Headline
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
MALAM itu, sekitar pukul 18.00 WIB, langit sudah pekat menyelimuti Dusun Bambangan
PADA era sekarang ini, kita tidak asing mendengar istilah staf khusus. Itu jabatan nonstruktural, di antaranya ada dalam setiap kementerian. Menurut Perpres No 68 Tahun 2019, staf khusus bertugas memberikan saran dan pertimbangan kepada menteri sesuai dengan penugasan yang bersifat khusus.
Keberadaan staf khusus dianggap penting karena menteri diasumsikan tidak cukup dengan dibantu staf ahli dan para pejabat eselon. Namun, belakangan ada kasus staf khusus yang diduga melenceng dari tugas dan fungsinya dan justru menjadi simpul korupsi yang menyeret menteri.
Terkait dengan itu, ada kisah menarik dalam dunia wayang. Ceritanya tentang kesatria yang sungguh-sungguh mengemban amanah sebagai staf khusus tanpa pamrih pribadi. Ia bernama Setyaki, kepercayaan Sri Bathara Kresna.
Saudara sepupu
Dari garis trah, Setyaki berdarah biru, cucu mendiang Raja Negara Mandura Prabu Basukunti. Ayahnya Raja Negara Lesanpura, Prabu Setiajid (Ugrasena). Ia lahir dari rahim Dewi Wersini sebagai anak kedua. Kakaknya perempuan bernama Setyaboma.
Sebagai anak lakilaki, Setyaki berhak menggantikan ayahnya sebagai raja. Namun, sejak muda taruna sikapnya tidak menunjukkan ketertarikannya menjadi penguasa. Minatnya menjadi kesatria sejati.
Untuk mewujudkan impian, Setyaki gentur menggeladi diri dengan berbagai ilmu kanuragan (kesaktian). Ia menjelma menjadi lelaki tangguh. Badannya ramping, tapi sangat kukuh dan liat bak rotan menahun. Wataknya jujur, pemberani, nekat, dan tidak kenal menyerah.
Pada suatu ketika, Setyaki membantu kakak sepupunya, Narayana, merebut Negara Dwarawati dari genggaman Prabu Narasinga. Ia menyirnakan Singamulangjaya. Dari patih Dwarawati itu, Setyaki mendapat warisan pusaka Gada Wesikuning.
Narayana ialah putra Basudewa, kakak Setiajid. Sejak kecil Narayana dan Setyaki akrab. Keduanya memiliki ikatan persaudaraan yang sangat kuat.
Setyaki memiliki sejumlah nama. Di antaranya Bima Kunting dan Wresniwara yang berarti pahlawan dari suku Wresni. Ia juga dijuluki Singamulangjaya karena bila berkelahi gerakannya trengginas dan pantang mundur bak singa.
Ketika Narayana menjadi Raja Dwarawati bergelar Prabu Sri Bathara Kresna, Setyaki diangkat sebagai staf khusus. Kresna tidak memberikan jabatan struktural dalam pemerintahannya karena melihat kualifikasi putra bibinya itu. Tupoksi Setyaki sebagai staf khusus agak berbeda dengan pada umumnya.
Tugas pokok dan fungsinya bukan memberikan saran dan pertimbangan, melainkan lebih pada melaksanakan perintah-perintah ‘bos’ yang bersifat khusus.
Bukan tanpa alasan, karena Kresna sendiri ialah ‘pemberi saran’ semua titah demi terwujudnya ketenteraman jagat. Ini memang misi utamanya sebagai titisan Bathara Wisnu, dewa keadilan dan ketertiban dunia.
Posisinya sebagai staf khusus membuat Setyaki tidak pernah jauh dengan ‘tuannya’. Ke mana saja Kresna pergi, ia menyertai. Sesekali Setyaki berinisiatif menyambi sebagai bodyguard-nya meskipun Kresna sungguh tidak membutuhkan itu.
Dikeroyok Kurawa
Di antara tugas khusus yang diemban Setyaki ketika Kresna menjadi duta Pandawa ke Negara Astina. Setyaki menjadi kusir kereta Jaladara, kendaraan yang mengantarkan Kresna menagih janji Duryudana.
Seumur-umur, Setyaki tidak pernah menjadi sais. Namun, ia siap melaksanakan tugas tersebut meski dalam hati dan benaknya tidak tahu bagaimana mengendalikan kereta.
Kresna mengerti bila Setyaki tidak memiliki pengalaman menjadi kusir. Namun, Jaladara bukan kereta biasa, yang mudah dikendalikan, bahkan hanya lewat batin. Dengan kata lain, bisa diprogram secara autosais atau otomatis.
Kelebihan lain, kereta pemberian dewa itu bisa terbang bak pesawat. Dalam dunia modern, keistimewaan Jaladara itu semacam kereta maglev (magnetically levitated train), yang mampu melaju tanpa menapaki rel alias mengambang karena saking cepatnya.
Sesampainya di Astina, Setyaki menjaga Jaladara yang parkir di alun-alun. Kresna melangkah masuk ke sitinggil menemui Duryudana untuk menagih janji raja Astina itu yang akan mengembalikan Amarta kepada Pandawa.
Sebelumnya, Pandawa kehilangan Amarta karena kalah bermain dadu dengan Kurawa. Negara itu akan dikembalikan kepada para putra Pandu bila berhasil melewati masa pembuangan di Hutan Kamyaka selama 12 tahun dan hidup menyamar tanpa diketahui selama satu tahun.
Setyaki kaget ketika tiba-tiba kepalanya ditarik dari belakang oleh Burisrawa hingga terjengkang. Secepatnya Setyaki bangkit. Ia meradang diperlakukan seperti binatang. Namun, belum sampai berucap apa-apa, Burisrawa membentak dan mengumpatumpat.
Singkat cerita terjadi perkelahian sengit. Keduanya saling menjatuhkan. Tidak lama kemudian, di bawah komando Sengkuni, Kurawa datang mengeroyok Setyaki sehingga terdesak dan kemudian lari menyusul Kresna.
Kresna baru saja mengobrol dengan Salya (Raja Mandaraka) yang kebetulan juga menjadi tamu. Duryudana meninggalkan Kresna dan mertuanya itu setelah menyatakan menolak mengembalikan Amarta kepada Pandawa.
Setyaki matur (lapor) bahwa dirinya dikeroyok Kurawa. Kresna tanggap atas apa yang terjadi dan kemudian mengheningkan cipta. Dalam sekejap, Kresna berubah wujud menjadi raksasa menggiriskan. Ia menggenggam Setyaki dan mengamankan dalam
lipatan kainnya.
Raksasa sebesar bukit itu mengamuk. Istana Astina diobrakabrik dan Kurawa beserta balanya tunggang-langgang. Mendadak Bathara Narada mengejawantah untuk mengingatkan Kresna agar eling dan tidak mengumbar amarah.
Mendukung Pandawa
Kresna bersama Setyaki kemudian menuju Negara Wiratha untuk menemui Pandawa. Ia melaporkan kegagalannya menagih janji. Duryudana ingkar, menolak mengembalikan Amarta. Bahkan bersumpah akan mempertahankannya hingga tetes darah penghabisan.
Kodrat jagat menggariskan Pandawa harus berperang melawan Kurawa di palagan Kurusetra. Secara harfiah, ini perang memperebutkan kekuasaan atas wilayah (negara), tetapi sejatinya mengandung makna perangnya keutamaan melawan kezaliman.
Setyaki ikut bertempur di pihak Pandawa. Atas bantuan Kresna, ia mampu menyirnakan Burisrawa yang mendukung Kurawa. Dikisahkan, Setyaki tetap hidup hingga Bharatayuda rampung. (M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved