Headline

PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia

Fokus

MALAM itu, sekitar pukul 18.00 WIB, langit sudah pekat menyelimuti Dusun Bambangan

Kemenangan Rakyat

Ono Sarwono Penyuka wayang
10/1/2021 00:45
Kemenangan Rakyat
Ono Sarwono Penyuka wayang(MI/Ebet)

BERSATUNYA dua pasangan caprescawapres, yang sebelumnya ‘berseteru’ ketika pilpres, dalam pemerintahan menimbulkan berbagai komentar. Di antaranya ada yang bernada kecewa dari para pendukung kedua kubu. Mereka merasa dilupakan, padahal telah berjuang ‘berdarah-darah’, katanya.

Realitas politik dan sosial itu juga menjadi perhatian Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong di Dusun Kamplisireng. Panakawan ini memang suka ngobrol isu-isu aktual untuk mengisi waktu ketika tidak ada tugas memomong bendara.

“Bagaimana menurut pendapat Kang (kakak) Gareng?” tanya Petruk.

“Saya paham para pendukung mereka kecewa,” jawab Gareng.

“Jelasnya bagaimana, Kang?” kejar Petruk.

“Pendukung pasangan yang kalah pasti kecewa. Kekecewaan bertambah ketika jagonya kemudian menyeberang bergabung dengan yang menang dan mendapat jabatan. Mereka getun (kecewa) itu lumrah,” kata Gareng.

“Yang kecewa itu kan bukan hanya pendukung capres-cawapres yang kalah, bala yang menang pun sama,” kilah Petruk.

Gareng mengatakan, “Iya, itu reaksi yang bisa dimengerti. Mereka merasa sudah habis-habisan memenangkan jago mereka, tapi yang didukung, kok, kemudian merangkul lawan dan memberikan kedudukan. Gimana gitu, lo.”

“Kalau kamu, Gong (Bagong)?” tanya Petruk.

“Biasa saja,” jawab Bagong singkat.

Jawaban itu membuat Petruk terkekeh. “Biasa, maksudnya apa?”

“Lo, berpolitik itu katanya cara mendapatkan kekuasaan. Mereka sudah sama-sama memperoleh kekuasaan. Eh… maksudku bagi-bagi
kekuasaan,” kata Bagong.

Petruk kembali tertawa. Gareng membetulkan sarung dan menyeruput minuman hangat. Di atas lincak di beranda depan rumah Semar yang
sederhana, tempat mereka duduk santai, tersedia minuman jahe-serai gula batu, serta aneka panganan palawija hasil kebun sendiri.

”Kamu jangan tanya melulu, Kang. Pendapatmu apa?” ujar Bagong.

“Menurut saya, ini memang fenomena politik menarik. Perlu kepala dingin, hati bening, dan menep (tenang) untuk membacanya,” kata Petruk.

“Angel (sulit), Kang, omonganmu itu,” ketus Bagong.

Petruk menjelaskan jika berpendapat hanya dari sudut pandang sepihak, kepentingan pribadi dan kelompok, bergabungnya dua pasangan capres-cawapres itu pasti menimbulkan kekecewaan. Politik jangan dimaknai sekadar menang atau kalah, tetapi proses dan dinamika membawa kemajuan bangsa.

Tiba-tiba terdengar suara dehem. Obrolan mereka sejenak terhenti. Semar muncul dari ruang tengah dan kemudian bergabung dengan anak-anaknya. “Lagi ngomong apa ini?” tanyanya.

“Lagi ngomongin menang dan kalah, Pak!” saut Bagong.

Petruk menjelaskan sedang ngrasani (membicarakan) dua pasangan capres-cawapres yangpada akhirnya bersatu dalam pemerintahan. Juga kekecewaan sebagian para pendukung kedua pihak.

“Menurut Bapak, itu bagaimana?” tanya Bagong.

“Syukur mereka bersatu,” jawab Semar. “Ini kemenangan rakyat!”

“Mohon penjelasan, Pak?” pinta Petruk.

“Seharusnya memang begitu. Setelah persaingan selesai, semua kembali bersatu, bersinergi, bergotong-royong memakmurkan rakyat, memajukan bangsa dan negara,” tutur Semar.

Gareng menimpali, “Maaf, Pak, berjuang untuk bangsa kan tidak selalu mesti bergabung dalam pemerintahan, tetapi bisa di luar menjadi oposisi. Biar ada checks and balances (ada keseimbangan). Kekuasaan tanpa kontrol berbahaya.”

Menurut Semar, bila ada sikap politik demikian, itu juga baik. Poinnya, roh semangatnya mesti satu, untuk bangsa dan negara. Caranya bisa dengan berbagai jalan, tentunya harus konstitusional.

Menyambung pendapat Gareng, Petruk mengatakan kekuasaan tanpa kontrol bisa menggelincirkan. Ia menyitir piweling (pengingat) Lord Acton, sejarawan dan penulis kondang berkebangsaan Inggris. ‘Power tends to corrupt, absolute power corrupts absolutely’ (Kekuasaan cenderug korup, kekuasaan absolut pasti korup).

Berkaitan dengan celotehan Petruk, Bagong berpendapat bahwa diksi penguasa seyogianya tidak digunakan lagi dalam dunia politik modern. Kata yang pas dalam alam demokrasi ialah pemimpin saja.

“Secara psikologis, orang berkuasa itu merasa memiliki sehingga terdorong berbuat sesukanya, sedangkan pemimpin itu membawa konsekuensi bertanggung jawab dan menjadi teladan.”

“Tumben, Gong,” Petruk mengomentari adiknya yang biasanya selengean. 

Sejenak suasana hening menyergap ketika tiba-tiba terdengar suara burung gagak di atas pohon jati yang tinggi. Biasanya, bila ada ‘ocehan’ burung berbulu hitam pekat itu, pertanda ada warga yang meninggal.

Sudah hampir satu tahun Amarta dilanda pagebluk. Penyakit tular-menular yang belum ada obatnya benarbenar menghantui.

Bukan hanya sudah banyak yang menjadi korban, melainkan juga pandemi berdampak pada terpuruknya ekonomi.

“Pak, tanya, Pak,” kata Bagong memecah suasana.

“Tanya apa?” jawab Semar.

“Menyambung dhawuh (kata) Bapak tadi, pentingnya samangat bersatu. Bagaimana itu bisa jika model politikus dan elitenya macam-macam?”

Menurut Semar, semua pihak yang terjun dalam dunia politik mesti linambaran (beralaskan) jiwa kebangsaan. Jadilah negarawan, yang jujur, tulus, dan ikhlas mengabdi untuk rakyat. Jangan ada pamrih pribadi.

Petruk menyambung, “Bagaimana dengan rakyat biasa, Pak?”

Semar mengatakan rakyat harus melek politik sehingga bisa bersikap arif dan bijak dalam bersikap. Tidak terbawa emosi hingga persatuan terbelah gara-gara hanya beda dukungan. Mendukung itu hak, tetapi jangan sampai membatu.

“Jadi, tidak perlu ada kekecewaan-kekecewaan. Semua bersatu bergandengan tangan membangun negara sesuai dengan pakem masing-masing.”

Lebih lanjut Semar mengingatkan bahwa politik itu seni untuk mendapatkan legalisasi mandat rakyat untuk mengabdi. Oleh karena itu, persaingan politik jangan sampai mengorbankan keutuhan bangsa.

Mendadak Gatotkaca datang sowan. Sang senapati ini membawa perintah Puntadewa agar Semar datang ke istana Amarta. Semar menyatakan sendika dhawuh (bersedia) dan segera berangkat. (M-2) 
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik