunya pada kisah berjudul Roller Coaster di bab 3.
Pada cerita itu dikisahkan tentang seorang perempuan yang harus berjuang seorang diri di masa remaja akibat terjerumus di pergaulan bebas. Ia terpaksa menjalani kehamilan dan membesarkan anaknya seorang diri karena sang pacar menolak bertanggung jawab.
“Bayi itu berusia 16 tahun hari ini. Ia tidak mengenal siapa ayahnya. Aku tidak menghalangi ayahnya untuk bertemu, hanya memang ayahnya tidak berusaha untuk bertemu. Pedih rasanya mengingat kenyataan ini,” halaman 122.
Tak hanya berisi cerita berdasarkan pengalaman pribadi para anggota SMI, buku antologi ini juga diperkaya dengan tanggapan atau tulisan berjudul Sudut Pandang yang dihadirkan dari para pakar di beberapa bidang. Di antaranya psikolog dan pakar hukum.
Tulisan-tulisan para pakar itu dihadirkan pada bagian akhir setiap bab sesuai dengan tema besar tulisan yang dihadirkan di bab masing-masing. Sudut pandang para pakar tersebut sangat berguna dalam menambah wawasan tentang hal-hal yang kerap dialami oleh perempuan di masa krisis. Khususnya dalam menyelesaikan masalah hukum dan usaha keluar dari stres yang mengarah pada depresi.
Di antaranya ialah tulisan Sudut Pandang yang ditulis oleh seorang pakar hukum bernama Rizky Rahmawati Pasaribu. Dalam tulisannya yang hadir di bagian penutup bab satu, Rizky menjabarkan tentang hal-hal yang harus dilakukan ketika tengah mengajukan perceraian.
Dijelaskan pula hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses persidangan agar tak ada hasil sidang yang merugikan pihak perempuan. Mulai dari soal syarat perceraian, hak asuh anak, hingga pembagian harta bersama.
Contoh lain ialah tulisan Sudut Pandang yang ditulis oleh Psikolog Endang Retno Wardhani di penutup bab tiga. Dalam tulisan singkatnya yang hanya sebanyak dua halaman, Endang berusaha mengajak setiap perempuan untuk bisa selalu memilih bahagia. Kebahagiaan merupakan hal yang dapat dicapai dengan penerimaan dan sudut pandang yang tepat.
Tulisan berisi sudut pandang para pakar akan berbagai masalah yang kerap dialami ibu tunggal itu dapat menjadi pencerah di tengah kebuntuan dan keterpurukan. Bahwa setiap hal sejatinya memiliki jalan keluar yang bisa diupayakan meski mungkin penuh rintangan.
meski mayoritas cerota dihadirkan dalam bentuk cerita pendek atau cerpen, tak jarang tulisan juga hadri dalam bentuk narasi atau seperti penulisan dalam diari pribadi. Hal itu membuat pengalaman penulis lebih terasa dekat dan tersampaikan pada pembaca.
Bagi sebagian pembaca, cerita yang hadir dalam buku antologi ini mungkin dapat menjadi cerminan apa yang sedang dialami. Buku akan menghadirkan kekuatan bagi sosok-sosok ibu tunggal lain yang saat ini juga tengah berjuang melewati berbagai rintangan kehidupan.
Lewat cerita-cerita yang mereka sampaikan, para ibu tunggal membuktikan bahwa mereka dapat bangkit dan berdaya. (M-2)
___________________________________________________________________________
Judul: Perjalanan Ibu Tunggal
Penulis: Afriana, Meiyana, Elvira, Sari, Veranty, Ruth, Luscy, Ida Ann, Veronica, Ikha, Agnes, Maranata, Dini, Renni, Siti Masyithoh, dan Wanodya (Anggota Single Moms Indonesia)
Penerbit: Penerbit Samudra Biru (Anggota IKAPI)
Tahun: Cetakan pertama November 2021
ISBN: 978-623-261-321-8