Headline
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan
SUKSES menembus pasar internasional sebenarnya bukan baru bagi Singgih Susilo Kartono. Sebelum terjun ke produk sepeda, ia telah lebih dulu sukses dengan radio kayu dengan jenama (brand) Magno.
Produksi radio kayu yang ia mulai 2005 di bengkel kerjanya di Temanggung, Jawa Tengah, itu cukup laris di Amerika Serikat dan Eropa. Pria lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (ITB) 1992 itu memang memiliki visi membangun usaha yang sekaligus mengangkat kehidupan desa.
Setelah sukses dengan radio kayu Magno, pada 2013 Singgih melebarkan sayap ke produksi sepeda. Seperti juga radionya yang menggunakan material alami, sepeda karyanya bermaterial bambu. Ia memberi jenama produknya Spedagi. Spedagi merupakan akronim dari kata ‘sepeda pagi’ yang telah lama menjadi hobi yang ia tekuni sejak lama.
Soal penggunaan material bambu, ia mengaku juga terinspirasi dari foto sebuah sepeda bambu karya Craig Calfee di internet. Lewat sepeda bambu inilah Singgih semakin menegaskan gerakan revitalisasi desa yang sedang ia galakkan.
“Saya merasa tertampar sebagai seorang sarjana desain saat itu, kemudian melihat di sekitar rumah banyak tumbuhan bambu justru tidak melakukan apa-apa, padahal sumber daya itu melimpah,” ungkap Singgih saat menjadi narasumber dalam acara Kick Andy Show, yang tayang hari ini. Sebagai material sepeda, Singgih memilih bambu petung yang banyak tumbuh di desanya. Dari satu batang bambu petung, singgih mampu membuat lima hingga tujuh kerangka sepeda.
Menurutnya, bambu ialah material yang kuat, lentur, dan mudah dibentuk untuk berbagai penggunaan. Bambu juga merupakan tanaman yang memiliki masa pertumbuhan yang tergolong cepat sehingga pada akhirnya bisa mengurangi penggunaan kayu hutan dan deforestasi.
“Sepeda yang berbahan bambu ini nyaman karena seratnya yang lentur. Belakangan saya terinsprasi dari rumah-rumah di desa yang memanfaatkan bambu sebagai usuk (tulang atap rumah) penahan genting. Para tukang membuat usuk tersebut menggunakan dua bilah bambu yang saling ditangkupkan,” ujarnya.
Soal gerakan revitalisasi desa, selain lewat produk, ia memulai sebuah proyek pengembangan Pasar Papringan (Pasar Bambu). Pasar itu merupakan jembatan upaya konservasi kebun bambu menjadi destinasi wisata pilihan untuk meningkatkan kesejahteraan warga di desanya. “Bagi saya, isu yang benar itu ya lokalitas. Orang harus fokus menggarap daerah lokalnya sendiri,” pungkas Singgih.
Pengakuan atas produk Spedagi buatannya pun beberapa kali pernah Singgih terima. Pada 2017 Spedagi memperoleh Bronze Award dalam ajang DFA-Design for Asia Awards yang diselenggarakan di Hong Kong, juga sempat memenangi Gold Award Good Design Japan 2018. Spedagi juga sempat dipakai para pesepeda Indonesia untuk mengikuti Paris Breast Paris Ride 2019, yang merupakan salah satu acara bersepeda tertua di dunia. (Bus/M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved