Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Para Traceur Paris Melawan Polusi Cahaya

Galih Agus Saputra
18/3/2021 21:40
Para Traceur Paris Melawan Polusi Cahaya
Aksi parkour di langit Paris, Prancis.(AFP/Phillipe Lopez)

Sepanjang jalan Champs-Élysées, Paris, Prancis akhir-akhir ini mungkin terlihat kosong karena pemberlakuan jam malam selama pandemi Covid-19. Akan tetapi, di saat yang sama, toko-toko di sana membiarkan tanda dan lampunya tetap menyala.

Sebuah kolektif parkour, On The Spot, kemudian memutuskan untuk mengambil tindakan atas pemandangan tersebut. Dengan kemampuan yang dimiliki, para traceur (pelaku parkour) mulai memanjat dinding untuk mematikan tanda dan lampu yang masih menyala. Upaya itu mereka sebut sebagai bagian dari gerakan yang bernama 'Lights Off'.

“Mematikan lampu adalah pesan simbolis tentang upaya dasar yang harus dilakukan. Jelas kami tidak dapat mematikan semua lampu di Paris, tapi kami berharap dapat menunjukkan bagaimana tindakan kecil dapat membuat perubahan, ” kata Pemimpin Kolektif On the Spot, Kevin Ha, seperti dilansir dari The Guardian, Kamis, (18/3).

Kevin yang dewasa ini juga tengah menyelesaikan PhD di bidang oseanografi mengatakan, membiarkan lampu menyala di malam hari akan membuang-buang energi dan menghasilkan polusi cahaya. Akibat yang menyertainya dianggap dapat merusak ekosistem dan ritme sirkadian penduduk lokal. Itulah mengapa legislator Prancis memperkenalkan undang-undang tahun 2013, yang mewajibkan toko dan gedung perkantoran mematikan lampu atah tanda mereka satu jam setelah karyawan terakhir mereka pergi. Pelanggaran atas aturan itu dapat dikenai denda sebesar £ 645 (Rp. 11.112.280).

Tapi, kata Ha, penegakan hukum atas aturan tersebut masih bersifat sporadis. Itulah sebabnya dia dan orang-orang dalam kolektif sekarang mudah ditemukan tergantung di tepian atau di atas pintu-pintu Champs-Élysées setiap Jumat malam. 

Meski begitu, Ha juga menekankan upaya ini tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Memanjat gedung atau tembok tidak dapat dilakukan begitu saja, kecuali seseorang telah dilatih dengan benar.

"Jangan coba ini di rumah, anak-anak," imbuhnya.

Akibat dari gerakan itu, beberapa bisnis di sepanjang jalan kini sudah mulai mematikan lampu. On the Spot sendiri terinspirasi dari kolektif parkour Wizzy Gang yang basisnya berada di Rennes. 

“Kami mulai melakukannya dengan cara kami sendiri dengan melakukan parkour dan memanjat. Selama beberapa bulan pertama kami hanya melakukannya untuk bersenang-senang di akhir sesi kami. Baru kemudian kami merekam video untuk memperingatkan orang-orang tentang konsumsi energi mereka," kata anggota Wizzy Gang, Félix Orain. 

Ha sendiri mengaku obsesi masa kecilnya pada Batman telah membawanya ke parkour pada usia 15 tahun. Gerakan yang dilakukannya kali ini merupakan bagian dari 'parkour dalam konteks'. Seiring berjalannya waktu, olahraga tersebut semakin banyak digemari, bahkan digunakan sebagai bentuk ekspresi artistik politik.

"Gerakan Lights Off ini adalah contoh 'parkour dalam konteks. Ini bukanlah sebuah kerja demi kinerja, melainkan kinerja dan tindakan demi planet,” pungkas Ha. (The Guardian/M-2) 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irana Shalindra
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik