Headline
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
MALAM itu, sekitar pukul 18.00 WIB, langit sudah pekat menyelimuti Dusun Bambangan
NEGARA ini dikhawatirkan akan mengalami resesi akibat terus berlarutnya pandemi covid19.
Sejumlah negara besar dan maju malah sudah jatuh lebih dulu. Bahkan, diprediksi dunia akan mengalami krisis ekonomi parah yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ini sangat menghantui.
Namun, bagaimanapun, apabila itu benarbenar terjadi, mau tidak mau kita harus menghadapi. Bilamana pemimpin dan rakyatnya bersatu dan bahu-membahu dengan semangat gotong royong, niscaya bangsa ini akan mampu mengatasi masalah tersebut.
Pakem demikian itu yang dilakukan bangsa Amarta ketika dihantam pageblug mayangkara (pandemi penyakit) dalam cerita wayang. Mereka selamat melewati jurang resesi berkat kekompakan seluruh komponen bangsa.
Mengusir Semar
Kisah Pandawa menghadapi krisis ekonomi akibat pandemi itu dibawakan dalang wayang kulit Ki Cahyo Kuntadi secara kreatif dan apik dalam pementasan virtual pada 12 Agustus lalu.
Pergelaran itu dalam rangka HUT ke-45 Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia (Senawangi). Syahdan, Amarta kedatangan tamu Resi Bhisma dari Pertapaan Talkandha.
Ini peristiwa njanur gunung atau tidak biasa. Raja Amarta Prabu Puntadewa dan keluarga Pandawa lainnya menyambutnya dengan senang hati di tengah kedukaan karena sedang dilanda pandemi.
Bhisma mengatakan kehadirannya untuk menyampaikan keprihatinannya yang mendalam kepada Pandawa.Ini juga terdorong karena hanya Amarta saja yang belum bisa lepas dari pandemi. Negaranegara lain, dengan persoalan yang sama, sudah mulai bangkit.
Puntadewa berterima kasih atas simpati Bhisma. Ia pun meminta saran dan nasihat sang resi bagaimana caranya agar Amarta bisa segera mentas dari persoalan. Berlarutnya pandemi semakin membuat rakyat kian menderita.
Menurut Bhisma, satu-satunya cara agar Amarta segera pulih ialah dengan menyingkirkan Semar dari bumi Amarta. Sang Badranaya mesti disirnakan karena ia dianggap sebagai biang kerok suburnya pageblug di Amarta.
Tanpa berpikir wening (mendalam), Puntadewa memerintahkan Arjuna, yang paling dekat dengan Panakawan, untuk mengeksekusi Semar. Werkudara pun diminta membantunya. Keduanya kemudian pamit dan bergegas menuju ke Dusun Klampisireng, tempat tinggal Semar.
Semar kaget dengan kehadiran mendadak kedua momongannya dengan gelagat amarah. Apalagi, setelah Arjuna dan Werkudara menyatakan bahwa kedatangan mereka untuk mengusirnya dari bumi Amarta.
Belum tahu duduk permasalahannya, Semar didesak segera meninggalkan Amarta. Bila tidak bersedia, ia akan dipaksa dengan kekerasan. Semar menolak pergi dan mempersilakan keduanya bila ingin melakukan apa pun.
Namun, Arjuna dan Werkudara ternyata tidak mampu berbuat apa-apa terhadap Semar. Sejurus kemudian datanglah Bhisma dengan maksud sama. Semar juga bertanya kepada tamunya itu kenapa dirinya harus pergi dari Amarta. Bhisma menuduh Semar menjadi biang keladi pandemi karena menggelorakan budaya ke manamana, apalagi itu tidak ada dalam ajaran agama. Semar mengatakan budaya merupakan jati diri bangsa dan itu juga tidak dilarang dalam agama.
Budaya dan agama jangan dibenturkan. Lalu, ia menjelaskan pakaian dan semua aksesori yang dikenakan Bhisma itu juga merupakan budaya. Singkat cerita, karena tersudut, Bhisma bersikeras jika Semar tidak segera meninggalkan Amarta, dirinya akan memaksanya.
Semar tetap menolak. Kemudian Bhisma mengerahkan ajian gelapsayuta sehingga Semar seperti tersapu angin dan hilang bak ditelan bumi.
Ismaya-Dewabrata
Di Kahyangan Alang-Alang Kumitir, Sanghyang Wenang menerima sowannya Ismaya dan Dewabrata. Keduanya maneges (bertanya) apakah peran masingmasing di marcapada masih dibutuhkan.
Sanghyang Wenang bersabda Dewabrata dan Ismaya masih harus mengabdikan diri, membimbing para titah ke jalan utama dan kebenaran.
Oleh karena itu, keduanya diminta segera mengejawantah lagi. Ismaya dan Dewabrata kemudian pamit dan kembali ke marcapada. Keduanya langsung bertemu dengan Bhisma dan terjadilah peperangan sengit.
Akhirnya, Bhisma badhar (berubah wujud aslinya) menjadi sukma Wahmuka dan Arimuka. Sementara itu, Dewabrata malih (berubah wujud) menjadi Bhisma asli dan Ismaya menjadi Semar.
Sukma Wahmuka dan Arimuka terus mengamuk. Akan tetapi, Semar meladeni dengan mewejang keduanya untuk segera bertobat agar hidup mereka tidak kelambrangan (bergentayangan). Dengan izin Yang Mahakuasa, Semar lalu menyempurnakan kedua sukma itu masuk ke alam keabadian.
Setelah suasana kondusif, Semar mengundang Pandawa datang ke Klampisireng. Di depan sang pamong, Puntadewa, Werkudara, dan Arjuna meminta maaf karena kelancangan mereka. Mereka mengaku khilaf menerima saran dan nasihat Bhisma palsu atau jadi-jadian.
Semar meminta Pandawa untuk senantiasa eling dan waspada karena cobaan seperti itu bukan yang pertama kali dan itu juga bukan yang terakhir. Ia mewantiwanti bahwa kodratnya Pandawa tidak akan terpisahkan dengan Semar yang merepresentasikan rakyat.
Sekali lagi Puntadewa meminta ampun. Ia lalu memohon nasihat Semar, apa yang mesti dilakukan agar pandemi secepatnya lenyap dari Amarta. Semar mengatakan secara fisik, bangsa Amarta mesti menjaga jarak, tetapi batin dan hati tidak boleh berjarak. Antara pemimpin dan rakyat justru harus semakin raket-supeket (solid) untuk bersama-sama melawan pandemi.
Bahu-membahu
Hanya dengan persatuan dan kesatuan, serta gotong royong, kata Semar, bangsa Amarta akan selalu bisa mengatasi setiap masalah. Jangan sampai ada anasir-anasir yang berusaha memisahkan antara Pandawa dan rakyatnya.
Puntadewa menghaturkan terima kasih kepada Semar yang diakuinya sering ditinggalkan. Padahal, sejak nenek moyangnya, Semar-lah yang membimbingnya. Ia berjanji tidak akan melupakan Semar yang sejatinya merupakan Bathara Ismaya mengejawantah.
Poin kisah sanggit Ki Cahyo itu merupakan kekompakan antara pemimpin dan rakyat menjadi kunci mengatasi persoalan bangsa. Jangan saling menyalahkan, tetapi harus bersatu dan bahu membahu mengatasi pandemi yang hingga saat ini belum menunjukkan tanda-tanda akan segera berakhir. (M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved